Kaskus

News

PrinceOfPacitanAvatar border
TS
PrinceOfPacitan
Dua Lapisan Es Terbesar Di Bumi Menghilang Dengan Cepat
Dua lapisan es terbesar di planet ini telah telah kehilangan massanya secara cepat selama beberapa dekade terakhir. Hal ini menyebabkan kebingungan dan kekhawatiran yang semakin meluas. Sebuah studi internasional terbaru telah menyediakan data mengenai keadaan kedua lapisan es tersebut dan seberapa banyak hilangnya lapisan es ini berkontribusi terhadap kenaikan permukaan air laut.

Ada puluhan ilmuwan di bidang iklim telah menyatukan dan membandingkan data mengenai perubahan lapisan es di Antartika dan Greenland selama dua dekade terakhir. Hasilnya diterbitkan tanggal 29 November di jurnal Science.

Spoiler for Keadaan di daerah Fjord Ilulissat. Fjord sepanjang 60 km ini sering tersumbat dengan gunung es. (Credit:. Ian Joughin, Univ of Washington):


“Apa yang kami lakukan adalah suatu awal observasi dari data pengamtan yang sudah ada,” kata co-author Ian Jouhin, yang juga merupakan seorang glaciologist di Universitas Washington.” Pengamatan ini akan menciptakan sebuah data jangka panjang.”

Makalah ini mengevaluasi tiga metode dan pada tempat pengamatan yang digunakan secara umum oleh kelompok-kelompok yang terpisah. Hal ini memungkinkan peneliti untuk membuang beberapa pengamatan pada daerah terpencil dan menghilangkan pengamatan dengan metode yang belum pasti.

Hal tersebut akan memberikan gambaran yang lebih sederhana,” kata co-author Benjamin Smith, seorang ilmuwan di UW Applied Physics Laboratory. “Pada 1990-an, tidak terlalu banyak yang terjadi. Pada sekitar tahun 1999, lapisan es mulai kehilangan lebih banyak massa, dan mungkin telah kehilangan massa lebih cepat dari waktu ke waktu sejak saat itu.”

Upaya, yang dipimpin oleh Andrew Shepherd dari University of Leeds di Inggris, menyatukan pandangan dari tiga cara yang ada untuk mengukur “kerugian” ini. Metode pertama mengambil pendekatan perhitungan, menggabungkan model iklim dan pengamatan terhadap penghitungan atas penambahan atau pengurangan lapisan es. Dua metode lain menggunakan satelit khusus untuk secara tepat mengukur tinggi dan tarikan gravitasi dari lapisan es, sehingga dapat dihitung seberapa banyak es yang ada.

Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan. Sampai sekarang, para ilmuwan menggunakan setiap metode tersebut secara independen. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka semua membandingkan metode mereka pada waktu dan lokasi yang sama.

“Hal ini membawa semua orang secara bersamaan,” kata Joughin.

Sejak tahun 1998, para ilmuwan telah menerbitkan setidaknya 29 perkiraan yang berbeda dari seberapa banyak hilangnya lapisan es yang telah memberikan kontribusi terhadap kenaikan permukaan air laut, mulai dari 1,9 mm (0,075 inci) per tahun menjadi 0,2 mm (0,0079 inci) penurunan per tahun. Perkiraan gabungan terbaru pada penelitian ini memperkirakan bahwa lapisan es sejak tahun 1992 telah memberikan kontribusi rata-rata 0,59 mm (0,023 inci) untuk kenaikan permukaan air laut per tahun. Permukaan air laut secara keseluruhan telah meningkat sekitar 3,3 mm per tahun selama jangka waktu tersebut, hal tersebut banyak disebabkan oleh meluasnya perairan air laut yang semakin hangat.

“Menetapkan perkiraan yang lebih konsisten dari kontribusi lapisan es terhadap permukaan air laut seharusnya dapat mengurangi kebingungan, baik di antara komunitas ilmiah maupun di antara masyarakat,” kata Joughin.

Pemahaman mengenai mengapa lapisan es telah kehilangan massa yang banyak dengan lebih cepat dalam beberapa dekade terakhir merupakan daerah penelitian intens. Hilangnya es yang semakin cepat tidak dapat diprediksi oleh model. Hal ini membuat Panel Internasional tentang Perubahan Iklim tidak menempatkan adanya batas atas estimasi untuk hilangnya lapisan es di masa depan.

Joughin adalah penulis utama dari sebuah artikel yang meninjau faktor-faktor yang menyebabkan lapisan es kehilangan lebih banyak massa. Secara khusus, ia melihat apa yang terjadi ketika air laut hangat mencapai bagian bawah lapisan besar es Antartika yang mengambang atau berbatasan dengan gletser pada fjord di Greenland.

Joughin dan rekan-rekan penulisnya, Richard Alley dari Pennsylvania State University dan David Holland dari New York University, menyarankan cara yang lebih baik untuk memantau dan memahami perubahan-perubahan tersebut. Mereka mengembangkan model yang lebih baik untuk mempelajari interaksi antara lapisan es dan air laut, dan meningkatkan pemantauan lapisan es.

Mengambil pengukuran di tepi lapisan es sangatlah berbahaya, karena bongkahan es seukuran gedung pencakar langit secara tiba-tiba dapat menghantam instrumen yang digunakan, dan gletser yang meleleh dapat merusak instrumen yang ditambatkan ke dasar laut.

Pemahaman mengenai lapisan es merupakan pusat pemodelan iklim global dan prediksi mengenai kenaikan permukaan air laut. Bahkan perubahan kecil pada permukaan air laut dapat memiliki efek yang sangat besar pada gelombang badai dan banjir yang dampaknya akan sangat dirasakan oleh masyarakat di daerah pesisir dan kepulauan.

Lapisan es di Antartika Barat bisa memicu perubahan global secara tiba-tiba jika lapisan es tersebut menjadi tidak stabil.

Joughin percaya aktivitas yang ada baru-baru ini merupakan hal yang harus diperhatikan, tapi jangan sampai menimbulkan kepanikan.

“Kami belum sepenuhnya memahami mengapa hal itu terjadi dengan tingkatan yang lebih cepat,” kata Joughin. “Semakin banyak pengamatan jangka panjang yang kita miliki, kita akan mampu membuat prediksi yang lebih akurat mengenai hal ini.”

Sumber : Perpustakaan.or.id
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 1 suara
Apakah anda setuju dengan isi tread ini?
Tidak setuju
100%
Ragu-ragu
0%
Agak setuju
0%
Sangat setuju
0%
0
1.8K
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan