Kaskus

News

soiponAvatar border
TS
soipon
{Sudah "Salah Alamat", Bebal} Untit Anggota DPR, Baleg Tuding PPI Jerman Tidak Etis
Untit Anggota DPR, Baleg Tuding PPI Jerman Tidak Etis
Penulis : Sabrina Asril | Rabu, 28 November 2012 | 01:46 WIB
|

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Ali Wongso H Sinaga mengkritisi cara yang dilakukan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman dalam mengawasi kunjungan kerja anggota Baleg DPR.

Ia menilai mahasiswa di sana tidak etis. Pasalnya, PPI merekam kunker Baleg dengan cara mengendap-endap.

"Saya juga pernah mahasiswa. Kita memang harus kritis, tetapi rasional. Saya pikir etika itu juga harus dimiliki seorang intelektual," imbuh Ali Wongso, Selasa (27/11/2012), di Kompleks Parlemen, Senayan.

Pada tanggal 17-23 November lalu, sekitar sembilan anggota Baleg bertolak ke Jerman untuk melakukan kunjungan kerja terkait penyusunan Rancangan Undang-Undang Keinsinyuran.

Saat berkunjung, kegiatan anggota Baleg di sana ternyata direkam secara diam-diam oleh PPI Jerman. Di dalam rekaman yang kemudian diunggah ke YouTube itu, ditunjukkan kegiatan Baleg saat berkunjung ke Deutsches Institut fur Normung (DIN). DIN merupakan lembaga sertifikasi produk di Jerman.

Di sana, anggota DPR tampak bingung lantaran kendala bahasa. Kunjungan itu pun dinilai tidak relevan dengan tujuan kunker Baleg untuk mempersiapkan RUU Keinsinyuran.

"Yang kami sayangkan, mereka hanya merekam sebagian kecil kegiatannya. Ada koresponden media di sana yang mau meliput, sudah kami undang, tetapi tidak juga muncul," ujar Ali Wongso.

Politisi Partai Golkar ini mengaku tidak sadar jika kegiatan Baleg di DIN direkam oleh PPI. Namun, saat ke DIN, Ali sempat melihat ada yang membuntuti kendaraan rombongan Baleg.

"Saat di dalam bertemu dengan DIN, mereka juga merekam diam-diam supaya tidak ketahuan. Saya memang sempat aneh ada mahasiswa yang menggerak-gerakkan kamera, tetapi saya baru tahu kalau itu direkam setelah sampai Jakarta ramai di YouTube," imbuhnya.

Saat ini, lanjut Ali, rombongan Baleg yang berangkat ke Jerman masih menyiapkan laporan hasil pembelajaran selama di sana.

"Sekarang masih digodok, belum selesai. Yang jelas kami di sana cukup membawa ilmu dan gambaran terkait undang-undang keinsinyuran yang sudah dimiliki Jerman," kata Ali.


Source

Baleg Akui Kunker ke DIN Jerman Salah Alamat
Penulis : Sabrina Asril | Selasa, 27 November 2012 | 18:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Legislasi (Baleg) Dewan Perwakilan Rakyat yang melakukan kunjungan ke Jerman, beberapa waktu lalu, kini sudah kembali ke Tanah Air. Kunjungan Baleg dalam rangka penyusunan Rancangan Undang-Undang Keinsinyuran ini sempat mengundang perhatian lantaran rekaman video yang diunggah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Berlin ke Youtube.

Di dalam rekaman video itu, PPI menyoroti kunjungan rombongan Baleg yang berjumlah sembilan orang ke Deutsches Institut fur Normung (DIN) Jerman. Kunjungan ini dinilai salah alamat karena DIN adalah lembaga standardisasi produk di Jerman.

Terkait tuduhan ini, anggota Baleg dari Fraksi Golkar, Ali Wongso H Sinaga, mengakui bahwa DIN tidak berkorelasi langsung dengan tujuan penyusunan RUU Keinsinyuran. "Saat kami sampai ke DIN itu, kami juga menyadari bahwa ini kok enggak nyambung. Tidak ada relevansinya dengan tujuan kunker (kunjungan kerja) Baleg ke Jerman," ujar Ali, Selasa (27/11/2012), di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.

Ali berdalih kunjungan anggota Baleg semuanya diatur oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jerman.
Anggota Baleg yang ke sana, lanjutnya, hanya menerima jadi susunan acara yang telah dipersiapkan. Rombongan Baleg pun sempat mempertanyakan alasan pencantuman DIN di dalam tujuan kunjungan kerja anggota Baleg ke Jerman.

"Kami tanya ke atase pendidikannya yang hari pertama mendampingi kami. Padahal, seharusnya kami itu bertemu dengan Perhimpunan Insinyur di Jerman. Mereka beralasan kalau asosiasi insinyur Jerman sedang mengadakan kongres dan harus diberitahukan berbulan-bulan sebelumnya," ucap Ali.

Sementara itu, terkait kendala bahasa yang dialami anggota Baleg saat pertemuan dengan DIN, Ali menjelaskan bahwa itu lebih pada kendala penerjemah. Dua penerjemah dari KBRI, menurut Ali, tidak memiliki kemampuan yang sama. Salah seorang di antaranya bahkan tidak secara menyeluruh menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

"Jadi, saya sempat tanya kenapa penerjemahnya hanya sepotong-sepotong menerjemahkan, apa yang disampaikan DIN panjang lebar kok sama dia pendek sekali," imbuh Ali.

Ia pun menyayangkan adanya video yang disebar PPI Jerman ke Youtube. Pasalnya, Ali menilai PPI hanya memotret sebagian kecil dari kegiatan rombongan Baleg di Jerman. Padahal, rombongan Baleg selain ke DIN juga bertemu dengan pihak Kementerian Teknologi dan Ekonomi, Persatuan Insinyur, dan Parlemen Negara Bagian di Jerman.

Di dalam kunjungan kerja ke Jerman, ada sembilan anggota Baleg yang turut serta, yakni Sunardi Ayub (Fraksi Hanura), Nanang Samodra (Fraksi Demokrat), Paula Sinjal (Fraksi Demokrat), Ferdyansyah (Fraksi Golkar), Ali Wongso H Sinaga (Fraksi Golkar), Indra (Fraksi PKS), Abdul Hakim (Fraksi PKS), Chairul Naim M Anik (Fraksi PAN), dan Djamal Azis (Fraksi Hanura). Kunjungan kerja ini menghabiskan biaya Rp 2,35 miliar.

Source

Sudah "salah alamat" sekarang Baleg tuding PPI Berlin dan Kedubes, kalau memang tidak etis dan ilegal kenapa PPI Berlin diperbolehkan oleh pihak security membawa kamera di pertemuan anggota DPR dengan DIN?

Terkait pertemuan dengan DIN, Baleg menyalahkan Kedubes karena "salah alamat" itu, mengapa anggota DPR tidak tanya dulu sebelum berangkat ke Kedubes RI di Jerman organisasi apa yang akan ditemui di Jerman? Satu lagi bukti Baleg tidak melakukan riset siapa yang akan ditemui untuk membahas keinsinyuran.

Lalu terkait alasan anggota Baleg, staff penerjemah dari Kedubes RI Jerman yang katanya Baleg kemampuannya tidak sama. Haloo, staff penerjemah ini sudah diseleksi dengan ketat untuk menjadi duta di bawah Kedubes, dan kemampuannya di atas rata2. Apabila penerjemah disuruh menerjemahkan setiap kalimat perwakilan DIN yang panjang, ya jelas penerjemah itu akan menjelaskan intisari dari perkataannya saja dong. Daripada menyalahkan penerjemah, seharusnya Baleg ikut kursus bahasa Jerman dan Inggris dulu sebelum berangkat, daripada Baleg mendiskreditkan penerjemah Kedubes RI Jerman, padahal Baleg sendiri tidak mampu berbahasa Inggris dan Jerman.

Dasar Baleg bermuka tebal dan bebal.

emoticon-Matabelo
Diubah oleh soipon 28-11-2012 03:08
0
3K
31
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan