- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Ngakak.com] Anggota Dewan Kini Tak Lagi Terhormat
TS
kortikal
[Ngakak.com] Anggota Dewan Kini Tak Lagi Terhormat
Jakarta - Menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kini tak lagi terhormat. Sampai-sampai, mayoritas orangtua di Indonesia melarang anaknya duduk di Senayan menjadi wakil rakyat.
Fakta itu terungkap dalam hasil penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dalam survei yang dilakukan dengan responden 1.200 orang dengan tingkat kesalahan +/- 2,9 persen ini diketahui, sebanyak 56,43 persen responden tidak menginginkan anaknya menjadi anggota Dewan di Pemilu 2014.
"Angka tersebut mengalami peningkatan sekitar 25 persen dari tahun 2008 ke 2012," ungkap Peneliti LSI Rully Akbar akhir pekan lalu.
Menurut Rully, ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah orangtua yang enggan jika anaknya menjadi anggota DPR. Pertama dan yang paling tampak adalah maraknya kasus korupsi yang melibatkan anggota DPR
Faktor berikutnya, sambung Rully, publik menilai anggota DPR hanya mengejar kepentingan dan keuntungan pribadi, keterlibatan anggota DPR dalam kasus-kasus moral, serta persepsi negatif publik terhadap kinerja anggota DPR.
"Dengan citra buruk yang ada pada parlemen tersebut, 69,55 persen publik menyatakan tidak bangga lagi jika menjadi anggota DPR," jelasnya.
Dari temuan tersebut, LSI merekomendasikan agar partai politik melakukan seleksi ketat untuk mengajukan calon anggota DPR. Rully juga menyarankan setiap anggota DPR memperbaiki citra pribadi yang tak sekadar polesan lewat program-program yang prorakyat.
Salahkan Soeharto
Anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari menilai fenomena menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada anggota Parlemen saat ini sebenarnya diakibatkan beban sejarah dan budaya yang turun-temurun sejak zaman Orde Baru (Orba) era Presiden Soeharto.
Menurutnya, Indonesia kini sedang berada di tengah era defisit demokrasi warisan Orba yang telah berhasil menghipnotis jargon politik no and economy yes. Akibatnya, proses politik mendatangkan apatisme karena bukan dianggap sebagai jalan mulia untuk mengabdikan diri bagi nasib bangsa sebagaimana zaman pra-kemerdekaan hingga Orde Lama-nya Soekarno.
"Politik dipersepsikan sebagai dunia kotor, kejam, tidak produktif," ungkap politisi PDI Perjuangan ini.
Di sisi lain, kata Eva, euforia juga terjadi di parpol-parpol yang menikmati dipilih dan memilih, tapi lupa substansi tujuan berpolitik yang benar. Kondisi itu terjadi karena pemegang kekuasaan terlalu lama ditindas di zaman Orba sehingga tidak mempersiapkan diri bagaimana menjadi parpol yang sesungguhnya.
"Jujur saya sedih sekali dengan hasil survei LSI itu. Ini membuktikan bahwa stigma masih berlanjut, orang tidak cukup sabar untuk berproses sehingga parpol bisa normal kembali ke fungsi serta makna sesungguhnya," imbuhnya.
sumber
Ya iyalah, males tiap hari ada aja berita tentang kelakuan anggota terhormat ini
Fakta itu terungkap dalam hasil penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dalam survei yang dilakukan dengan responden 1.200 orang dengan tingkat kesalahan +/- 2,9 persen ini diketahui, sebanyak 56,43 persen responden tidak menginginkan anaknya menjadi anggota Dewan di Pemilu 2014.
"Angka tersebut mengalami peningkatan sekitar 25 persen dari tahun 2008 ke 2012," ungkap Peneliti LSI Rully Akbar akhir pekan lalu.
Menurut Rully, ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan jumlah orangtua yang enggan jika anaknya menjadi anggota DPR. Pertama dan yang paling tampak adalah maraknya kasus korupsi yang melibatkan anggota DPR
Faktor berikutnya, sambung Rully, publik menilai anggota DPR hanya mengejar kepentingan dan keuntungan pribadi, keterlibatan anggota DPR dalam kasus-kasus moral, serta persepsi negatif publik terhadap kinerja anggota DPR.
"Dengan citra buruk yang ada pada parlemen tersebut, 69,55 persen publik menyatakan tidak bangga lagi jika menjadi anggota DPR," jelasnya.
Dari temuan tersebut, LSI merekomendasikan agar partai politik melakukan seleksi ketat untuk mengajukan calon anggota DPR. Rully juga menyarankan setiap anggota DPR memperbaiki citra pribadi yang tak sekadar polesan lewat program-program yang prorakyat.
Salahkan Soeharto
Anggota Komisi III DPR Eva Kusuma Sundari menilai fenomena menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada anggota Parlemen saat ini sebenarnya diakibatkan beban sejarah dan budaya yang turun-temurun sejak zaman Orde Baru (Orba) era Presiden Soeharto.
Menurutnya, Indonesia kini sedang berada di tengah era defisit demokrasi warisan Orba yang telah berhasil menghipnotis jargon politik no and economy yes. Akibatnya, proses politik mendatangkan apatisme karena bukan dianggap sebagai jalan mulia untuk mengabdikan diri bagi nasib bangsa sebagaimana zaman pra-kemerdekaan hingga Orde Lama-nya Soekarno.
"Politik dipersepsikan sebagai dunia kotor, kejam, tidak produktif," ungkap politisi PDI Perjuangan ini.
Di sisi lain, kata Eva, euforia juga terjadi di parpol-parpol yang menikmati dipilih dan memilih, tapi lupa substansi tujuan berpolitik yang benar. Kondisi itu terjadi karena pemegang kekuasaan terlalu lama ditindas di zaman Orba sehingga tidak mempersiapkan diri bagaimana menjadi parpol yang sesungguhnya.
"Jujur saya sedih sekali dengan hasil survei LSI itu. Ini membuktikan bahwa stigma masih berlanjut, orang tidak cukup sabar untuk berproses sehingga parpol bisa normal kembali ke fungsi serta makna sesungguhnya," imbuhnya.
sumber
Ya iyalah, males tiap hari ada aja berita tentang kelakuan anggota terhormat ini
0
1.5K
10
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan