- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[SEPUTAR PENGUSAHA]Tinggalkan Posisi Manajer Demi Menjadi Perajin


TS
ibnutiangfei
[SEPUTAR PENGUSAHA]Tinggalkan Posisi Manajer Demi Menjadi Perajin
![[SEPUTAR PENGUSAHA]Tinggalkan Posisi Manajer Demi Menjadi Perajin](https://dl.kaskus.id/www.medanmagazine.com/wp-content/uploads/2011/11/Gus-Irawan-pameran-UKM-bnk-smut.jpg)
Quote:
Syafri Ali, pengusaha Saff Handycraft yang kini cukup sukses dengan kerajinan tangannya itu sempat menjadi pegawai swasta yang mapan. Namun setelah tiga bulan berjalan dengan hasil yang cukup memuaskan, Pria 49 tahun ini memutuskan untuk meninggalkan dunia managernya dan memilih berwirausaha dengan dukungan keluarganya.
"Dari sedikit pesangon saya, saya membelikan beberapa mesin yang perlu seperti mesin ampelas dan solder serta beberapa kebutuhan lainnya. Tidak segampang itu memang awalnya menembus pasar Medan, tapi akhirnya saya bisa terutama dengan bantuan pemerintah dan bank," ujarnya (8/11/2012).
Selain itu, ajang pameran produk-produk kreatif cukup membantunya menembus pasar yang tidak hanya Medan, melainkan hingga Aceh, Pekanbaru, Padang, dan Jakarta. Bahkan dari pengakuannya, Syafri sudah beberapa kali memenuhi permintaan dari mancanegara seperti Amerika dan Jepang melalui pamera Inacraft di Jakarta. "Waktu itu mereka terkesan dengan anyaman rotan, lalu pesan melalui Perindag," ujarnya.
Saat ini, Syaf mengaku telah memiliki aset sekitar 200 juta mulai dari alat operasional hingga produk di rumah yang sekalian dijadikannya pabrik dan outlet di Jalan Mantri No 16 Medan. Namun begitu pria ini mengaku masih belajar hingga sekarang.
"Hingga sekarang saya masih terus belajar ke pendidikan-pendidikan kerajinan kalaupun itu ke luar kota bahkan luar negeri bila saya mampu," katanya. Terakhir, bapak ini mengaku baru pulang dari Jepang untuk belajar lebih banyak tentang handycraft. Dari apa yang dipelajarinya, Syaf mengaku tetap memproduksi karya yang baru dan berbeda setiap bulannya dan berusaha agar karya-karyanya unik dan diproduksi terbatas.
SUMBER
"Dari sedikit pesangon saya, saya membelikan beberapa mesin yang perlu seperti mesin ampelas dan solder serta beberapa kebutuhan lainnya. Tidak segampang itu memang awalnya menembus pasar Medan, tapi akhirnya saya bisa terutama dengan bantuan pemerintah dan bank," ujarnya (8/11/2012).
Selain itu, ajang pameran produk-produk kreatif cukup membantunya menembus pasar yang tidak hanya Medan, melainkan hingga Aceh, Pekanbaru, Padang, dan Jakarta. Bahkan dari pengakuannya, Syafri sudah beberapa kali memenuhi permintaan dari mancanegara seperti Amerika dan Jepang melalui pamera Inacraft di Jakarta. "Waktu itu mereka terkesan dengan anyaman rotan, lalu pesan melalui Perindag," ujarnya.
Saat ini, Syaf mengaku telah memiliki aset sekitar 200 juta mulai dari alat operasional hingga produk di rumah yang sekalian dijadikannya pabrik dan outlet di Jalan Mantri No 16 Medan. Namun begitu pria ini mengaku masih belajar hingga sekarang.
"Hingga sekarang saya masih terus belajar ke pendidikan-pendidikan kerajinan kalaupun itu ke luar kota bahkan luar negeri bila saya mampu," katanya. Terakhir, bapak ini mengaku baru pulang dari Jepang untuk belajar lebih banyak tentang handycraft. Dari apa yang dipelajarinya, Syaf mengaku tetap memproduksi karya yang baru dan berbeda setiap bulannya dan berusaha agar karya-karyanya unik dan diproduksi terbatas.
SUMBER
keren...meski telah sukses....beliau terus belajar....

Quote:
Berdayakan Limbah Jadi Aksesoris Rumah Tangga
Usaha-usaha kreatif belakangan semakin marak di Medan. Syafri Ali, pengusaha Saff Handycraft yang mengerjakan rotan, lampu dekorasi, dan aksesoris rumah tangga ini mengaku jika sebelum tahun 2005 kerajinan-kerajinan tangan atau souvenir kebanyakan berasal dari Jawa seperti Bandung, Yogyakarta, Bali, dan sebagainya.
"Setelah 2005 baru sudah mulai beberapa dan pada tahun 2008 sudah mulai banyak hingga sekarang. Selain produk-produk kreatif sendiri memang semakin diminati, pemerintah juga cukup gencar menggalakkan pembinaan usaha kreatif semacam ini," ujar Syafri Ali, (8/11/2012)
Sudah tiga belas tahun sejak Syafri Ali menekuni usaha kerajinan berbahan baku limbah ini. Selama itu iya mengaku semakin sekarang prospeknya semakin baik walau saingan semakin banyak. "Walau sekarang semakin banyak perajin handycraft, peminatnya juga semakin banyak, termasuk kalangan Chinese di Medan.
Jika dulu mereka cenderung mengonsep rumah itu sebagai tempat untuk tidur semata, kini mereka lebih banyak mendekor rumah mereka dengan berbagai kerajinan-kerajinan tangan seperti lampu hias, bunga-bunga, dan sebagainya," ujar Syafri. Walau demikian kalangan pribumi juga sekarang cenderung sudah menggunakan dekorasi-dekorasi berbahan kreatif selain kaca ataupelastik.
Setiap hari yang diolahnya bersama sekitar delapan orang karyawannya tak jauh-jauh dari limbah atau sampah, baik sampah alam seperti daun, batang, bunga, pohon hingga papan bekas, kayu, dan limbah-limbah lainnya. Berawal dari kesukaannya mengolah suatu benda menjadi lebih berguna, Pria ini akhirnya memilih mundur dari jabatannya sebagai seorang manager di perusahaan asing.
"Awalnya, sewaktu saya masih bekerja, saya coba-coba mengolah pembatas asbes menjadi baki dengan modal Rp 10 ribu. Dulu harganya sekitar Rp 1000 dapat 4 meter dan saya jadikan menjadi beberapa baki. Setelah jadi, bersama istri saya keliling menawarkan ke teman-teman terdekat dulu. Dari sana saya akhirnya dapat modal untuk membuat lebih banyak baki dan kotak tisu," kata bapak tiga anak ini.
SUMBER
Diubah oleh ibnutiangfei 09-11-2012 23:12
0
749
Kutip
1
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan