shadowbee888Avatar border
TS
shadowbee888
Rahasia siapa dibalik pertumbuhan ekonomi indonesia ditengah krisis global!trguncang!
Demi Tarik Minat Investor, Dubes RRC Minta Kebijakan RI Konsisten

Kebijakan yang konsisten sangat diinginkan oleh perusahaan asing

VIVAnews - China dalam tiga puluh tahun terakhir mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak reformasi besar diperkenalkan mendiang pemimpin mereka, Deng Xiaoping. Kini sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, China punya pengaruh besar di panggung politik internasional.
Perkembangan itu juga menciptakan sejumlah kekhawatiran negara-negara tertentu, apakah dengan kekuatan ekonomi dan politiknya itu akan membuat China ingin mendominasi panggung dunia. Namun, Duta Besar Liu Jianchao menepis kekhawatiran itu.
"Hegemoni tidak menguntungkan China. Kami tidak akan berubah posisi menjadi penjaga perdamaian dunia'" kata Dubes Liu, yang belum lama bertugas sebagai Duta Besar Republik Rakyat China untuk Indonesia, yaitu sejak 9 Maret 2012.
Dalam kunjungannya ke kantor redaksi VIVAnews pada 31 Oktober lalu, mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dan pernah menjadi Dubes di Filipina itu menjelaskan panjang lebar mengenai posisi negaranya dalam panggung internasional saat ini - termasuk soal isu rivalitas China dengan negara adidaya AS dan ketegangannya dengan sejumlah negara tetangga soal sengketa wilayah.
Dengan berbahasa Inggris yang sangat lancar, Dubes Liu pun memaparkan kemajuan hubungan antara China dan Indonesia, termasuk prospek kerjasama bilateral di sektor ekonomi dan militer di masa datang.
Kerjasama RI-RRC
Hubungan bilateral antara China dan Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Bisakah dijelaskan perkembangan volume perdagangan kedua negara saat ini?

Saya sepakat bahwa hubungan kedua negara sangat kuat dalam 5-10 tahun terakhir, terutama sejak 2005, ketika kita mulai membangun Kemitraan Strategis.
Ini menandakan kepercayaan politik antara kita semakin kuat, semakin membuka jalan bagi kerja sama yang luas dan di berbagai bidang, terutama hubungan ekonomi dan dagang.
Hubungan dagang China-Indonesia semakin meningkat. Akhir tahun lalu volume perdagangan kedua negara mencapai US$60,7 miliar, peningkatan yang besar. Pada delapan bulan pertama tahun ini, volume dagang kedua negara mencapai US$43,5 miliar, meningkat 12 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Pada akhir tahun lalu, Indonesia adalah mitra dagang terbesar kami yang keempat di antara negara-negara ASEAN. Tahun ini, Indonesia adalah yang ketiga. Tidak lama lagi, Indonesia akan menjadi mitra terbesar kami yang kedua di ASEAN.

Ini adalah perkembangan yang wajar karena Indonesia adalah pasar yang luas, dengan nilai ekspor yang besar. Kemajuan kerja sama dagang kita adalah sesuatu yang sangat bernilai, di tengah perdagangan internasional yang mengalami kemunduran. Hal ini menguntungkan pebisnis dan rakyat kedua negara.

Target volume dagang kita dengan Indonesia pada 2014 adalah US$80 miliar. Nanti, kita akan sering melihat perdagangan antara china dengan Indonesia dalam kerangka ASEAN.

Melihat nilai kerja sama dagang yang besar, kedua negara harus memfasilitasi hubungan ini dengan membuka lebih banyak pasar bebas. Pasar China terbuka untuk seluruh produk Indonesia, dan kami berharap hal serupa diperlakukan untuk produk China di Indonesia.

Kami menghindari praktik proteksionisme yang diberlakukan di berbagai negara. Praktik ini dampaknya buruk bagi perdagangan internasional yang seharusnya didasarkan pada peraturan WTO. Saya rasa kedua negara kita akan tetap melakukan perdagangan bebas yang adil dan terbuka.

Proyek-proyek baru apa yang sedang digarap oleh kedua negara?

Jika berbicara masalah G-to-G (government to government), pada September 2012, China dan Indonesia menandatangani soft loan (pinjaman lunak) untuk tiga proyek besar, yaitu pembangkit listrik di Pare Pare, serta jalan tol di Bandung dan Medan. Infrastruktur adalah sektor yang paling diperlukan negara ini. China siap membantu.

Beberapa proyek yang saat ini mulai dikerjakan adalah pembangkit listrik tenaga uap batu bara di Bali, bekerja sama dengan perusahaan China, Huadian Co. Perusahaan ini juga punya pembangkit listrik di Padang. Semuanya berjalan sukses, dari segi lingkungan dan pengadaan listrik. Perusahaan ini adalah salah satu yang terbaik.

Yang paling membahagiakan saya adalah tiga minggu lalu saat menghadiri peresmian pembangunan proyek penampungan minyak di Padang. Total investasi proyek ini sebesar US$650 juta. Ini adalah investasi terbesar China untuk satu buah proyek.

Selain G-to-G, kedua negara juga meningkatkan kerja sama B-to-B (Business to Business). Kami yakin kerja sama di sektor swasta akan semakin mempererat hubungan ekonomi kedua negara.

Contohnya, semakin banyak perusahaan-perusahaan China yang berinvestasi di Indonesia. Dua minggu lalu, perusahaan ban untuk truk China menandatangani perjanjian dengan perusahaan Indonesia senilai US$550 juta untuk meningkatkan produksi di Indonesia.

Selain itu, perusahaan China akan menanamkan modal di pabrik semen di Papua dan tempat lainnya. Selain itu, perusahaan pembangkit China juga akan menanamkan modalnya di Indonesia.

Jika ditelaah lagi, produk manufaktur berhubungan langsung dengan infrastruktur. Contohnya semen, ban, pembangkit listrik, terkait satu sama lain di bidang infrastruktur. Jadi Indonesia tidak harus lagi mengimpor semen untuk pembangunan.

Kerja sama lainnya antara China dan Indonesia adalah mendirikan pusat pemurnian (smelter) untuk memenuhi kebijakan pemerintah RI dalam operasi barang mineral setengah jadi. Ini hal yang bagus, karena banyak importir kesulitan mendapatkan sumber daya mineral.

Tren umum hubungan bilateral RI-China sangat sehat. Kerja sama dagang kita juga akan berumur panjang.

Anda punya saran bagi pemerintah Indonesia agar lebih banyak lagi investor asing yang menanamkan modal di Indonesia?

Saat berhubungan dengan Indonesia, China bukanlah investor tradisional. Kami mulai berinvestasi di negara ini mungkin sekitar 10 tahun yang lalu. Namun investasi di Indonesia juga berkembang sangat pesat.

Saya kira sekarang waktunya perusahaan China mendapatkan posisi yang lebih baik saat berinvestasi dengan Indonesia. Karena sekarang telah mengenal Indonesia dengan lebih baik, kami tahu lingkungan investasi di negara ini, kami tahu bagaimana berbisnis dengan orang Indonesia.

Sebaliknya, perusahaan di Indonesia juga lebih tahu caranya berbisnis dengan investor China. Kami tengah berada di tingkat “nyaman” dalam hubungan investasi bilateral. Maka dari itu, kami yakinkan perusahaan di China, Indonesia adalah tempat sempurna untuk berinvestasi.
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya yang keras dalam meningkatkan lingkungan investasi bagi perusahaan asing. Prosedurnya kini lebih terbuka dan transparan.
Kami harap pemerintah Indonesia menjaga stabilitas dan konsisten dengan kebijakannya. Saya tahu kebijakan bisa berubah sesuai situasi, tapi demi menarik investasi dari luar, kebijakan yang konsisten sangat diinginkan oleh perusahaan asing.
Jika perusahaan asing ingin berinvestasi di Indonesia, biasanya akan merekrut tenaga lokal untuk menghemat biaya. Namun, di beberapa kasus, mereka harus membawa orang mereka sendiri, walaupun biayanya mahal.
Biasanya mereka terdiri dari para ahli, dan beberapa manajemen. Saya harap pemerintah Indonesia dapat memudahkan mereka dalam membuat visa. Tapi secara umum sudah baik.
Pemerintah China belakangan ini mulai mempromosikan Yuan di setiap transaksi perdagangan internasional. Apakah hal ini bisa diberlakukan dengan baik oleh China dan Indonesia?
Mata uang China Renmimbi/RMB (Yuan) mulai popular digunakan untuk transaksi internasional. Kami juga menggunakannya di Indonesia karena itulah, pada 2009, kami mengadakan kerjasama currency swapping sebesar 100 miliar RMB.
Menggunakan RMB untuk transaksi akan menguntungkan kedua negara, tidak hanya di perdagangan tapi juga di investasi.
Hal ini juga akan menghindari resiko fluktuasi mata uang pihak ketiga dan menguntungkan perusahaan dagang dalam memotong biaya operasi dan menstabilkan pendapatan. Kami telah melakukan perjanjian currency swapping dengan beberapa negara. Contohnya yang terbesar adalah Korea Selatan sebesar 300 miliar RMB.
Ada kekhawatiran dari kalangan wirausaha di Indonesia mengenai begitu banyaknya produk asal China yang masuk sehingga bisa memukul industri domestik. Bagaimana respon pemerintah China?
Faktanya adalah hubungan dagang kedua negara seimbang dalam beberapa tahun terakhir. Pada beberapa statistik ada perbedaan, tapi tidak besar. Saya kira China tidak berniat untuk meraih surplus dagang dengan Indonesia.
Dengan beberapa negara juga demikian, ada yang defisit ada yang surplus. Tapi dengan Indonesia cukup seimbang, ini bagus.
Yang dikhawatirkan mungkin adalah struktur. Contohnya, pengusaha Indonesia khawatir melihat banyaknya produk manufaktur asal China yang masuk, sementara ekspor ke China kebanyakan sumber daya mineral dan ternak.
Ini bisa dimengerti, karena setiap negara punya kelebihannya masing-masing. Indonesia dianugerahi mineral, tapi untuk meningkatkan produksi adalah dengan menerima lebih banyak lagi investasi China.
Contohnya adalah nikel dari Indonesia, kami bisa terlibat dalam pemrosesan nikel, dan Indonesia diuntungkan dari tambah nilai, pajak, dan lapangan kerja. Ini akan menjadi keuntungan Indonesia.
Pilihan terakhir adalah melakukan proteksionisme, yaitu menolak seluruh produk asing. Ini tidak baik bagi Indonesia dan dunia dagang internasional, karena setiap negara butuh kompetisi. Tanpa kompetisi, kita tidak bisa berkembang dan tumbuh.



bersambung...
sumber :http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/365081-demi-tarik-minat-investor--dubes-rrc-minta-kebijakan-ri-konsisten
0
1.4K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan