- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bagian Yang Terlupakan Dalam Dunia Pendidikan


TS
aqlupaid
Bagian Yang Terlupakan Dalam Dunia Pendidikan
Sekedar ingin share aja tentang dunia pendidikan kita.
Ini ane ambil dari tugas essai kakak kelas ane yang sekarang udah lulus, jadi ini 100% gk
langsung aja cikedew
Ini ane ambil dari tugas essai kakak kelas ane yang sekarang udah lulus, jadi ini 100% gk

langsung aja cikedew
Quote:
Pendidikan didefinisikan sebagai sebuah usaha sistematis dengan penuh kasih untuk membangun peradaban bangsa. Di balik suksesnya aspek ekonomi dan teknologi yang ditunjukkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Switzerland, semua itu semula disemangati nilai-nilai kemanusiaan agar kehidupan bisa dijalani lebih mudah, lebih produktif, dan lebih bermakna.
Di akhir sekolah menengah pertama saya, seorang pendidik yang sangat saya segani membagi pikirannya dengan saya dan teman-teman saya. Pendidikan pada masa kini cenderung “menuhankan” nilai dan tingkat pendidikan yang tinggi. Entah guru, orang tua, siswa, hingga masyarakat awam pun terkesan mendorong pelajar untuk mengejar dan menghimpun informasi keilmuwan sebanyak-banyaknya dan setinggi-tingginya, dan pada akhirnya melupakan aspek fundamental dari dunia pendidikan yang sebenarnya. Yaitu bagaimana menjadi manusia yang menjalani hidup dari awal hingga uzurnya secara terhormat.
Ketika seseorang sudah pada puncak pendidikannya, kebanyakan dari mereka mendapat sukses yang luar biasa. Namun banyak masyarakat yang lalu gagal menjaga komitmen kemanusiaannya setelah sukses di bidang materi, yang oleh John Naisbit diistilahkan High-Tech, Low-Touch. Yaitu gaya hidup yang selalu mengejar sukses materi, tetapi tidak disertai dengan pemaknaan hidup yang dalam. Akibatnya, orang lalu menitipkan harga dirinya pada jabatan dan materi yang menempel, tetapi kepribadiannya keropos. Orang akan menempuh segala cara untuk mendapatkan tujuan-tujuan hidupnya.
Hal-hal itulah yang pada akhirnya kita buktikan dengan munculnya tokoh yang cerdas namun belakangan diketahui sebagai para penjarah harta negara atau lebih dikenal dengan panggilan koruptor. Salah satu penyebab merebaknya korupsi ialah gagalnya dunia pendidikan dalam pembentukan karakter agar hidup selalu dipandu nurani.
Selama ini produk pendidikan seperti sekolah baik formal maupun informal teramat kurang membantu pertumbuhan spiritualitas anak sehingga mereka sulit mengagumi keramahan langit terhadap bumi, gemercik air yang menyegarkan, festival awan yang riuh rendah, kekompakan hidup dunia semut, dan perilaku alam lain yang semua itu merupakan ayat-ayat Tuhan dan bacaan terbuka yang amat indah. Ini semua disebabkan kesalahan proses pendidikan yang kita dapat, yang hampir melupakan dimensi akal budi dan emosi serta tidak memandang alam sebagai sesuatu yang hidup.
Saya membaca sebuah kasus menarik di dunia maya yang membuktikan alam adalah intrik yang hidup. Saat bencana tsunami di Aceh beberapa tahun silam, hampir tidak ditemukan bangkai sapi atau kerbau dan hewan lain karena semuanya telah menyelamatkan diri. Hewan-hewan itu memiliki kepekaan dan mampu berdialog dengan sesama penghuni bumi saat bahaya akan datang. Kalaupun ada yang mati, itu lebih dikarenakan hewan-hewan itu kurang makan atau terjebak di kandang.
Dari situ dapat ditarik simpulan pendek bahwa binatang saja, yang notabenenya tidak memiliki akal pikiran dan hati yang bersinergi, mampu menyelamatkan dirinya sendiri dari kehancuran. Jadi seharusnya manusia yang diberkahi dengan kesempurnaan, mampu lebih terhormat daripada binatang-binatang itu. Mencari jalan-jalan lurus untuk menggapai citanya. Di sinilah peran pendidikan yang sebenarnya amat dibutuhkan.
Saat ini, yang dibutuhkan adalah metode pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subyek, di mana anak-anak itu memiliki nurani dan potensi multikecerdasan, namun belum tergali dan teraktualisasi. Dengan demikian, proses pembelajaran sebaiknya dimulai dengan melihat, mengamati, dan merasakan lingkungan sosial yang dihadapi, guru dan murid berempati menjadi bagian integral dari realitas sosial dan semesta. Dari situ keilmuan dibangun untuk membantu memecahkan problem kemanusiaan.
Kegelisahan yang menjadi-jadi akan parahnya moralitas putra-putra bangsa menyebabkan beberapa pihak membuat terobosan pendidikan yang menjujung tinggi moral. Karena pada awalnya semua ilmu pengetahuan awalnya pun adalah produk kegelisahan akal budi dan nurani guna meringankan beban hidup manusia. Rakyat amat merindukan pemuda yang akan menjadi pemimpin, birokrat, dan pelaku pasar yang senantiasa mempertahankan prinsip hidup terhormat, hidup yang dipimpin suara hati, meski bisa jadi harus siap hidup sederhana. Dan itu semua harus dimulai dari pendidikan keluarga dan sekolah yang menjunjung tinggi pendidikan karakter. Dan tidaklah salah bila pendidikan berbasis karakter disisipkan pada sela-sela proses pembelajaran, seperti yang dilakukan guru di tempat saya menimba ilmu saat ini.
Kalau berkenan
*****
serta



0
1.1K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan