Banyak motivator ‘specialis wira-usaha’ yang begitu pintar mengemas seminar, sehingga dipercaya oleh sebagian besar kaum muda (termasuk saya dahulu) bahwa, pegawai akan lebih sukses jika menjalankan usaha sendiri. Menjadi pengusaha. Faktanya? Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Usaha kecil bukan satu-satunya jalan, bahkan jika tidak melalui pertimbangan yang matang, bisa jadi lubang kuburan.
Tentu saja, alasan menunda untuk menjadi pengusaha bukan semata-mata karena ingin lebih banyak meluangkan waktu untuk nongkrong-nongkrong di café, atau karena kucing kesayangan di rumah tidak ada yang merawat. Melainkan banyak hal lebih serius yang perlu dipertimbangkan—mulai dari kondisi keuangan, kemampuan menghasilkan barang/jasa yang mampu bersaing di pasar, hingga kesanggupan untuk menjalankan segala aktifitas usaha sendiri di awal-awal.
Alasan Paling Relevan Mengapa Menjadi Pengusaha (Mulai Merintis Usaha)
mengapa seseorang memilih untuk menjadi pengusaha dan mulai merintis usaha:
Spoiler for 1. Kepuasan Bathin Atas Pembuatan produk/jasa:
Pernah membuat kapal-kapalan kertas untuk anak atau keponakan, dan anak/keponakan begitu senang memainkannya? Atau membetulkan setrika yang tidak mau panas, lalu mendapat ucapan terimakasih yang tulus dari istri/pacar tercinta? Hal seperti itulah yang dirasakan oleh para pengusaha atas produk atau jasa yang dijual, dari waktu-ke-waktu. Ada rasa puas sekaligus bangga. Seorang konsultan juga akan merasa puas sekaligus bangga setelah berhasil mengatasi masalah tatakelola keuangan para kliennya.
Spoiler for 2. Kepuasan Atas Penciptaan Budaya Kerja:
Waktu menjadi pegawai (terlebih-lebih staf), seringkali menggerutu atas kondisi kantor, sistim kerja, sistim gaji, dan lain sebagainya. Begitu anda mulai menjalankan usaha sendiri, semua itu akan ada di tangan anda. Andalah yang akan menentukannya.
Spoiler for 3. Sisi Kemapanan Finansial :
Coba lihat Aburizal Bakrie, Bob Sadino, atau Charles Schwab, Oprah Winfrey, dan Steve Jobs. Mereka adalah para millioner kaya yang dulunya memulai segala sesuatunya dari usaha kecil. Menurut hitung-hitungan Robert T Kyosaki dan para peneiliti, peluang untuk menjadi kaya dan mengalami kebebasan finansial lebih besar bagi mereka yang menjalankan usaha dibandingkan yang memilih menjadi pegawai.
Spoiler for 4. Fleksibelitas:
Mungkin anda ingin lebih banyak menggunakan waktu di malam hari untuk bekerja karena istri atau pasangan anda bekerja di malam hari. Atau karena anda ingin lebih banyak menghabiskan siang hari untuk menemani anak-anak tercinta. Mungkin anda memilih untuk menikmati 3 hari setiap akhir pekan dibandingkan mengambil cuti 2 minggu berturut-turut di akhir tahun. Semua itu hanya mungkin diperoleh jika anda menjalankan usaha. Sebagai pemilik usaha, andalah yang paling tahu kapan waktu yang paling pas dan efektif bagi anda, sekaligus menyesuaikan waktu berbisnis dengan waktu untuk mengurus kepentingan pribadi.
Alasan Paling Relevan Mengapa Sebaiknya Tetap Jadi Pegawai
Spoiler for 1. Tanggung Jawab Yang Besar:
Sebagai pemilik usaha, bukan saja diri sendiri dan keluarga yang bergantung pada kepiawaian anda menjalankan usaha, tetapi juga teman kongsi (partner usaha), pegawai yang dipekerjakan beserta kelaurganya, pelanggan, bahkan para pemasok. Mempertimbangkan hal itu, bahkan saya sendiri yang sudah berhenti jadi pegawaipun sering kali rindu terhadap jam 5 sore, saat-saat menyetor jempol di mesin absensi, lalu pulang. Sungguh-sungguh momen yang saya rindukan—dimana segala urusan selesai di sore itu—tanpa perlu saya bawa hingga ke dalam mimpi.
Spoiler for 2. Beratnya Persaingan:
Walaupun mungkin sebagian besar pegawai (staff hingga manajer) suka tantangan dan kompetisi, persaingan di dunia usaha sungguh berbeda. Hal terburuk yang mungkin ditanggung sebagai hasil persaingan antar pegawai atau eksekutif adalah dipecat, dan kehilangan gaji bulanan hingga menemukan pekerjaan baru. Sedangkan hal terburuk dari persaingan usaha bisa menjadi bangkrut, sungguh-sungguh bangkrut hingga berhutang. Jenis persaingannyapun sangat berbeda. Persaingan antar pegawai semuanya nyaris bisa terlihat karena berada di lokasi yang sama. Sedangkan persaingan di dunia usaha jarang kasat mata, lebih banyak membaca indikasi-indikasi dan gerakan-gerakan pesaing yang sudah pasti berada di lokasi, kota, negara bahkan di benua berbeda.
Spoiler for 3. Perubahan (Instabilitas):
Komoditi usaha datang-dan-pergi, selalu berubah dari waktu-ke-waktu. Tidak ada yang statis di dunia usaha. Kondisi keamanan, perubahan aturan pemerintah, bahkan perubahan upah minimum pekerja-pun menjadi minyak pelumas yang membuat naik-turunnya roller-coaster mengendalikan usaha menjadi semakin kencang, bahkan licin. Terlebih-lebih sekarang ini, semua perubahan itu kian tidak menentu dan sulit ditebak. Bagi siapapun yang tidak biasa menghadapi tantangan perubahan, memang sebaiknya tetap menjadi pegawai.
Spoiler for 4. Kesulitan Tertentu:
Peliknya birokrasi perijinan dan aspek legalitas lainnya, rumitnya hitung-hitungan pajak, bea masuk, asuransi, dan masih banyak tektek-bengek yang harus dipikirkan untuk menjalankan usaha. Menjadi sumber kepusingan tersendiri. Kecuali mereka yang terbiasa dengan pusingnya menghadapi tektek-bengek semacam itu, tetap menjadi pegawai adalah pilihan yang lebih bijak.
Spoiler for 5. Ancaman Kegagalan Usaha:
Jika daftar musuh bebuyutan para pengusaha di atas tidak cukup panjang, maka ancaman ini adalah yang terbesar dan paling menakutkan bagi siapa saja yang menjalankan usaha, yaitu: BANGKRUT. Jika sungguh terjadi, maka ini adalah kengerian sekaligus rasa sakit yang tak terperikan. Bayangkan, saat para kreditur (bank, pemasok, bahkan pegawai) mengangkuti aset usaha yang anda rintis bertahun-tahun satu-per-satu, sementara anda tidak bisa mencegahnya—karena mereka memang berhak untuk melakukan itu. Bandingkan kegagalan itu dengan kegagalan seorang manajer yang dikeluarkan dari perusahaan multi-nasional—menerima check gemuk (pesangon plus tunjangan-tunjangan). Samasekali tidak ada aset yang perlu dikorbankan. Seperti sudah saya sebutkan, inilah alasan terbesar yang membuat tidak banyak orang mau menjadi pengusaha, dan lebih memilih untuk tetap menjadai pegawai.