- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
The HOPE of Name (Big Zaman)
TS
airozz
The HOPE of Name (Big Zaman)
Quote:
THE HOPE of NAME
Kalau William Shakespeare mewakili orang barat mengatakan ‘Apalah artinya sebuah nama” . Tidak demikian dengan kita yang di Negara rimur. Di daratan China hampir semua nama biasanya ada artinya, di Indonesia juga , walau tertera dalam berbagai bahasa, bahasa Indonesia, maupun bahasa daerah. Dalam agama Islam bahkan
dikatakan nama adalah doa…
Oleh karena itu, anjuran untuk para Dahlanis, BIJAKLAH dalam memberikan nama-nama untuk anandanya… Nama yang bagus akan membuat anak menjadi bangga, dan juga nama adalah HOPE , harapan dari orang tua pada anaknya, yang tentunya berharap suatu saat HARAPANNYA akan menjadi nyata…
Simaklah kisah berikut ini. Merupakan cuplikan dari blognya Iswandibanna, yang saya “ ramu” lagi agar lebih sesuai dengan blog Dahlanis dan lebih memberi inspirasi of HOPE.
Kalau William Shakespeare mewakili orang barat mengatakan ‘Apalah artinya sebuah nama” . Tidak demikian dengan kita yang di Negara rimur. Di daratan China hampir semua nama biasanya ada artinya, di Indonesia juga , walau tertera dalam berbagai bahasa, bahasa Indonesia, maupun bahasa daerah. Dalam agama Islam bahkan
dikatakan nama adalah doa…
Oleh karena itu, anjuran untuk para Dahlanis, BIJAKLAH dalam memberikan nama-nama untuk anandanya… Nama yang bagus akan membuat anak menjadi bangga, dan juga nama adalah HOPE , harapan dari orang tua pada anaknya, yang tentunya berharap suatu saat HARAPANNYA akan menjadi nyata…
Simaklah kisah berikut ini. Merupakan cuplikan dari blognya Iswandibanna, yang saya “ ramu” lagi agar lebih sesuai dengan blog Dahlanis dan lebih memberi inspirasi of HOPE.
Quote:
BIG ZAMAN
Ya, namanya serius tertulis ‘Big Zaman’ di KTP dan berbagai kartu identitas lainnya.
Perawakan dan tampangnya memang mirip anak baru lulus SMA, tapi siapa sangka bocah ini sudah diwisuda dari Kampus yang identik dengan yellow jacket-nya.
Karena kisah seorang Big yang menggugah dan memberikan inspirasi hingga ia didaulat menyampaikan ‘Graduation Speech’ saat wisuda tahun lalu di Balairung UI September tahun lalu.Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia BIG ZAMAN = besar di jamannya. Melihat nama yang western, biasanya kita mengira itu nama anak dari keluarga yang kaya, atau minimal terpelajar… Kalau anda berpikir demikian anda keliru…
Big Zaman adalah anak penjual pecel di Surabaya. Ibunya tidak pernah bermimpi anaknya akan menjadi sarjana lulusan UI.
Sekolahnya hampir saja gagal kalau dia tidak mendapatkan Pertolongan Tuhan….
Betapa indah pertolongan Tuhan…, tanpa cinta-Nya Barangkali seorang anak laki-laki itu sudah berhenti di tengah-tengah pendidikannya. Selalu saja ada orang yang mau membiayai sekolahnya dari KEPALA SEKOLAH SD-nya, sampai seorang PEMILIK RESTORAN YANG TAK DIKETAHUI ASALNYA, selalu menebus semua pembiayaan pendidikannya dari SD hingga lulus SMA 5 Surabaya …
Sejak SD SMP Big selalu kesulitan membayar uang sekolah, karena hidup yang serba kekurangan. Tapi entah mengapa selalu ada saja bantuan dari orang orang yang dia kenal maupun tidak. Saat SMA sang Ayah meninggal dunia dan hampir saja meruntuhkan impiannya. Bayangan lulus atau tidak dari SMA terus menghantuinya setiap hari…
Barangkali anak laki-laki itu tidak pernah berpikir untuk melanjutkan kuliahnya bila Tuhan tidak mengirimkan teman-teman SMA yang sangat tidak logis yang sering kali membantunya dan di akhir kelas 3 SMA mau PATUNGAN SEKELAS hanya untuk membiayai uang bimbingan belajarnya.
Betapa ajaib nikmat dariNya ketika anak laki-laki ini yang sudah diterima di kampus idamannya UI, namun nyaris gagal berangkat ke Jakarta karena masalah ongkos. Apa jadinya bila Tuhan tidak mengutus sahabat terbaik beserta keluarganya yang murah hati yang tiba-tiba datang MENJEMPUT ke rumahnya , MEMBERI TIKET dan menaikkan anak kampung ini untuk naik pesawat pertama kalinya! Ya, ke Jakarta!
Bahkan ketika sampai di asrama UI, tempat pertama kali menginjakkan kaki di kampus itu , anak laki-laki itu hanya bermodalkan 3 STEL BAJU CELANA plus ijazah di tangan, mengalami sulitnya di masa-masa awal. Ya, lagi-lagi Tuhan mengirimkan keluarga pertama ASUI yang saat itu datang berkunjung dan membawakan SETENTENG KANTONG PLASTIK BESAR Ramayana berisi baju, sepatu, tas, dan sejumlah uang agar ia dapat tinggal dengan nyaman. Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang….
Sesampai di Depok, dia memang tidak dikenakan biaya masuk sebesar 25 juta rupiah untuk Fasilkom UI, tapi dia harus membayar biaya DKFM, sebesar 700ribu rupiah. Big Zaman mengaku, saat ini pun dia masih ingat betul Ibu yg menagihnya dan mengultimatum akan mengenakan biaya 25juta rupiah jika tak membayar yang 700ribu itu. Sementara saat itu Big hanya membawa uang Rp.200 ribu saja. Tak ayal ia pun hanya bisa MENANGIS SAMBIL MEMBUKA DOMPETNYA….. seolah meyakinkan diri sendiri bahwa uangnya tak akan pernah cukup…
Big Zaman bercerita, justru saat dia menangis dia bertemu satpam ( yang belakangan dia sebut bahwa sepertinya satpam ini adalah malaikat ). Satpam ini menganjurkan dia menemui seorang Ibu, yang akhirnya menjadi Dewi penolongnya atas Kehendak Tuhan tentunya…
Saat itu pula, bisa jadi si anak laki-laki itu sudah di-DO sebelum memasuki perkuliahan karena 700 ribu uang DKFM yang belum dibayarkannya. Namun lagi-lagi tangan Tuhan terulur…seolah seperti ada bisikan di telinganya,
“Kamu tidak sendiri, Big..”
Begitulah Tuhan, dengan rasa cintaNya yang begitu besar menyelamatkan masa depan bocah cungkring itu… “ Kali ini seorang sosok mulia itu tiba-tiba memanggil saya yang sedang menangis di sekretariat untuk masuk ke ruangannya. Dengan lembut beliau menenangkan lalu mengatakan,
“Semua akan baik-baik saja, kamu jangan takut ya Big..”
NOL rupiahnya uang pangkal dan uang semester pun akhirnya dilengkapi dengan lunasnya DKFM saya saat itu. Hingga akhirnya kini ia bisa lulus dan wisuda.
“ Mata saya pun meleleh setiap mengingat kejadian bersama ibu yang selalu saya cintai…, yang hingga saat ini pun masih memperjuangkan mahasiswa-mahasiswa yang kurang beruntung seperti saya. Terimakasih Bu… “
Miracle will come when You believe….
(Keajaiban akan datang jika kamu beriman / yakin)
Ya, namanya serius tertulis ‘Big Zaman’ di KTP dan berbagai kartu identitas lainnya.
Perawakan dan tampangnya memang mirip anak baru lulus SMA, tapi siapa sangka bocah ini sudah diwisuda dari Kampus yang identik dengan yellow jacket-nya.
Karena kisah seorang Big yang menggugah dan memberikan inspirasi hingga ia didaulat menyampaikan ‘Graduation Speech’ saat wisuda tahun lalu di Balairung UI September tahun lalu.Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia BIG ZAMAN = besar di jamannya. Melihat nama yang western, biasanya kita mengira itu nama anak dari keluarga yang kaya, atau minimal terpelajar… Kalau anda berpikir demikian anda keliru…
Big Zaman adalah anak penjual pecel di Surabaya. Ibunya tidak pernah bermimpi anaknya akan menjadi sarjana lulusan UI.
Sekolahnya hampir saja gagal kalau dia tidak mendapatkan Pertolongan Tuhan….
Betapa indah pertolongan Tuhan…, tanpa cinta-Nya Barangkali seorang anak laki-laki itu sudah berhenti di tengah-tengah pendidikannya. Selalu saja ada orang yang mau membiayai sekolahnya dari KEPALA SEKOLAH SD-nya, sampai seorang PEMILIK RESTORAN YANG TAK DIKETAHUI ASALNYA, selalu menebus semua pembiayaan pendidikannya dari SD hingga lulus SMA 5 Surabaya …
Sejak SD SMP Big selalu kesulitan membayar uang sekolah, karena hidup yang serba kekurangan. Tapi entah mengapa selalu ada saja bantuan dari orang orang yang dia kenal maupun tidak. Saat SMA sang Ayah meninggal dunia dan hampir saja meruntuhkan impiannya. Bayangan lulus atau tidak dari SMA terus menghantuinya setiap hari…
Barangkali anak laki-laki itu tidak pernah berpikir untuk melanjutkan kuliahnya bila Tuhan tidak mengirimkan teman-teman SMA yang sangat tidak logis yang sering kali membantunya dan di akhir kelas 3 SMA mau PATUNGAN SEKELAS hanya untuk membiayai uang bimbingan belajarnya.
Betapa ajaib nikmat dariNya ketika anak laki-laki ini yang sudah diterima di kampus idamannya UI, namun nyaris gagal berangkat ke Jakarta karena masalah ongkos. Apa jadinya bila Tuhan tidak mengutus sahabat terbaik beserta keluarganya yang murah hati yang tiba-tiba datang MENJEMPUT ke rumahnya , MEMBERI TIKET dan menaikkan anak kampung ini untuk naik pesawat pertama kalinya! Ya, ke Jakarta!
Bahkan ketika sampai di asrama UI, tempat pertama kali menginjakkan kaki di kampus itu , anak laki-laki itu hanya bermodalkan 3 STEL BAJU CELANA plus ijazah di tangan, mengalami sulitnya di masa-masa awal. Ya, lagi-lagi Tuhan mengirimkan keluarga pertama ASUI yang saat itu datang berkunjung dan membawakan SETENTENG KANTONG PLASTIK BESAR Ramayana berisi baju, sepatu, tas, dan sejumlah uang agar ia dapat tinggal dengan nyaman. Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang….
Sesampai di Depok, dia memang tidak dikenakan biaya masuk sebesar 25 juta rupiah untuk Fasilkom UI, tapi dia harus membayar biaya DKFM, sebesar 700ribu rupiah. Big Zaman mengaku, saat ini pun dia masih ingat betul Ibu yg menagihnya dan mengultimatum akan mengenakan biaya 25juta rupiah jika tak membayar yang 700ribu itu. Sementara saat itu Big hanya membawa uang Rp.200 ribu saja. Tak ayal ia pun hanya bisa MENANGIS SAMBIL MEMBUKA DOMPETNYA….. seolah meyakinkan diri sendiri bahwa uangnya tak akan pernah cukup…
Big Zaman bercerita, justru saat dia menangis dia bertemu satpam ( yang belakangan dia sebut bahwa sepertinya satpam ini adalah malaikat ). Satpam ini menganjurkan dia menemui seorang Ibu, yang akhirnya menjadi Dewi penolongnya atas Kehendak Tuhan tentunya…
Saat itu pula, bisa jadi si anak laki-laki itu sudah di-DO sebelum memasuki perkuliahan karena 700 ribu uang DKFM yang belum dibayarkannya. Namun lagi-lagi tangan Tuhan terulur…seolah seperti ada bisikan di telinganya,
“Kamu tidak sendiri, Big..”
Begitulah Tuhan, dengan rasa cintaNya yang begitu besar menyelamatkan masa depan bocah cungkring itu… “ Kali ini seorang sosok mulia itu tiba-tiba memanggil saya yang sedang menangis di sekretariat untuk masuk ke ruangannya. Dengan lembut beliau menenangkan lalu mengatakan,
“Semua akan baik-baik saja, kamu jangan takut ya Big..”
NOL rupiahnya uang pangkal dan uang semester pun akhirnya dilengkapi dengan lunasnya DKFM saya saat itu. Hingga akhirnya kini ia bisa lulus dan wisuda.
“ Mata saya pun meleleh setiap mengingat kejadian bersama ibu yang selalu saya cintai…, yang hingga saat ini pun masih memperjuangkan mahasiswa-mahasiswa yang kurang beruntung seperti saya. Terimakasih Bu… “
Miracle will come when You believe….
(Keajaiban akan datang jika kamu beriman / yakin)
Source
Blog Sumber
Bukan blog sumber / a.k.a. blog TS
0
3.7K
Kutip
2
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan