- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Apa Kabar Generasi Penerus Bangsaku?


TS
oihsan
Apa Kabar Generasi Penerus Bangsaku?
Beberapa tahun belakangan ini kualitas anak-anak muda bangsa ini semakin menurun. Anak muda adalah generasi penerus. Yang artinya merekalah penentu mau di bawa kemana bangsa ini. Anak muda kita saat ini tidak lagi giat dalam menghasilkan karya-karya terbaiknya bagi negeri kita. Kini anak-anak muda yang disebut penerus bangsa itu sibuk dengan game online-nya, dan sibuk memikirkan bagaimana caranya meluluhkan hati pacarnya.
Sebuah akibat tentu saja ada sebabnya. Sangat mudahnya akses internet saat ini membuat pemuda kita seperti lalai atau menjadi malas dan cenderung ketagihan berselancar di dunia maya. Mereka lebih senang duduk berjam-jam untuk berselancar didunia maya dari pada membaca buku pelajaran. Mungkin Pemerintah Indonesia saat ini belum melihat hal ini adalah ancaman bagi generasi penerus kita. Apa jadinya dengan Negara ini jika pemuda-nya terlena dan terkesan senang dengan yang instan. Bayangkan saja apabila mereka menjadi pemimpin Negara ini kelak.
Pasti banyak diantara kita pernah berpikiran mengapa negaraku yang sudah merdeka sekitar 67 tahun lebih masih menjadi Negara berkembang dan kesannya makin memburuk? Jawabannya adalah ada pada, cara bangsa ini menganggap generasi penerusnya bukan apa-apa dan kebanyakan menganggap remeh generasi mudanya. Negera ini terlalu terfokus pada generasi tua yang sudah mempunyai jabatan tinggi. Namun hal ini juga tidak terlepas dari cara berfikir atau bisa kita sebut sebagai budaya kita sendiri.
Budaya kita cenderung membuat anak muda kita “manja”. Contohnya saja di negera ini masih banyak tetangga kita yang sudah menikah masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Sekali lagi sudah menikah tetapi masih tinggal bersama orang tua? Wow mengerikan bukan. Coba bandingkan dengan bangsa Amerika, anak mereka biasanya saat sudah berumur 17 tahun keatas sudah harus meninggalkan rumah dan menjalani hidupnya sendiri.
Kita mungkin bisa mengambil sedikit hikmah dari kisah hidup Warren Buffett, orang kedua terkaya didunia ini, menurut majalah forbes. Beliau telah memiliki saham pertamanya pada umur 11 tahun. Dan Warren kecil sudah bisa membeli sebuah kebun kecil dengan hasil kerja kerasnya menjadi loper Koran. Walau begitu dia masih tetap saja menyesal. Dia menyesal karena tidak lebih awal memulai usahanya. Dengan kekayaannya saat ini yang sekitar US$62 miliar dia masih saja tinggal dirumah sederhana dan tidak berpagar apalagi di kawal oleh petugas keamanan pribadi. Dengan kekayaannya itu dia masih saja hidup sederhana dan tidak pamer dengan kekayaannya. Dan filosofi terbaiknya adalah dia akan menyumbangkan hampir 95% kekayaannya untuk menolong orang yang kurang mampu.
Pada akhirnya mungkin generasi kita tidak akan dapat memperbaiki seluruh masalah yang menerpa bangsa ini. Bukan berarti kita diam dan menunggu perubahan itu terjadi. Tugas utama kita adalah membuat jalan yang sedemikian rupa agar kelak keturunan kita atau bisa dibilang penerus generasi bangsa ini dapat dengan mudah mengemudikan visi dan misi bangsa kita. Dengan begitu bangsa kita bakal menjadi lebih baik. Kelak saat kita telah berkeluarga dan mempunyai keturunan, jangan lupakan nasehat-nasehat dari Warren Buffet. Ajarkan pada anak-anak kita cara berinvestasi saat masih muda, jangan dorong anak untuk membeli barang-barang yang seharusnya tidak di beli, dan ajarkan pada anak untuk berhemat dalam artian Jangan memboroskan uang untuk hal-hal yang tidak diperlukan, gunakanlah uang untuk membantu mereka yang kekurangan. Akhir kata biar bagaimana pun orang lain tetap tidak dapat mengatur hidup Anda sendiri. Andalah yang mengendalikan hidup Anda sepenuhnya
Sebuah akibat tentu saja ada sebabnya. Sangat mudahnya akses internet saat ini membuat pemuda kita seperti lalai atau menjadi malas dan cenderung ketagihan berselancar di dunia maya. Mereka lebih senang duduk berjam-jam untuk berselancar didunia maya dari pada membaca buku pelajaran. Mungkin Pemerintah Indonesia saat ini belum melihat hal ini adalah ancaman bagi generasi penerus kita. Apa jadinya dengan Negara ini jika pemuda-nya terlena dan terkesan senang dengan yang instan. Bayangkan saja apabila mereka menjadi pemimpin Negara ini kelak.
Pasti banyak diantara kita pernah berpikiran mengapa negaraku yang sudah merdeka sekitar 67 tahun lebih masih menjadi Negara berkembang dan kesannya makin memburuk? Jawabannya adalah ada pada, cara bangsa ini menganggap generasi penerusnya bukan apa-apa dan kebanyakan menganggap remeh generasi mudanya. Negera ini terlalu terfokus pada generasi tua yang sudah mempunyai jabatan tinggi. Namun hal ini juga tidak terlepas dari cara berfikir atau bisa kita sebut sebagai budaya kita sendiri.
Budaya kita cenderung membuat anak muda kita “manja”. Contohnya saja di negera ini masih banyak tetangga kita yang sudah menikah masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Sekali lagi sudah menikah tetapi masih tinggal bersama orang tua? Wow mengerikan bukan. Coba bandingkan dengan bangsa Amerika, anak mereka biasanya saat sudah berumur 17 tahun keatas sudah harus meninggalkan rumah dan menjalani hidupnya sendiri.
Kita mungkin bisa mengambil sedikit hikmah dari kisah hidup Warren Buffett, orang kedua terkaya didunia ini, menurut majalah forbes. Beliau telah memiliki saham pertamanya pada umur 11 tahun. Dan Warren kecil sudah bisa membeli sebuah kebun kecil dengan hasil kerja kerasnya menjadi loper Koran. Walau begitu dia masih tetap saja menyesal. Dia menyesal karena tidak lebih awal memulai usahanya. Dengan kekayaannya saat ini yang sekitar US$62 miliar dia masih saja tinggal dirumah sederhana dan tidak berpagar apalagi di kawal oleh petugas keamanan pribadi. Dengan kekayaannya itu dia masih saja hidup sederhana dan tidak pamer dengan kekayaannya. Dan filosofi terbaiknya adalah dia akan menyumbangkan hampir 95% kekayaannya untuk menolong orang yang kurang mampu.
Pada akhirnya mungkin generasi kita tidak akan dapat memperbaiki seluruh masalah yang menerpa bangsa ini. Bukan berarti kita diam dan menunggu perubahan itu terjadi. Tugas utama kita adalah membuat jalan yang sedemikian rupa agar kelak keturunan kita atau bisa dibilang penerus generasi bangsa ini dapat dengan mudah mengemudikan visi dan misi bangsa kita. Dengan begitu bangsa kita bakal menjadi lebih baik. Kelak saat kita telah berkeluarga dan mempunyai keturunan, jangan lupakan nasehat-nasehat dari Warren Buffet. Ajarkan pada anak-anak kita cara berinvestasi saat masih muda, jangan dorong anak untuk membeli barang-barang yang seharusnya tidak di beli, dan ajarkan pada anak untuk berhemat dalam artian Jangan memboroskan uang untuk hal-hal yang tidak diperlukan, gunakanlah uang untuk membantu mereka yang kekurangan. Akhir kata biar bagaimana pun orang lain tetap tidak dapat mengatur hidup Anda sendiri. Andalah yang mengendalikan hidup Anda sepenuhnya
0
768
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan