- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mengurangi Kemacetan, Menghadapi Kenyataan


TS
luckying
Mengurangi Kemacetan, Menghadapi Kenyataan
Berbagi berita n info yang bermanfaat gan
Tulisan berikut ini sangat inspiratif, dan bisa diterapkan
untuk kita agan2 n aganwati yg bakal jadi pemimpin /bos atau pemilik usaha

mohon maaf kalau salah thread ya momod mimin, thankyou
silahkan cekidot:
sumber:yahoo.com


Tulisan berikut ini sangat inspiratif, dan bisa diterapkan

untuk kita agan2 n aganwati yg bakal jadi pemimpin /bos atau pemilik usaha


mohon maaf kalau salah thread ya momod mimin, thankyou
silahkan cekidot:
Spoiler for berita:
Mengurangi Kemacetan, Menghadapi Kenyataan
Oleh Marco Kusumawijaya | Newsroom Blog – Sel, 27 Nov 2012
Mari menghadapi kenyataan. Untuk membangun sistem angkutan umum mumpuni, yang dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan-jalan di Jakarta sehingga sama seperti 20 tahun yang lalu, diperlukan waktu 10 tahun.
Padahal pada saat yang sama, sangat kecil kemungkinan pemerintah pusat akan mengeluarkan kebijakan yang dapat mengecilkan industri otomotif. Bukan karena ada konspirasi atau semacamnya, melainkan karena memang sulit menolak godaan pertumbuhan ekonomi yang ditawarkan industri otomotif sebagai jalan pintas.
Meski demikian, angkutan umum tetap harus dibangun. Makin cepat dimulai (dan makin kencang larinya), makin baik. Lalu apa yang dapat kita lakukan sambil menunggu 10 tahun itu? Kita tentu tidak mau cuma marah-marah dan menderita berbagai penyakit akibat macet, polusi dan berbagai ketegangan?
Ada beberapa cara. Yang utama adalah, mengurangi kebutuhan bepergian pada hari kerja.
Dewasa ini, teknologi informasi makin hebat. Perkembangan dunia digital sudah dan terus membantu kita dalam “bertemu” orang. Tatap muka kini dapat dilakukan melalui Skype, Facetime, dan berbagai platform lain.
Beberapa jenis pekerjaan juga lebih bagus dan produktif bila dilakukan tertulis, ketimbang lisan. Mutu pemikiran pun membaik bila kita mengurangi kebiasaan bercakap-cakap dan meningkatkan kebiasaan menulis.
Untuk mendukung berlangsungnya bekerja tanpa perlu ke kantor, pemerintah dan swasta dapat mendorong ketersediaan jaringan internet nirkabel di seluruh kota. Di Jakarta, sebagai contoh, memang sudah banyak titik hotspot. Tetapi jangan lupakan kawasan pinggir, kabupaten-kabupaten sekitar, karena di sinilah pertumbuhan permukiman terbesar — dan sumber bangkitan perjalanan ulang-alik ke pusat kota Jakarta.
Dukungan lain? Makin banyak layanan pengantaran makanan. Bahkan, layanan ini sudah menjalar ke kota-kota “tenang” seperti Yogyakarta. Tak hanya makanan, tapi juga antaran yang lain. Sektor ini bisa meningkat dengan dorongan insentif dan kebijakan lainnya.
Ada satu cara lagi yang agak sulit (tapi bukan tidak mungkin diterapkan). Yakni mengatur ketersediaan permukiman di dekat lokasi pekerjaan.
Sekarang ini, para pengembang gedung kantor dan pusat komersial lain diwajibkan menyediakan tempat parkir dengan jumlah minimal yang diatur rinci. Mengapa mereka tidak sekalian diwajibkan membangun hunian karyawan di dalam kompleks yang sama — atau setidaknya berdekatan? Bayangkan betapa leganya jalanan karena para karyawan hanya perlu menempuh 5-10 menit untuk bisa sampai ke kantor.
Semua ini dapat diatur di dalam Rencana Detail Tata Ruang per kecamatan yang sekarang sedang ditinjau kembali. Ini suatu kesempatan!
Saya yakin ada banyak kecerdasan untuk menghasilkan gagasan dan perubahan signifikan dalam mengatasi kemacetan. Yang saya khawatirkan adalah harapan yang terus-menerus atas akan adanya solusi mudah yang mujarab seketika, yang membuat kita menunggu dan tidak berubah. Selain itu ada juga kemalasan — terutama dari pihak birokrasi — untuk memudahkan perubahan itu. Kata kunci yang sering diungkapan adalah "Sulit!" Tetapi, tidak mungkin lebih sulit daripada keadaan yang sudah kita hadapi sekarang. Ayo, bangun! Hadapi kenyataan!
Apa lagi yang dapat dilakukan demi mengurangi kemacetan? Pembaca punya ide?
Oleh Marco Kusumawijaya | Newsroom Blog – Sel, 27 Nov 2012
Mari menghadapi kenyataan. Untuk membangun sistem angkutan umum mumpuni, yang dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan-jalan di Jakarta sehingga sama seperti 20 tahun yang lalu, diperlukan waktu 10 tahun.
Padahal pada saat yang sama, sangat kecil kemungkinan pemerintah pusat akan mengeluarkan kebijakan yang dapat mengecilkan industri otomotif. Bukan karena ada konspirasi atau semacamnya, melainkan karena memang sulit menolak godaan pertumbuhan ekonomi yang ditawarkan industri otomotif sebagai jalan pintas.
Meski demikian, angkutan umum tetap harus dibangun. Makin cepat dimulai (dan makin kencang larinya), makin baik. Lalu apa yang dapat kita lakukan sambil menunggu 10 tahun itu? Kita tentu tidak mau cuma marah-marah dan menderita berbagai penyakit akibat macet, polusi dan berbagai ketegangan?
Ada beberapa cara. Yang utama adalah, mengurangi kebutuhan bepergian pada hari kerja.
Dewasa ini, teknologi informasi makin hebat. Perkembangan dunia digital sudah dan terus membantu kita dalam “bertemu” orang. Tatap muka kini dapat dilakukan melalui Skype, Facetime, dan berbagai platform lain.
Beberapa jenis pekerjaan juga lebih bagus dan produktif bila dilakukan tertulis, ketimbang lisan. Mutu pemikiran pun membaik bila kita mengurangi kebiasaan bercakap-cakap dan meningkatkan kebiasaan menulis.
Untuk mendukung berlangsungnya bekerja tanpa perlu ke kantor, pemerintah dan swasta dapat mendorong ketersediaan jaringan internet nirkabel di seluruh kota. Di Jakarta, sebagai contoh, memang sudah banyak titik hotspot. Tetapi jangan lupakan kawasan pinggir, kabupaten-kabupaten sekitar, karena di sinilah pertumbuhan permukiman terbesar — dan sumber bangkitan perjalanan ulang-alik ke pusat kota Jakarta.
Dukungan lain? Makin banyak layanan pengantaran makanan. Bahkan, layanan ini sudah menjalar ke kota-kota “tenang” seperti Yogyakarta. Tak hanya makanan, tapi juga antaran yang lain. Sektor ini bisa meningkat dengan dorongan insentif dan kebijakan lainnya.
Ada satu cara lagi yang agak sulit (tapi bukan tidak mungkin diterapkan). Yakni mengatur ketersediaan permukiman di dekat lokasi pekerjaan.
Sekarang ini, para pengembang gedung kantor dan pusat komersial lain diwajibkan menyediakan tempat parkir dengan jumlah minimal yang diatur rinci. Mengapa mereka tidak sekalian diwajibkan membangun hunian karyawan di dalam kompleks yang sama — atau setidaknya berdekatan? Bayangkan betapa leganya jalanan karena para karyawan hanya perlu menempuh 5-10 menit untuk bisa sampai ke kantor.
Semua ini dapat diatur di dalam Rencana Detail Tata Ruang per kecamatan yang sekarang sedang ditinjau kembali. Ini suatu kesempatan!
Saya yakin ada banyak kecerdasan untuk menghasilkan gagasan dan perubahan signifikan dalam mengatasi kemacetan. Yang saya khawatirkan adalah harapan yang terus-menerus atas akan adanya solusi mudah yang mujarab seketika, yang membuat kita menunggu dan tidak berubah. Selain itu ada juga kemalasan — terutama dari pihak birokrasi — untuk memudahkan perubahan itu. Kata kunci yang sering diungkapan adalah "Sulit!" Tetapi, tidak mungkin lebih sulit daripada keadaan yang sudah kita hadapi sekarang. Ayo, bangun! Hadapi kenyataan!
Apa lagi yang dapat dilakukan demi mengurangi kemacetan? Pembaca punya ide?
sumber:yahoo.com


0
992
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan