- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mantan Pelatih Bulu Tangkis Nasional Berpulang
TS
japek
Mantan Pelatih Bulu Tangkis Nasional Berpulang
Quote:
Dunia bulu tangkis Indonesia berduka Salah satu pelatih bertangan dingin, M. Ridwan Sumardjo telah berpulang pada hari Kamis (22/11) dalam usia 74 tahun.
Bekas pelatih yang banyak melahirkan pemain-pemain muda berbakat ketika digembleng di SMP/SMU Ragunan tahun 1970-an itu wafat karena sakit prostat dan komplikasi.
Jenasah pelatih kelahiran Medan, 26 Desember 1937 itu dimakamkan di pemakaman umum Al Akmal Kedoya, Jakarta Barat pada Kamis siang. Hingga akhir hayat, almarhum meninggalkan seorang istri dengan empat anak dan satu cucu.
Sebelum tutup usia, sarjana muda lulusan FPOK IKIP Medan tahun 1965 itu pada Maret silam usai menjalakan ibadah umroh langsung masuk rumah sakit Dharmais, Jakarta, untuk menjalani operasi prostat.
Setelah sempat membaik, pada Juni silam, M. Ridwan harus kembali masuk ruang bedah di RS Siloam Kebon Jeruk untuk menjalani operasi prostat lanjutan. Meskipun operasi berjalan lancar, karena usia lanjut, kesehatan almarhum pun makin menurun.
“Kita sangat kehilangan dengan kepergian almarhum. Pak Ridwan adalah pelatih yang sangat disiplin dan bisa membaca segala kemampuan pemain muda. Beliau juga tahu bagaimana caranya memoles dan meningkatkan prestasi pemain muda untuk dicetak menjadi pemain kelas dunia,” ujar Lius Pongoh, salah satu pemain binaan Ridwan ketika menempuh pendidikan di SMU Ragunan tahun 1977-1979.
Selain Lius, sejumlah pemain muda hasil didikan M. Ridwan kemudian bisa dipanggil masuk pelatnas dan berhasil dientaskannya menjadi pemain kelas dunia. Nama-nama pemain tersebut, di antaranya Icuk Sugiarto, Hendry Saputra, Bobby Ertanto, almarhum Hadibowo, Eddy Prayitno, Susy Ogeh, dll.
Selain berkarier di SMP/SMU Ragunan, almarhum juga pernah dipercaya menangani para pemain klub Tangkas Jakarta. Dia pun pernah terlibat dalam persiapan tim Piala Thomas Indonesia. Bahkan, pada tahun 1980 didaulat sebagai pelatih nasional di Brunei Darussalam.
Ketika warga Komunitas Bulutangkis Indonesia (KBI) mengunjungi sekaligus memberikan bantuan di rumahnya, Jalan Idata 17, Kemangisan Ilir, Jakarta barat, pada Juli silam, almarhum masih menaruh kepedulian tinggi terhadap bulutangkis Indonesia.
Ia juga sempat berpesan kepada para pemangku kepentingan bulutangkis nasional untuk menjaga persatuan, jangan saling bertengkar dan menyalahkan demi memajukan prestasi olahraga bulu tangkis Indonesia.
Bekas pelatih yang banyak melahirkan pemain-pemain muda berbakat ketika digembleng di SMP/SMU Ragunan tahun 1970-an itu wafat karena sakit prostat dan komplikasi.
Jenasah pelatih kelahiran Medan, 26 Desember 1937 itu dimakamkan di pemakaman umum Al Akmal Kedoya, Jakarta Barat pada Kamis siang. Hingga akhir hayat, almarhum meninggalkan seorang istri dengan empat anak dan satu cucu.
Sebelum tutup usia, sarjana muda lulusan FPOK IKIP Medan tahun 1965 itu pada Maret silam usai menjalakan ibadah umroh langsung masuk rumah sakit Dharmais, Jakarta, untuk menjalani operasi prostat.
Setelah sempat membaik, pada Juni silam, M. Ridwan harus kembali masuk ruang bedah di RS Siloam Kebon Jeruk untuk menjalani operasi prostat lanjutan. Meskipun operasi berjalan lancar, karena usia lanjut, kesehatan almarhum pun makin menurun.
“Kita sangat kehilangan dengan kepergian almarhum. Pak Ridwan adalah pelatih yang sangat disiplin dan bisa membaca segala kemampuan pemain muda. Beliau juga tahu bagaimana caranya memoles dan meningkatkan prestasi pemain muda untuk dicetak menjadi pemain kelas dunia,” ujar Lius Pongoh, salah satu pemain binaan Ridwan ketika menempuh pendidikan di SMU Ragunan tahun 1977-1979.
Selain Lius, sejumlah pemain muda hasil didikan M. Ridwan kemudian bisa dipanggil masuk pelatnas dan berhasil dientaskannya menjadi pemain kelas dunia. Nama-nama pemain tersebut, di antaranya Icuk Sugiarto, Hendry Saputra, Bobby Ertanto, almarhum Hadibowo, Eddy Prayitno, Susy Ogeh, dll.
Selain berkarier di SMP/SMU Ragunan, almarhum juga pernah dipercaya menangani para pemain klub Tangkas Jakarta. Dia pun pernah terlibat dalam persiapan tim Piala Thomas Indonesia. Bahkan, pada tahun 1980 didaulat sebagai pelatih nasional di Brunei Darussalam.
Ketika warga Komunitas Bulutangkis Indonesia (KBI) mengunjungi sekaligus memberikan bantuan di rumahnya, Jalan Idata 17, Kemangisan Ilir, Jakarta barat, pada Juli silam, almarhum masih menaruh kepedulian tinggi terhadap bulutangkis Indonesia.
Ia juga sempat berpesan kepada para pemangku kepentingan bulutangkis nasional untuk menjaga persatuan, jangan saling bertengkar dan menyalahkan demi memajukan prestasi olahraga bulu tangkis Indonesia.
KOMPAS
Salah seorang tokoh bulu tangkis telah berpulang, semoga diterima disisi Nya
0
1.6K
Kutip
16
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan