Kaskus

News

AkuCintaNaneaAvatar border
TS
AkuCintaNanea
Pencitraan Jelang 2014? Belajarlah dari PM China yang Baru, Gunakan Media Sosial
Pencitraan Jelang 2014? Belajarlah dari PM China yang Baru, Gunakan Media Sosial
Xi Jinping, Ketua Partai Komunis Cina

Xi Jinping Menuai Pujian Komunitas Online
16. November 2012, 12:33:15 SGT
oleh Josh Chin

BEIJING–Xi Jinping merupakan Ketua Partai Komunis Cina pertama yang memimpin negara itu di era media sosial. Pidato Xi yang terbilang santai, merakyat dan tidak terlalu banyak menggunakan istilah politik berbau komunis, berhasil memenangkan pujian dari komunitas online. Kamis kemarin, Xi secara resmi menggantikan Hu Jintao sebagai ketua partai dan diperkirakan akan menjadi presiden Cina berikutnya. Ketika Xi naik ke panggung untuk berpidato di Great Hall of the People, ia menebar senyum dan melambaikan tangannya kepada wartawan lokal dan asing.

Pemimpin baru Cina itu memulai pidatonya, yang terlambat satu jam, dengan mengatakan: “Halo semuanya, kami telah membuat anda sekalian menunggu.” Ia kemudian memberikan pidato yang membahas meningkatnya kekhawatiran publik mengenai kesenjangan ekonomi, jaminan kesehatan, lingkungan hidup dan isu lainnya. “Masyarakat kita mencintai kehidupan. Mereka berharap memiliki pendidikan yang lebih baik, stabilitas pekerjaan, pemasukan yang lebih tinggi, jaminan sosial yang lebih baik, pembaikan kondisi tempat tinggal dan lingkungan yang lebih baik,” kata Xi. “Mereka mau anak mereka tumbuh dengan baik, memiliki pekerjaan yang baik dan bisa hidup dengan penuh kenikmatan. Misi kita adalah untuk memenuhi harapan mereka akan hidup yang bahagia.”

Jika dibandingkan dengan standar dunia Barat, pidato tersebut tidak terlalu mengesankan. Namun sejumlah pengamat online memuji Xi karena pidatonya dianggap merakyat. Hal ini menggambarkan bagaimana rakyat Cina semakin memantau pergerakan para pemimpinnya lewat dunia media sosial. “Mementingkan pendidikan di atas lainnya membuat pidato Xi lebih baik dibanding Obama,” tulis salah satu pengguna Weibo. “Solusi atas masalah-masalah tersebut merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat Cina.” “Ada perubahan nada secara signifikan. Berbicara layaknya seorang manusia merupakan perubahan yang sangat besar,” tulis petinggi perusahaan teknologi, Xiao Qingping.

Seorang pengguna internet membandingkan naskah pidato Xi dengan naskah pidato Hu dari 10 tahun lalu. Xi menyebut anggota Komite Tetap Politbiro lainnya sebagai “kolega”. Mendapatkan gambaran secara penuh tentang reaksi di dunia online merupakan hal yang sulit mengingat kuatnya sensor di Cina. Para pengguna internet untuk pertama kalinya bisa mencari nama Xi di internet. Namun, di Sina Weibo, misalnya, sensor masih berlaku. Semua konten yang berupa kritik atau hinaan atas kongres tersebut dihapus.

Pidato oleh politisi Cina cenderung berhati-hati dan tertutup, dan tidak terlalu mementingkan karisma. Para petinggi negara itu sering berpenampilan serupa. Pidato-pidato Hu dan pemimpin Cina lainnya sering menggunakan filosofi politik yang sangat sulit untuk dimengerti. Seorang pelawak Taiwan bahkan pernah mencela betapa pelannya PM Wen Jiabao dalam berbicara. Pidato Xi diterima mengingat adanya konteks tersebut. “Jujur dan pasti. Rasanya sudah berubah, menghangatkan hati rakyat!” tulis salah satu pengguna Sina Weibo.

Seorang pengguna lainnya menulis: “Pilihan sudah diputuskan, berhenti berbicara. Sekarang, hapus sensor internet.” Sejumlah pengguna media sosial mengungkapkan kekecewaan mereka karena Wang Yang, figur yang dianggap bisa membawa reformasi, tidak berhasil masuk ke dalam komite tetap partai tersebut. Namun, lainnya lega karena transisi kekuasaan kali ini tergolong damai, mengingat sejarah transisi politik Cina yang sering terjadi pertumpahan darah. “Transisi mulus, transisi mulus, transisi mulus!” tulis seorang periset media. “Selamat untuk Cina!”
http://indo.wsj.com/posts/2012/11/16...unitas-online/


Pencitraan Politik Di Media Sosial
Twitter Paling Ampuh, Facebook Dan Youtube Lebih Ke Branding
Jumat , 12/Oktober/2012 11:09

Pengamat politik Indra J Piliang dan pengamat media sosial, Denny Charter dari indexpolitica.com menjadi narasumber diskusi politik Fajar Media Center (FMC) di Grha L9, Kamis (11/10). Media konvensional bukanlah segala-galanya, termasuk dalam urusan pencitraan dan survei figur. Jika ingin memenangi pemilukada, saatnya melirik media sosial.

Hal itu tergambarkan dalam diskusi politik Fajar Media Center di Grha L9, Kamis (11/10). Dalam diskusi bertema “Pencitraan Politik di Media Sosial” tersebut, hadir pengamat politik Indra J Piliang, dan pengamat media sosial, Denny Charter dari indexpolitica.com, serta dipandu Koordinator Fajar Media Centre, Muhammad Ilham. Pada kesempatan tersebut, Denny memaparkan, pengguna sosial media di Indonesia saat ini tercatat 49 juta user. Dengan jumlah pengguna yang besar tersebut, media sosial ini akan menjadi alat pencitraan yang kuat bagi kandidat, demikian pula untuk survei.

Penggunanya juga dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, ibu-ibu, sampai nenek-nenek. Dari 49 juta user media sosial di Indoensia tersebut, sekitar 19,5 juta di antaranya aktif di media sosial Twitter. Makassar lanjut Denny, adalah kota terbesar kelima untuk pengguna media sosial di Indonesia. Twitter ini sebut Denny, masih jadi penakar utama untuk mengukur bagaimana tingkat voice dan netizen dari kandidat. Pasalnya, twitter lebih realtime ketimbang media sosial lainnya. “Twitter itu adalah mikroblogging, dia realtime, selalu update tiga sampai empat jam,” jelasnya.

Berbeda dengan facebook. Facebook sebut Denny, lebih cocok untuk branding. Demikian pula Youtube, butuh bandwidth yang besar, dan hanya bisa dibuka dengan perangkat tertentu, sehingga kata Denny, twitter masih menjadi pilihan untuk kandidat yang membutuhkan pencitraan dan mensosialisasikan dirinya. Dicontohkan, pasangan calon gubernur Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin-Azis Qahhar Mudzakkar (IA), tampaknya masih harus menggenjot popularitasnya di media sosial. Pasalnya, untuk media sosial sekelas twitter, pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang (Sayang), masih unggul ketimbang rival terberatnya tersebut. Data dari indexpolitica.com, menunjukkan, dari segi tema percakapan (Share of Voice), Sayang masih unggul dalam percakapan di twitter dengan angka 58,97 persen, IA 39,66 persen, dan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir (Garuda-Na) 1,38 persen.

Demikian pula unit user (Share of Netizen) di twitter, sebagian besar masih membincangkan pasangan Sayang dengan angka 56,76 persen, IA 41,08 persen, dan Garuda-Na 2,16 persen. Pengamat politik, Indra J Piliang menilai, media sosial tidak bisa lagi dinafikan. Dia memang adalah alam maya, namun sangat mempengaruhi realitas. Pengguna media sosial juga adalah vooters pada high level, dan bisa mempengaruhi orang lain. Media sosial lanjut dia, akan memberikan dampak pada mesin politik. Pasalnya, dalam media sosial, kecenderungan untuk mencari teman lebih tinggi ketimbang mencari musuh, sehingga aktivitasnya lebih cenderung merangkul orang lain. “Sebagai lima besar, media sosial di Makassar akan berpengaruh banyak pada politik di Sulsel. Akan terjadi geosphora, di mana perantau Makassar yang aktif di sosial media, akan memberi pengaruh pada pilihan politik pemilih di Makassar. Cuma pertanyaannya, apakah kandidat di Sulsel bisa menguasai media sosial ini,” bebernya.
http://rakyatsulsel.com/pencitraan-p...ia-sosial.html

-------------------


Media sosial memang luar biasa pada dekade sekarang ini untuk alat pencitraan diri seseorang atau untuk 'brand image' perusahaan . Beberapa tokoh politik belakangan ini bahkan kelihatan mulai aktif memanfaatkannya, seperti di kaskus ini misalnya. Tetapi hati-hati pula memanfaatkannya, kalau salah strategi, malah menjadi bahan ejekan dan hujatan saja oleh para netter di dunia maya itu. Kunci yang penting dalam proses pencitraan di dunia maya melalui media sosial itu, adalah kejujuran dan transparansi. Maksudnya, apa yang ditawarkan dan diberitakan dalam media sosial itu, memang begitulah adanya pribadi si tokoh ybs. Jangan sekali-kali 'ngecap' atau memberitakan hal-hal yang sesungguhnya penuh kepalsuan atau kemunafikan.

Mengapa? Kalau anda ketahuan berbohong di dunia maya itu, dalam sekejab semua 'track record' anda, mulai foto, pemberitaan, dokumen, sampai catatan yang bersifat pribadi milik anda yang bisa di akses melalui "Google', pasti akan diungkap dan dipublikasikan oleh netter yang tahu persis kebusukan dan kemunafikan sikap anda di masa lalu. Kalau sudah begitu, hanya dalam hitungan detik, semua pencitraan diri yang anda telah bangun bertahun-tahun, pasti akan hancur dalam sekejab.

Oleh sebab itu sebelum memulai mengiklankan diri anda di internet seperti di media sosial misalnya, periksalah terlebih dahulu 'track record' anda yang selama ini sudah di rekam dengan baik oleh mbah Google. Caranya? Cukup buka situs Google Search, lalu ketikkan nama anda. Lalu telusuri, baik dokumen, tulisan, berita dan foto. Nanti pasti ketahuan, seperti apa wajah anda di koleksinya mbah Google itu.

Makanya kalau orang yang cerdas, seperti komunitas intelejen misalnya, mereka berupaya agar nama, foto dan informasi diri mereka sesedikit mungkin yang bisa terekam di dunia maya itu, bahkan kalau perlu tidak ada 'record' sama sekali yang terekam dalam memory mbah Google. Apa bisa? Yaa bisalah, apalagi seperti orang-orang dari badan intel di AS dan Eropa sana, mereka tentu bisa 'minta tolong' kepada Google dan search engine lainnya, agar informasi apapun tentang lembaga dan inisial agen-agen intelejen mereka dihapus dari sana.
0
1.3K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan