- Beranda
- Komunitas
- News
- Entrepreneur Corner
Andris, Lewat Nasi Liwet Instan dari Beras Garut Hasilkan Omzet Ratusan Juta


TS
bowo2011
Andris, Lewat Nasi Liwet Instan dari Beras Garut Hasilkan Omzet Ratusan Juta
KOMPAS.com – Di pasaran, beras asal Garut masih kalah
pamor dengan beras Cianjur atau beras Thailand. Padahal,
beras garut memiliki sejumlah kelebihan dibanding beras jenis
lainnya.
Beras garut dikenal memiliki warna lebih putih, lebih pulen
setelah dimasak, dan memiliki rasa manis, dibanding jenis
beras lainnya. Namun, banyak pedagang yang menyembunyikan identitas
beras Garut dan menggantinya dengan nama beras Cianjur yang
tertera pada karungnya.
Kondisi inilah yang membuat Andris Wijaya (32), warga Desa
Samarang, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, berusaha menaikkan pamor
beras Garut tanpa menyembunyikan nama asli
berasnya. Andris ingin masyarakat mengenal beras
Garut dan menyukai beras tersebut.
Andris memang tidak bisa melakukan promosi besar- besaran untuk mempopulerkan
beras garut. Namun, alumnus D3 Politeknik ITB Jurusan Teknik Mesin tahun 2001 ini
memiliki sejumlah ide atau cara lain untuk mempopulerkanberas garut.
Minat warga luar Kabupaten Garut yang semakin tinggi dan
berminat menjadikan Kabupaten Garut sebagai tujuan wisata
dijadikan alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Andris, beras Garut harus diolah dan dikemas sedemikian
rupa sehingga jadi oleh-oleh favorit para wisatawan.
Berbekal resep nasi liwet keluarga, pengetahuan yang dimilikinya, dan minat
wisatawan yang tinggi atas oleh- oleh khas Garut, Andris
membuat nasi liwet instan.
Mesin heuleur milik almarhum ayahnya dia modifikasi menjadi
mesin yang bisa menggiling padi menjadi lebih baik. Dengan
penggilingan sebanyak tiga kali menggunakan mesin tersebut,
beras Garut bisa matang dengan waktu memasak selama 20
menit saja.
Berbagai bumbu dan rempah resep keluarganya dikeringkan
sehingga tidak dibutuhkan pengawet dan bisa bertahan
sampai 8 bulan. Begitupun dengan pelengkap nasi liwet
seperti ikan teri, asin jambal roti, petai, dan jengkol.
Semuanya dikeringkan dan dikemas serapi dan sebersih
mungkin.
Beras Garut, rempah, bumbu, minyak sayur, dan pelengkapnya, disusun dalam
sebuah kemasan dus berlabel “Liwet 1001?. Melaui sejumlah
distributornya dan para wisatawan yang membeli
produknya, Andris memasarkan beras Garut ke sejumlah kota
besar di Indonesia. Bahkan, produknya dinikmati juga di
Timur Tengah dan sejumlah negara Asia lainnya.
“Akhirnya tidak hanya dijadikan oleh-oleh. Tapi lebih banyak
dikonsumsi warga kalangan menengah atas yang menyukai nasi liwet di restoran-restoran
dan ingin memasaknya dengan cara praktis di rumah. Bahkan,
nasi liwet ini sudah dipesan banyak oleh para calon haji,”
kata Andris saat ditemui di pusat produksi Liwet 1001 di
Desa Samarang, Rabu
(12/9/2012).
Untuk memasaknya, beras, bumbu, minyak sayur, dan
pelengkapnya, tinggal dimasukkan ke penanak nasi
elektronik ( rice cooker ). 250 gram beras liwet instan dimasak
dalam 600 mililiter air selama 20 menit sedangkan 500 gram
beras dimasak dalam 850 mililiter air selama 25 menit.
Setelah itu, nasi liwet pun bisa langsung dinikmati. Aroma dan
rasa nasi liwet ini, tuturnya, tidak kalah dengan nasi liwet di
restoran. Nasi dari beras Garut pun tersaji dengan keadaan
pulen dan berukuran besar serta lezat.
Karenanya, sejumlah hotel dan restoran di Garut telah jadi
pelanggan tetapnya. Minimal, hotel dan restoran itu memesan
beras Garut dari tempatnya dan menggunakan bumbu liwet sendiri.
Andris yang meluncurkan produk tersebut pada Juli 2011
ini pun mendapat penghargaan dari Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, pada Anugerah
Inovasi Jawa Barat (AIJB) 2012, kategori bidang pangan kategori
perorangan. Ia pun semakin termotivasi memasarkan beras garut.
Kini Andris bisa memproduksi 2.000 produk Liwet 1001 per
hari dan mendapat omzet Rp 20 juta per hari. Ia pun membina
200 petani padi di Kecamatan Samarang, Bayongbong, dan
Tarogong, yang menanam beras garut jenis sarinah, serta mempekerjakan 60 warga di rumah industrinya. (sam/
Tribun Jabar) ( Editor: Erlangga Djumena)
sumber: http://m.kompas.com/news/read/2012/0...i.liwet.instan
pamor dengan beras Cianjur atau beras Thailand. Padahal,
beras garut memiliki sejumlah kelebihan dibanding beras jenis
lainnya.
Beras garut dikenal memiliki warna lebih putih, lebih pulen
setelah dimasak, dan memiliki rasa manis, dibanding jenis
beras lainnya. Namun, banyak pedagang yang menyembunyikan identitas
beras Garut dan menggantinya dengan nama beras Cianjur yang
tertera pada karungnya.
Kondisi inilah yang membuat Andris Wijaya (32), warga Desa
Samarang, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, berusaha menaikkan pamor
beras Garut tanpa menyembunyikan nama asli
berasnya. Andris ingin masyarakat mengenal beras
Garut dan menyukai beras tersebut.
Andris memang tidak bisa melakukan promosi besar- besaran untuk mempopulerkan
beras garut. Namun, alumnus D3 Politeknik ITB Jurusan Teknik Mesin tahun 2001 ini
memiliki sejumlah ide atau cara lain untuk mempopulerkanberas garut.
Minat warga luar Kabupaten Garut yang semakin tinggi dan
berminat menjadikan Kabupaten Garut sebagai tujuan wisata
dijadikan alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Andris, beras Garut harus diolah dan dikemas sedemikian
rupa sehingga jadi oleh-oleh favorit para wisatawan.
Berbekal resep nasi liwet keluarga, pengetahuan yang dimilikinya, dan minat
wisatawan yang tinggi atas oleh- oleh khas Garut, Andris
membuat nasi liwet instan.
Mesin heuleur milik almarhum ayahnya dia modifikasi menjadi
mesin yang bisa menggiling padi menjadi lebih baik. Dengan
penggilingan sebanyak tiga kali menggunakan mesin tersebut,
beras Garut bisa matang dengan waktu memasak selama 20
menit saja.
Berbagai bumbu dan rempah resep keluarganya dikeringkan
sehingga tidak dibutuhkan pengawet dan bisa bertahan
sampai 8 bulan. Begitupun dengan pelengkap nasi liwet
seperti ikan teri, asin jambal roti, petai, dan jengkol.
Semuanya dikeringkan dan dikemas serapi dan sebersih
mungkin.
Beras Garut, rempah, bumbu, minyak sayur, dan pelengkapnya, disusun dalam
sebuah kemasan dus berlabel “Liwet 1001?. Melaui sejumlah
distributornya dan para wisatawan yang membeli
produknya, Andris memasarkan beras Garut ke sejumlah kota
besar di Indonesia. Bahkan, produknya dinikmati juga di
Timur Tengah dan sejumlah negara Asia lainnya.
“Akhirnya tidak hanya dijadikan oleh-oleh. Tapi lebih banyak
dikonsumsi warga kalangan menengah atas yang menyukai nasi liwet di restoran-restoran
dan ingin memasaknya dengan cara praktis di rumah. Bahkan,
nasi liwet ini sudah dipesan banyak oleh para calon haji,”
kata Andris saat ditemui di pusat produksi Liwet 1001 di
Desa Samarang, Rabu
(12/9/2012).
Untuk memasaknya, beras, bumbu, minyak sayur, dan
pelengkapnya, tinggal dimasukkan ke penanak nasi
elektronik ( rice cooker ). 250 gram beras liwet instan dimasak
dalam 600 mililiter air selama 20 menit sedangkan 500 gram
beras dimasak dalam 850 mililiter air selama 25 menit.
Setelah itu, nasi liwet pun bisa langsung dinikmati. Aroma dan
rasa nasi liwet ini, tuturnya, tidak kalah dengan nasi liwet di
restoran. Nasi dari beras Garut pun tersaji dengan keadaan
pulen dan berukuran besar serta lezat.
Karenanya, sejumlah hotel dan restoran di Garut telah jadi
pelanggan tetapnya. Minimal, hotel dan restoran itu memesan
beras Garut dari tempatnya dan menggunakan bumbu liwet sendiri.
Andris yang meluncurkan produk tersebut pada Juli 2011
ini pun mendapat penghargaan dari Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, pada Anugerah
Inovasi Jawa Barat (AIJB) 2012, kategori bidang pangan kategori
perorangan. Ia pun semakin termotivasi memasarkan beras garut.
Kini Andris bisa memproduksi 2.000 produk Liwet 1001 per
hari dan mendapat omzet Rp 20 juta per hari. Ia pun membina
200 petani padi di Kecamatan Samarang, Bayongbong, dan
Tarogong, yang menanam beras garut jenis sarinah, serta mempekerjakan 60 warga di rumah industrinya. (sam/
Tribun Jabar) ( Editor: Erlangga Djumena)
sumber: http://m.kompas.com/news/read/2012/0...i.liwet.instan
0
1.5K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan