Jakarta - Malaysia dan Singapura masih belum memutuskan jalur proyek Mass Rapid Transit (MRT) yang menghubungkan kedua negara tersebut. Akhir November ini, proses studi kelayakan (feasibility study) untuk proyek ini dipastikan akan rampung.

CEO Iskandar Regional Development Authority (IRDA) Datuk Ismail Ibrahim mengatakan, tahap pertama dari studi ini akan fokus kepada keberpihakan, perpindahan penduduk (imigrasi kedua negara) dan masalah lokasi terminal dan parameter-parameter penting lainnya.

"Meskipun 2 negara ini punya 1 tahun untuk mendiskusikan hal ini, mereka tidak harus menunggu untuk menyelesaikan fase ini sebelum membuat pernyataan," ungkap Ismail kepada media The Star, sikutip detikFinance, Jumat (16/11/12).

Dia mengatakan, hasil studi memang bisa saja disampaikan pada Desember tahun ini hingga November 2013. Jika hasil dari studi nilai bagus dan proyek nya pun dinilai layak maka proyek ini bisa segera dilaksanakan.

"Ini bukan berarti proyek menjadi terlambat. Yang pasti proyek ini harus selesai dan beroperasi pada tahun 2018," tuturnya.

Ismail menambahkan, proyek ini memiliki 3 pilihan jalur yang menghubungkan Johor Bahru dan Singapura.

"Yang pertama adalah dengan membangun jembatan baru, yang kedua adalah dengan membangun jembatan gantung, atau yang ketiga adalah membangun sebuah terowongan," katanya.

Dia mengatakan, terowongan bawah laut lebih memungkinkan, karena dinilai akan berdampak sedikit sekali terhadap lalu lintas pada saat proses konstruksi nantinya.

Walau demikian, pengambilan keputusan itu akan bergantung kepada kedua belah pihak (2 negara), Johor dan Irda akan menerima bagaimanapun keputusannya.

"Yang paling penting dari proyek ii ialah untuk memindahkan orang-orang dalam jumlah yang besar, dan meningkatkan konektifitas dan akses antara Johor dan SIngapura," pungkasnya.