- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kalau Mau Maju & Berubah Baik, Capres 2014 Janganlah hanya dari Stock Parpol doank!


TS
AkuCintaNanea
Kalau Mau Maju & Berubah Baik, Capres 2014 Janganlah hanya dari Stock Parpol doank!
Calon Presiden 2014
Calon Pemimpin Bukan Hanya dari Parpol
Jumat, 9 November 2012 10:52 WIB
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Suhu politik di Indonesia jelang pemilihan umum (pemilu) semakin memanas. Meski, pemilu baru akan dilaksanakan tahun 2014 mendatang Namun, masing-masing parpol sudah mempersiapkan calon presidennya. “Pengkaderan partai politik di Indonesia tidak sepenuhnya benar. Sistem ini bisa merusak moral partai politik. Karena, setiap orang yang mempunyai uang bisa seenaknya saja masuk ke partai politik,” Ketua Umum Jenderal Soedirman Center (JSC), Bugiakso, Jumat (9/11/2012).
Bugiakso menambahkan, sistem saat ini bisa merusak tatanan dalam berpolitik ditanah air. “Jadi, kalau tidak dibenahi dari sekarang anggota DPR bisa rusak moralnya,” kata dia. Bugiakso menilai, partai politik saat ini hanya memfasilitasi orang-orang yang mau jadi pemimpin secara instan. Menjadi pemimpin, harus menjadi pelayan bagi rakyat, bukan malah menjadi seorang raja.
Wakil Gubernur Lemhanas Letjen (purn) Moeldoko menambahkan, masih banyak lembaga sosial yang mampu melakukan pengkaderan di luar partai politik. Ia kemudian menyarankan agar calon pemimpin memiliki kepribadian yang bersih, jujur, bertanggung jawab serta bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. “Saya yakin, lembaga sosial seperti Jenderal Soedirman Center mampu memberikan pembekalan yang baik dari parpol,” katanya.
Lemhanas menilai, saat ini di Indonesia masih mengalami krisis kepemimpinan. Belum ada pemimpin bangsa ini yang benar-benar mementingkan rakyatnya. “Sebaiknya pemimpin negara ini bisa meniru gaya kepemimpinan Jenderal Soedirman. Meskipun Jenderal Soedirman ditandu, namun semangat berjuang melawan penjajah masih diutamakan,” paparnya.
http://www.tribunnews.com/2012/11/09...ya-dari-parpol
-------------------------
Tradisi yang sesungguhnya tidak sehat mulai dibangun oleh sistem Reformasi sejak Pemilu 1999 lalu. Dimana, Ketua Umum Partai seakan-akan memiliki hak preogratif menjadi Presiden, Wapres atau minimal Menteri Kabinet. Akhirnya, pola Kepemimpinan Nasional hanya ditentukan oleh selera para politisi yang kebetulan parpolnya menang di Pemilu sehingga punya kesempatan duduk dalam struktur kekuasaan. Seharusnya parpol itu bikin konvensi terbuka, beri kesempatan anggota masyarakat dari berbagai aliran dan pandangan untuk melamar menjadi Presiden dan Wapresnya. Baru mereka seleksi. Kalau yang terbaik memang datangnya dari parpol itu, yaaa kagak apa-apa, asal saja prosesnya tetap obyektif dan transparan.
Tidak seperti sekarang ini, rakyat dan bangsa ini seakan-akan digiring harus memilih Ketua Umum Parpol yang berkuasa untuk memimpin negeri ini, suka atau tidak suka. Maka terjadilah apa yang kita saksikan saat ini, dimana misalnya Golkar memaksa sekali memajukan Ical sebagai Capres 2014, meski banyak rakyat yang muak. PAN memaksakan pula agar rakyat mau memilih Ketuanya, Hatta Radjasa, meski banyak rakyat yang tak mengenalnya. Lalu PDIP memaksakan rakyat kembali untuk memilih yang ketiga kalinya Megawati, meski kalah terus. Atau PKS yang akan menawarkan Ketua Umumnya Lutfi Hasan Ishaq; PKB yang akan mengusung Muhaimin Iskandar sebagai Capresnya; dan PPP menawarkan Suryadharma Ali; Prabowo yang ditawarkan partai Gerindra dan Wiranto untuk HANURA. Bahkan, sebenarnya Demokrat pun akan menawarkan Anas urbaningrum kalau tak terseret kasus korupsi Hambalang itu. Tapi mereka masih ada cadangannya, kalau Anas dipenjara oleh KPK, maka otomatis Ibas menduduk Ketua Umum dan punya kans menjadi Capres Demokrat 2014. Aneh? Begitulah keadaan negeri kita.
Kita sekarang ini memang sedang krisis pemimpin. Maksudnya kekurangan stock pemimpin yang mumpuni atau berbobot. Lihat aja itu Pilkada di berbagai daerah, betapa figur seperti Jokowi dan Ahok saja, mereka anggap sebagai tokoh yang luar biasa hebatnya, akibat tak ada lagi stock Pemimimpin yang lebih baik dan jujur yang bisa dipilih rakyat pemilih. Bahkan, kini mereka memilih artis sebagai pemimpin mereka, hanya karena pernah menonton di tivi, saat si artis memerankan orang bijak atau pemimpin yang tegas dan jujur, sungguh bagus sifat kejujurannya saat memainkan sinetron itu. Padahal, itukan hanya kejujuran artifisialn hasil besutan skenario dan sutradaranya saja. Tapi tetap saja mereka percayai itu sebagai sebuah realitas di dtengah masyarakat!
Calon Pemimpin Bukan Hanya dari Parpol
Jumat, 9 November 2012 10:52 WIB
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Suhu politik di Indonesia jelang pemilihan umum (pemilu) semakin memanas. Meski, pemilu baru akan dilaksanakan tahun 2014 mendatang Namun, masing-masing parpol sudah mempersiapkan calon presidennya. “Pengkaderan partai politik di Indonesia tidak sepenuhnya benar. Sistem ini bisa merusak moral partai politik. Karena, setiap orang yang mempunyai uang bisa seenaknya saja masuk ke partai politik,” Ketua Umum Jenderal Soedirman Center (JSC), Bugiakso, Jumat (9/11/2012).
Bugiakso menambahkan, sistem saat ini bisa merusak tatanan dalam berpolitik ditanah air. “Jadi, kalau tidak dibenahi dari sekarang anggota DPR bisa rusak moralnya,” kata dia. Bugiakso menilai, partai politik saat ini hanya memfasilitasi orang-orang yang mau jadi pemimpin secara instan. Menjadi pemimpin, harus menjadi pelayan bagi rakyat, bukan malah menjadi seorang raja.
Wakil Gubernur Lemhanas Letjen (purn) Moeldoko menambahkan, masih banyak lembaga sosial yang mampu melakukan pengkaderan di luar partai politik. Ia kemudian menyarankan agar calon pemimpin memiliki kepribadian yang bersih, jujur, bertanggung jawab serta bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. “Saya yakin, lembaga sosial seperti Jenderal Soedirman Center mampu memberikan pembekalan yang baik dari parpol,” katanya.
Lemhanas menilai, saat ini di Indonesia masih mengalami krisis kepemimpinan. Belum ada pemimpin bangsa ini yang benar-benar mementingkan rakyatnya. “Sebaiknya pemimpin negara ini bisa meniru gaya kepemimpinan Jenderal Soedirman. Meskipun Jenderal Soedirman ditandu, namun semangat berjuang melawan penjajah masih diutamakan,” paparnya.
http://www.tribunnews.com/2012/11/09...ya-dari-parpol
-------------------------
Tradisi yang sesungguhnya tidak sehat mulai dibangun oleh sistem Reformasi sejak Pemilu 1999 lalu. Dimana, Ketua Umum Partai seakan-akan memiliki hak preogratif menjadi Presiden, Wapres atau minimal Menteri Kabinet. Akhirnya, pola Kepemimpinan Nasional hanya ditentukan oleh selera para politisi yang kebetulan parpolnya menang di Pemilu sehingga punya kesempatan duduk dalam struktur kekuasaan. Seharusnya parpol itu bikin konvensi terbuka, beri kesempatan anggota masyarakat dari berbagai aliran dan pandangan untuk melamar menjadi Presiden dan Wapresnya. Baru mereka seleksi. Kalau yang terbaik memang datangnya dari parpol itu, yaaa kagak apa-apa, asal saja prosesnya tetap obyektif dan transparan.
Tidak seperti sekarang ini, rakyat dan bangsa ini seakan-akan digiring harus memilih Ketua Umum Parpol yang berkuasa untuk memimpin negeri ini, suka atau tidak suka. Maka terjadilah apa yang kita saksikan saat ini, dimana misalnya Golkar memaksa sekali memajukan Ical sebagai Capres 2014, meski banyak rakyat yang muak. PAN memaksakan pula agar rakyat mau memilih Ketuanya, Hatta Radjasa, meski banyak rakyat yang tak mengenalnya. Lalu PDIP memaksakan rakyat kembali untuk memilih yang ketiga kalinya Megawati, meski kalah terus. Atau PKS yang akan menawarkan Ketua Umumnya Lutfi Hasan Ishaq; PKB yang akan mengusung Muhaimin Iskandar sebagai Capresnya; dan PPP menawarkan Suryadharma Ali; Prabowo yang ditawarkan partai Gerindra dan Wiranto untuk HANURA. Bahkan, sebenarnya Demokrat pun akan menawarkan Anas urbaningrum kalau tak terseret kasus korupsi Hambalang itu. Tapi mereka masih ada cadangannya, kalau Anas dipenjara oleh KPK, maka otomatis Ibas menduduk Ketua Umum dan punya kans menjadi Capres Demokrat 2014. Aneh? Begitulah keadaan negeri kita.
Kita sekarang ini memang sedang krisis pemimpin. Maksudnya kekurangan stock pemimpin yang mumpuni atau berbobot. Lihat aja itu Pilkada di berbagai daerah, betapa figur seperti Jokowi dan Ahok saja, mereka anggap sebagai tokoh yang luar biasa hebatnya, akibat tak ada lagi stock Pemimimpin yang lebih baik dan jujur yang bisa dipilih rakyat pemilih. Bahkan, kini mereka memilih artis sebagai pemimpin mereka, hanya karena pernah menonton di tivi, saat si artis memerankan orang bijak atau pemimpin yang tegas dan jujur, sungguh bagus sifat kejujurannya saat memainkan sinetron itu. Padahal, itukan hanya kejujuran artifisialn hasil besutan skenario dan sutradaranya saja. Tapi tetap saja mereka percayai itu sebagai sebuah realitas di dtengah masyarakat!
Diubah oleh AkuCintaNanea 11-11-2012 03:49
0
2.5K
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan