- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Represi Bahasa "Ciyus Miapah" !!
TS
perx456
Represi Bahasa "Ciyus Miapah" !!
Welcome To My Thread
Spoiler for :
Sebelum Membaca Dulu
Yang Udah ISO Bisa Kasih Ane
Jangan Lemparin Ane Pake
Moga aja gak
Quote:
Quote:
Strategi berbahasa seseorang akan membeberkan jati diri. Bahasa bukan ekspresi psikologis semata karena dari bahasa kita bisa menelusuri struktur kuasa yang berkelindan dalam sebuah komunitas budaya.
Idiom-idiom alay seperti ciyus miapah juga menggambarkan perang ideologi yang berkecamuk dalam masyarakat dewasa ini. Arenanya adalah remaja, golongan usia berjumlah paling dominan dan memiliki kecenderungan konsumsi irasional.
Ada tiga tesis untuk menyelisik alasan kehadiran bahasa alay.
Spoiler for Pertama:
Dalam tatanan sosial mana pun akan hadir para pembaru yang mencoba memecah kebekuan (juga kebakuan). Saat bahasa terjebak pada selingkung ilmiah, jurnalistik, dan formal mengikat; bahasa alay menjadi pendobrak. Para pendukung menawarkan ordo baru berbahasa yang lebih bebas dan kreatif.
Spoiler for Kedua:
Penutur bahasa alay memiliki energi kreatif berlebih yang tidak tersalurkan pada ceruk-ceruk konvensional yang tersedia. Mereka kemudian menumpahkan energi dengan mencipta dan memopulerkan bahasa alay.
Spoiler for Ketiga:
Ada kemungkinan, penutur bahasa alay berasal dari kelompok marginal. Mereka terpinggirkan dari panggung kebudayaan. Tak mau larut dalam kebudayaan mainstream, mereka membangun ordo baru bahasa. Pada masyarakat marginal seni dan bahasa adalah ikhtiar paling nyata untuk mengukuhkan eksistensi diri.
Dua pihak yang patut ’’dicurigai’’, yang pertama adalah pemilik modal dan politikus. Para pemilik modal membangun habitus baru bahasa untuk melanggengkan praktik konsumsi pada remaja, pasar potensial yang sangat besar. Pemodal menggunakan bahasa alay supaya remaja senantiasa memiliki jiwa remaja.
Sekalipun secara biologis tumbuh dewasa, mereka tetap memiliki karakter remaja: manja, lincah, mudah terpengaruh, dan itu tadi: konsumtif. Lewat cara itu, pemilik modal dapat terus mengeruk keuntungan dari komoditas yang mereka perdagangkan, seperti kosmetik, fashion, gadget, layanan komunikasi, atau produk lain.
Selain pemilik modal, pihak yang juga patut ’’dicurigai’’ men-setting kondisi ini adalah politikus (penguasa). Mereka mengambil untung karena bahasa alay dapat dimanfaatkan untuk menyusupkan ideologi tertentu. Bahasa alay menjaga remaja tetap hidup dalam dunianya, dunia yang riang, sederhana, dan pragmatis. Mereka tak perlu protes, berontak karena tidak merasakan kegelisahan atas karut-marut republik ini.
’’Emang masalah buat eloh?’’ adalah salah satu produk bahasa alay yang kentara muatan ideologisnya. Idiom ini mengajarkan remaja untuk tak acuh terhadap perspektif liyan. Urusan pribadi dilokalisasi sebagai urusan yang benar-benar privat. Maka, ketika ada orang lain yang mencampuri, sekalipun dengan iktikad baik, mereka patut ditolak.
Konsep Diri
Sampai di titik ini, gejala bahasa alay sesungguhnya menjadi persoalan serius. Generasi muda bangsa dalam ambang krisis identitas diri. Mereka terus-menerus mereproduksi idiom yang tidak lahir dari proses kreatif mereka. Itu artinya, mereka berada dalam pengaruh penguasa politik dan ekonomi yang memiliki pamrih tersembunyi.
Jika bahasa alay adalah strategi kapitalis menancapkan hegemoni, pendidik dan orang tua perlu waspada menyikapi. Salah satu strategi yang patut ditempuh adalah dengan membangun tradisi berbahasa tandingan: counter hegemony.
Namun melawan budaya pop pasti akan panjang dan melelahkan. Melalui Trisakti yang ditawarkannya, Soekarno menawarkan tiga hal; berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian yang berbudaya. Jika ingin memiliki kebudayaan yang merdeka, harus merdeka dulu secara politik dan ekonomi.
Inilah kendala terbesar bangsa kita saat ini. Ketika secara ideologis republik ini dikuasai lembaga global dan gerak ekonomi bergantung pada aktivitas asing, sulit membangun kebudayaan tandingan yang orisinal. Sebagian remaja akan tetap gumunan, mengagumi secara berlebihan budaya bangsa lain, sehingga kesulitan menemukan konsep dirinya. Kalau sudah begitu, ciyus miapah?
Quote:
jangan lupa gan biasakan dan jangan lupa komeng !
0
2.9K
Kutip
14
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan