India dengan penduduk 1,2 miliar jiwa tidak memiliki bahasa nasional yang menyebabkan bahasa campuran Inggris serta Hindi atau Hinglish semakin banyak digunakan.

Dewasa ini banyak orang tua yang mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah dengan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Namun, para siswa yang sudah lulus sekolah sebagian besar menggunakan bahasa yang tidak akan dimengerti di London atau di New York karena merupakan penggabungan bahasa Inggris dan Hindi.

Sejumlah pihak menyatakan, bahasa Hinglish ini muncul karena tidak tersedianya guru-guru bahasa Inggris yang terampil dan juga karena tidak adanya bahasa nasional.

Setelah setengah abad merdeka, bahasa Inggris masih tetap digunakan sebagai bahasa utama di perguruan tinggi, media nasional, bidang yudikatif, dan bisnis.

Namun, pada tingkat pemerintah nasional, bahasa Hindi dijadikan sebagai bahasa resmi.

Iklan dengan Hinglish

Bahasa Hindustani yang banyak digunakan dalam film-film Bollywood hanya digunakan oleh sekitar 40 persen penduduk dan hanya terkonsentrasi di India utara. Di tempat-tempat lain di India, bahasa yang digunakan adalah berbagai bahasa daerah.



India mengklaim merupakan negara dengan pengguna bahasa Inggris terbesar kedua di dunia. Perkiraan ini didasarkan pada sekitar 10 persen penduduk yang menggunakan bahasa Inggris atau sekitar 125 juta jiwa, jumlah terbanyak di bawah Amerika Serikat.

Jumlah ini diperkirakan akan meningkat empat kali lipat dalam sepuluh tahun ke depan.

Tetapi, tanpa bahasa nasional, penggunaan bahasa Hinglish ini semakin meluas dan tersebar ke seluruh India melalui internet, saluran televisi, dan media lain.

Sejumlah iklan juga semakin memicu penggunaan campuran dua bahasa ini termasuk iklan sampo, misalnya dengan slogan, "Come on girls, waqt hai shine karne ka!', atau "Ayo cewek, saatnya (rambut) bersinar".
sumber: Kompas dot com