JAKARTA- Kemunculan pemimpin muda dalam kancah politik kerap dikhawatirkan memunculkan polemik seputar politik dinasti. Pasalnya, tak jarang calon pemimpin muda yang menyandang nama besar keluarga pemimpin di masa sebelumnya.

Namun, menurut Ketua Umum Forum Keluarga Besar Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (FKB KAPPI 66) Bambang Heryanto, politik dinasti adalah hal yang wajar. "Politik dinasti sepanjang proporsional dan tidak bertentangan dengan kehendak rakyat, itu sah-sah saja," tegas Bambang Heryanto dalam keterangannya, Jumat (12/10/2012).

Bambang mengatakan, di negara yang menjadi kiblat demokrasi saja, politik dinasti juga muncul. ”Ayah dan anak jadi presiden, seperti George Bush dan putranya yang menjadi presiden AS atau John Adams menjabat presiden AS tahun 1797-1901) dan putranya John Quincy Adams yang menjadi Presiden pada tahun 1825-1829, enggak jadi masalah bagi rakyat Amerika Serikat. Di India begitu juga, Perdana Menteri India turun temurun dikuasai keluarga Gandhi, tak jadi soal di sana,” kata Bambang.

Bagi Bambang Heryanto, transisi kepemimpinan bangsa sudah saatnya dilakukan dan dimulai dari Pilpres 2014. Jika tidak, lanjutnya, akan terjadi proses kemunduran dalam regenerasi.

"Banyak figur-figur berkualitas dari kalangan muda yang potensial dan memiliki pengalaman (track record) yang baik di masyarakat maupun pemerintahan. Jangan sampai potensi mereka terbonsai karena tidak ada peluang yang diberikan," ungkapnya.

Bambang menilai sejumlah nama politisi muda pantas menjadi calon wakil presiden mendatang. Misalnya saja Puan Maharani (PDIP), Anies R Baswedan (Rektor Universitas Paramadina), Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang akrab disapa Ibas (Partai Demokrat), Yenni Wahid (PKBIB), Mohammad Jumhur Hidayat (Kepala BNP2TKI), serta Jeffrie Geovanie (Partai NasDem).

"Saatnya kita beri kesempatan kepada generasi muda untuk berkompetisi sesuai bidangnya masing-masing. Kehadiran kaum muda di percaturan politik nasional menjadi angin segar bagi masa Indonesia yang gemilang," tegas Bambang.