- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
kita harus bangga sama indonesia!!!emang negara laen doang yang bisa


TS
yumapratama
kita harus bangga sama indonesia!!!emang negara laen doang yang bisa
welcome to my thread
sory ya thread ane gak penting2 amat
ane cuman mo ngasih tau bahwa indonesia juga bisa seperti negara lain

yang no 1 maaf kalo udah pernah nyimak
Quote:
1.siapa yang gak kenal messi,ronaldo DLL dia adalah pemain terbaik didunia.tapi kata siapa indonesia tidak punya pemain yang lebih hebat dari 2 orang itu.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Bagi pencinta bola zaman sekarang nama Ramang mungkin sangat asing, tapi di era tahun 1950-60 an, sosok Ramang sangat fenomenal di dunia sepakbola Indonesia yang pernah membela Indonesia di Olimpiade Melbourne tahun 1956.
Nah, sosok Ramang ini akan dihadirkan kembali dalam bentuk film. Adalah produser Ichwan Persada yang berminat membuat film dokumenternya. Ia telah memulai proses risetnya terkait dengan keinginannya itu.
Dalam proses riset, tim Ichwan yang terdiri dari Nunuk Anwar, Eky Saleh, Saddam Syukri dan Ai Wajdi untuk membuat semacam malam penggalangan dana. Yang istimewa dari kegiatan yang diberi tajuk "Tribute To Ramang di di Woodsy Gab, Jl Urip Sumohardjo, Makassar, pada Jumat 16 November lalu. Itu karena juga menghadirkan anak Ramang, Anwar Ramang dan tokoh sepakbola Diza Rasyid Ali.
Nunuk Anwar, salah satu tim Ichwan menambahkan bahwa pihaknya memang tak berekspektasi banyak mengingat mereka menyiapkan acara dalam waktu singkat. Begitupun ia surprise ketika malam itu terkumpul donasi hampir Rp 2,5 juta rupiah.
Ichwan sendiri belum memberi penjelasan lebih jauh seputar film dokumenter tersebut. "Malam "Tribute to Ramang" adalah langkah awal. Dan kami juga baru melangkah. Perjalanan masih panjang.
"Namun kami berharap bisa segera melakukan proses produksi setelah tahap riset kami selesaikan, " katanya dalam keterangan pers, Minggu (18/11/2012). roduser film "Orenji" ini berharap film tersebut sudah bisa selesai pada Maret 2013 karena rencananya akan dikelilingkan ke sejumlah festival luar negeri terlebih dahulu.
Pada 26 September 2012 lalu, tepat peringatan 25 tahun meninggalnya Ramang. FIFA merilis artikel penghormatan khusus untuk beliau. Belum pernah sekalipun ada pesepakbola Indonesia dihargai sebegitu terhormat.
bukti kalau fifa mengenang
25 tahun meninggalnya ramang


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Bagi pencinta bola zaman sekarang nama Ramang mungkin sangat asing, tapi di era tahun 1950-60 an, sosok Ramang sangat fenomenal di dunia sepakbola Indonesia yang pernah membela Indonesia di Olimpiade Melbourne tahun 1956.
Nah, sosok Ramang ini akan dihadirkan kembali dalam bentuk film. Adalah produser Ichwan Persada yang berminat membuat film dokumenternya. Ia telah memulai proses risetnya terkait dengan keinginannya itu.
Dalam proses riset, tim Ichwan yang terdiri dari Nunuk Anwar, Eky Saleh, Saddam Syukri dan Ai Wajdi untuk membuat semacam malam penggalangan dana. Yang istimewa dari kegiatan yang diberi tajuk "Tribute To Ramang di di Woodsy Gab, Jl Urip Sumohardjo, Makassar, pada Jumat 16 November lalu. Itu karena juga menghadirkan anak Ramang, Anwar Ramang dan tokoh sepakbola Diza Rasyid Ali.
Nunuk Anwar, salah satu tim Ichwan menambahkan bahwa pihaknya memang tak berekspektasi banyak mengingat mereka menyiapkan acara dalam waktu singkat. Begitupun ia surprise ketika malam itu terkumpul donasi hampir Rp 2,5 juta rupiah.
Ichwan sendiri belum memberi penjelasan lebih jauh seputar film dokumenter tersebut. "Malam "Tribute to Ramang" adalah langkah awal. Dan kami juga baru melangkah. Perjalanan masih panjang.
"Namun kami berharap bisa segera melakukan proses produksi setelah tahap riset kami selesaikan, " katanya dalam keterangan pers, Minggu (18/11/2012). roduser film "Orenji" ini berharap film tersebut sudah bisa selesai pada Maret 2013 karena rencananya akan dikelilingkan ke sejumlah festival luar negeri terlebih dahulu.
Pada 26 September 2012 lalu, tepat peringatan 25 tahun meninggalnya Ramang. FIFA merilis artikel penghormatan khusus untuk beliau. Belum pernah sekalipun ada pesepakbola Indonesia dihargai sebegitu terhormat.
bukti kalau fifa mengenang


Quote:
2.kata siapa artis indonesia gak bisa membintangi film holywood

Nama Joe Taslim mendadak jadi perbincangan hangat setelah berhasil meraih peran di film Fast and Furious 6. Dalam film garapan sutradara Justin Lin itu, pria kelahiran Palembang, 23 Juni 1981 ini, memerankan karakter Jah, seorang pembunuh dengan kemampuan seni bela diri.
Mengenai keberhasilnnya meraih peran tersebut, pemilik nama asli Johannes Taslim ini menyebutnya sebagai mimpi yang jadi kenyataan. Meski demikian, pria yang tengah menjalani syuting Fast and Furious 6 di Inggris tersebut tak lantas jumawa. Ia mengaku masih harus banyak belajar.
"Terimakasih semua atas dukungannya. Saya sangat beruntung lolos audisi. Saya masih harus belajar banyak di sini," ujar Joe lewat akun Twitter miliknya.
Lantas siapa sebenarnya sosok Joe Taslim? Dikenal lewat perannya sebagai Sersan Jaka di film The Raid, Joe ternyata seorang atlet judo profesional.
Tak tanggung-tanggung, Joe mempersembahkan medali perak untuk Indonesia dalam ajang SEA Games 2007 dan medali emas dalam ajang South East Asia Judo Championship Singapore 1999.
Sementara itu dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 2008, Joe juga sukses mendulang medali emas. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai atlet judo saat itu, Joe didapuk sebagai model iklan sekitar tahun 2001.
Meski demikian, kariernya di dunia hiburan baru dimulai saat ia berperan dalam film horor berjudul Karma pada tahun 2008. Dalam film tersebut, Joe beradu akting dengan Dominique Diyose dan almarhum HIM Damsyik.
Akting Joe berlanjut di film Rasa pada tahun 2009. Dalam film tersebut, Joe beradu akting dengan sejumlah aktor dan aktris ternama Indonesia, seperti Christian Sugiono, Pevita Pearce, Wulan Guritno, Alex Komang, dan Ray Sahetapy.
Namun, dari beberapa film yang telah ia bintangi, The Raid-lah yang akhirnya mengubah drastis karier Joe di dunia film. Hal ini pun diakui oleh sang aktor sendiri.
"Thank you so much my brother, friend, sensei @ghuwevans, helping me through the auditions. It's very tough process.The Raid changed my life," ucapnya.
Kalimat bijak pun terlontar dari mulut Joe mengenai kesuksesannya menginjakkan kaki di industri film Hollywood. "Akan lebih banyak film maker dan aktor yang bisa go international kalau kita lebih support film nasional. Semua berawal dari kita," ujarnya.

Nama Joe Taslim mendadak jadi perbincangan hangat setelah berhasil meraih peran di film Fast and Furious 6. Dalam film garapan sutradara Justin Lin itu, pria kelahiran Palembang, 23 Juni 1981 ini, memerankan karakter Jah, seorang pembunuh dengan kemampuan seni bela diri.
Mengenai keberhasilnnya meraih peran tersebut, pemilik nama asli Johannes Taslim ini menyebutnya sebagai mimpi yang jadi kenyataan. Meski demikian, pria yang tengah menjalani syuting Fast and Furious 6 di Inggris tersebut tak lantas jumawa. Ia mengaku masih harus banyak belajar.
"Terimakasih semua atas dukungannya. Saya sangat beruntung lolos audisi. Saya masih harus belajar banyak di sini," ujar Joe lewat akun Twitter miliknya.
Lantas siapa sebenarnya sosok Joe Taslim? Dikenal lewat perannya sebagai Sersan Jaka di film The Raid, Joe ternyata seorang atlet judo profesional.
Tak tanggung-tanggung, Joe mempersembahkan medali perak untuk Indonesia dalam ajang SEA Games 2007 dan medali emas dalam ajang South East Asia Judo Championship Singapore 1999.
Sementara itu dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 2008, Joe juga sukses mendulang medali emas. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai atlet judo saat itu, Joe didapuk sebagai model iklan sekitar tahun 2001.
Meski demikian, kariernya di dunia hiburan baru dimulai saat ia berperan dalam film horor berjudul Karma pada tahun 2008. Dalam film tersebut, Joe beradu akting dengan Dominique Diyose dan almarhum HIM Damsyik.
Akting Joe berlanjut di film Rasa pada tahun 2009. Dalam film tersebut, Joe beradu akting dengan sejumlah aktor dan aktris ternama Indonesia, seperti Christian Sugiono, Pevita Pearce, Wulan Guritno, Alex Komang, dan Ray Sahetapy.
Namun, dari beberapa film yang telah ia bintangi, The Raid-lah yang akhirnya mengubah drastis karier Joe di dunia film. Hal ini pun diakui oleh sang aktor sendiri.
"Thank you so much my brother, friend, sensei @ghuwevans, helping me through the auditions. It's very tough process.The Raid changed my life," ucapnya.
Kalimat bijak pun terlontar dari mulut Joe mengenai kesuksesannya menginjakkan kaki di industri film Hollywood. "Akan lebih banyak film maker dan aktor yang bisa go international kalau kita lebih support film nasional. Semua berawal dari kita," ujarnya.
bukti

Quote:
kata siapa film indonesia gak bermutu

AMSTERDAM, KOMPAS.com -- Sejak pertama kali diputar di Toronto Film Festival 2011, The Raid: Redemption menjadi buah bibir di kalangan pecinta film, baik di Indonesia maupun dunia. Film yang digarap oleh sutradara asal Wales, Gareth Evans, ini dianggap media internasional sebagai bentuk baru dan segar dalam lembaran sejarah film laga di dunia.
Di Belanda, film yang dibintangi Iko Uwais dan Yayan Ruhian ini diputar untuk kali pertama di ajang Imagine Film Festival 2012, di Amsterdam. Festival yang sudah 28 kali diadakan ini khusus memutar film bergenre horor, fiksi sains, animasi, dan thriller. Lebih dari 60 judul film dari seluruh dunia diputar di festival ini. Tahun ini, Indonesia diwakili oleh film Madame X, garapan sutradara Lucky Kuswandi, dan The Raid: Redemption.
Diserbu mahasiswa Indonesia di Belanda
Sepanjang festival ini, film The Raid: Redemption diputar tiga kali. Hampir 30 persen dari para penonton yang memenuhi bioskop merupakan mahasiswa Indonesia yang sedang menjalani studi di Belanda. Mereka rela datang jauh-jauh ke Amsterdam dari kota-kota lain. Sebut saja dari Arnhem, Den Haag, Tilburg, Rotterdam, dan juga Wageningen.
Salah satu alasan mereka rela datang jauh-jauh adalah karena mereka banyak mendengar cerita dan membaca resensi positif, baik dari teman-teman di Indonesia maupun dari media. Demikian diungkapkan oleh Nyoman, mahasiswa dari Den Haag. Bahkan, sebelum menonton, Witantra, mahasiswa dari Tilburg, melakukan riset mengenai film tersebut. "Akhirnya terbayar juga setelah menonton filmnya langsung," imbuhnya. "Bikin bangga sih. Tapi filmnya intens banget, bikin capek. Pokoknya deg-degan, soalnya isinya darah darah semua," kata Vina, mahasiswi dari Amsterdam.
Mengundang decak kagum
Sepanjang film berdurasi 100 menit ini, para penonton memang tidak henti-henti dibuat kagum, entah karena aksi laga atau penggambaran kesadisannya. Bahkan, sempat terdengar riuh suara tepuk tangan ketika adegan sang tokoh utama (Iko Uwais) berhasil mengalahkan sang musuh tangguh (Yayan Ruhian). Toh, ada juga satu-dua penonton keluar dari bioskop di tengah film.
Pada akun Twitter-nya, @tbarnyard, seorang warga Belanda, menulis, "The Raid: Redemption keren banget! Yang bilang film Indonesia nggak ada yang bagus, kiss my a**!"
Akun @ardvark juga mengakui, "Kemarin The Raid sukses besar di Imagine FF Amsterdam. Para penonton bergumam "oooh" dan "aaah" di momen momen yang tepat!"
Pemenang penghargaan publik
Kesuksesan film The Raid: Redemption di Imagine Film Festival 2012 bukan sekadar basa-basi. Film ini mendapat penghargaan publik alias menjadi film yang mendapat apresiasi paling tinggi dari para penonton. Penghargaan Sp!ts Silver Scream Award ini diumumkan pada penghujung festival.
The Raid: Redemption memenangkan penghargaan Sp!ts Silver Scream Award mengungguli film kolaborasi dari Finlandia, Jerman, dan Australia, Iron Sky, dan film Spanyol Mientras Duermes.
Dengan penghargaan ini The Raid: Redemption menambah koleksi piala internasional, setelah merebut penghargaan dari Toronto International Film Festival 2011 dan Dublin International Film Festival 2012.
trailer the raid

AMSTERDAM, KOMPAS.com -- Sejak pertama kali diputar di Toronto Film Festival 2011, The Raid: Redemption menjadi buah bibir di kalangan pecinta film, baik di Indonesia maupun dunia. Film yang digarap oleh sutradara asal Wales, Gareth Evans, ini dianggap media internasional sebagai bentuk baru dan segar dalam lembaran sejarah film laga di dunia.
Di Belanda, film yang dibintangi Iko Uwais dan Yayan Ruhian ini diputar untuk kali pertama di ajang Imagine Film Festival 2012, di Amsterdam. Festival yang sudah 28 kali diadakan ini khusus memutar film bergenre horor, fiksi sains, animasi, dan thriller. Lebih dari 60 judul film dari seluruh dunia diputar di festival ini. Tahun ini, Indonesia diwakili oleh film Madame X, garapan sutradara Lucky Kuswandi, dan The Raid: Redemption.
Diserbu mahasiswa Indonesia di Belanda
Sepanjang festival ini, film The Raid: Redemption diputar tiga kali. Hampir 30 persen dari para penonton yang memenuhi bioskop merupakan mahasiswa Indonesia yang sedang menjalani studi di Belanda. Mereka rela datang jauh-jauh ke Amsterdam dari kota-kota lain. Sebut saja dari Arnhem, Den Haag, Tilburg, Rotterdam, dan juga Wageningen.
Salah satu alasan mereka rela datang jauh-jauh adalah karena mereka banyak mendengar cerita dan membaca resensi positif, baik dari teman-teman di Indonesia maupun dari media. Demikian diungkapkan oleh Nyoman, mahasiswa dari Den Haag. Bahkan, sebelum menonton, Witantra, mahasiswa dari Tilburg, melakukan riset mengenai film tersebut. "Akhirnya terbayar juga setelah menonton filmnya langsung," imbuhnya. "Bikin bangga sih. Tapi filmnya intens banget, bikin capek. Pokoknya deg-degan, soalnya isinya darah darah semua," kata Vina, mahasiswi dari Amsterdam.
Mengundang decak kagum
Sepanjang film berdurasi 100 menit ini, para penonton memang tidak henti-henti dibuat kagum, entah karena aksi laga atau penggambaran kesadisannya. Bahkan, sempat terdengar riuh suara tepuk tangan ketika adegan sang tokoh utama (Iko Uwais) berhasil mengalahkan sang musuh tangguh (Yayan Ruhian). Toh, ada juga satu-dua penonton keluar dari bioskop di tengah film.
Pada akun Twitter-nya, @tbarnyard, seorang warga Belanda, menulis, "The Raid: Redemption keren banget! Yang bilang film Indonesia nggak ada yang bagus, kiss my a**!"
Akun @ardvark juga mengakui, "Kemarin The Raid sukses besar di Imagine FF Amsterdam. Para penonton bergumam "oooh" dan "aaah" di momen momen yang tepat!"
Pemenang penghargaan publik
Kesuksesan film The Raid: Redemption di Imagine Film Festival 2012 bukan sekadar basa-basi. Film ini mendapat penghargaan publik alias menjadi film yang mendapat apresiasi paling tinggi dari para penonton. Penghargaan Sp!ts Silver Scream Award ini diumumkan pada penghujung festival.
The Raid: Redemption memenangkan penghargaan Sp!ts Silver Scream Award mengungguli film kolaborasi dari Finlandia, Jerman, dan Australia, Iron Sky, dan film Spanyol Mientras Duermes.
Dengan penghargaan ini The Raid: Redemption menambah koleksi piala internasional, setelah merebut penghargaan dari Toronto International Film Festival 2011 dan Dublin International Film Festival 2012.
trailer the raid

THANK YOU
0
2.4K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan