kesepian311
TS
kesepian311
Dunia Persilatan Senayan
Ada cerita menarik yang saya kutip dari FB teman tentang kisah dunia persilatan di senayan. berikut kisah selengkapnya:

***

Dalam hal ini saya mempertanyakan di mana letak keluarbisaan tindakan Dahlan Iskan. Kenapa kita harus bilang “waao”. SBY menghimbau agar segenap jajaran kementerian jangan kongkalikong mempermainkan anggaran dengan DPR. Seskab Dipo Alam menindaklanjuti himbauan SBY dengan mengeluarkan surat edaran anti kongkalikong. Salah satu kementerian yang mendapat surat edaran itu adalah Kementerian BUMN. Kemudian Dahlan meneruskan surat edaran ke setiap BUMN dan mengirim SMS laporan kepada Dipo Alam bahwa surat edaran sudah ditindak lanjuti . Dahlan juga melapor bahwa masih ada anggota DPR yang mencoba meminta upeti dari direksi BUMN.

Kalau kita amati kronologi di atas kelihatan sangat biasa sekali. Saya tidak habis fikir kenapa SMS Dahlan bisa menyulut emosi anggota DPR. Kenapa SMS tersebut bisa membuat heboh dunia perpolitikan sedemikian rupa? Apa salahnya menteri SMS kepada Seskab? Toh SMS tersebut juga tidak disebarkan ke mana-mana. Buktinya sampai sekarang bagaimana redaksi dari SMS tersebut tidak ada yang tau. Itu rahasia Dahlan dan Dipo Alam.

Sebenarnya lebih logis kalau alasan ketersinggungan DPR karena himbauan SBY. Dahlan hanya meneruskan himbauan tersebut. Itupun setelah Dipo Alam menyebarkan surat edaran anti kongkalikong. Atau DPR menyalahkan Dipo Alam, kenapa isi SMS Dahlan dibocorkan ke publik. Bukankah tidak etis seorang atasan membocorkan SMS bawahan kepada masyarakat umum?

Atau lebih masuk akal lagi kalau DPR menyalahkan dirinya sendiri khususnya Effendy Simbolon. Bukankah dia yang keliatan sangat mencolok membesar-besarkan isu ini di media? Dengan emosi yang berkobar-kobar para anggota dewan yang terhormat mengecam Dahlan. Merekapun sesumbar akan memanggil Dahlan untuk dimintai keterangan. Mereka mendesak Dahlan agar menyebut nama anggota dewan penerima upeti yang dimaksud. Kemudian mendesak Dahlan melapor ke KPK. Jelas sikap DPR yang reaksionis ini menarik perhatian media.

Berita-berita di media kemudian diisi dengan masalah perseteruan Dahlan dan DPR. Mungkin karena nongol di TV anggota dewan semakin bernafsu menghujat Dahlan. Tidak tanggung-tanggung, bukan saja partai oposisi yang menyerang Dahlan. Partai koalisi seperti PKS dan Golkar ikut-ikutan heboh. Partai pemerintah tidak mau ketinggalan, Marzuki Ali ikut-ikutan mengadili Dahlan. Hanya Gerindra dan Hanura yang keliatan kalem.

Sikap reaksionis DPR ternyata menjadi blunder. Niat mereka untuk menghabisi Dahlan hasilnya berbalik, citra DPR semakin terpuruk. Ini persis seperti peristiwa 4 tahun yang lalu. Ketika itu DPR mau mempolisikan grup musik Slank. Lagu “Gosip Jalanan” Slank membuat DPR tersingggung berat. Mereka merasa Slank telah menginjak-injak harga diri anggota dewan yang terhormat. Disaat-saat kritis ketika Slank mau diseret ke depan hukum, KPK datang menjadi dewa penolong. Al Amin Nasution anggota DPR dari Fraksi PP tertangkap tangan menerima sogok. DPR pun tidak melanjutkan niatnya untuk mempolisikan Slank.

Tapi DPR tidak mengambil pelajaran dari kasus ini. Percuma tersinggung dengan tudingan-tudingan miring, hanya menambah heboh saja. Slank tidak hanya menyinggung DPR tapi kepolisian, TNI, KPU, kehakiman, bahkan Front Pembela Islam. Tapi hanya DPR yang tersinggung yang lainnya adem ayem saja menanggapi lagu itu. Hasilnya hanya DPR yang heboh jadi pemberitaan media. Sekarang rupanya DPR dengan sengaja mau mencemplungkan diri untuk kedua kalinya pada lubang yang sama. Alangkah bodohnya wakilku.

Lihatlah isu inefisiensi PLN yang dilempar DPR seolah tenggelam. Bukan karena Dahlan raja media seperti yang disangkakan DPR. Apalah kuasa Dahlan menyetir pemberitaan TV nasional seperti TV One dan Metro TV. Itu miliknya Abu Rizal Bakri dan Surya Paloh. Grup Kompas yang merupakan media terbesar di tanah air pun merupakan rival JPNN, buat apa mendukung Dahlan.

DPR memang amat sangat sulit mengakui kesalahannya sendiri. Seandainya mereka tidak tersinggung tidak mungkin isu ini menjadi heboh. Seharusnya mereka berguru kepada Dahlan. Tuduhan pemborosan uang negara 37 triliun tidak tanggung-tanggung. Berpuluh kali lipat dari kasus Hambalang. Tapi Dahlan menghadapinya dengan santai bahkan guyon. Dahlan mengatakan BPK salah bukan 37 triliun inefisiensi PLN tapi ratusan triliun. Mendapati reaksi Dahlan yang santai begini media menjadi kehilangan nafsu. Berita menjadi biasa-biasa saja tidak heboh.

Disisi lain nampaknya DPR semakin tebal muka. Kasus Wisma atlet, Hambalang, cek pelawat BI, dan puluhan kasus DPR lainnya tidak menghalangi niat DPR untuk menuntut Dahlan. Kalau dulu hanya dengan kasus Al Amin Nasution DPR mengurungkan niatnya mempidanakan Slank.

Walau bagaimanapun juga DPR telah berhasil menciptakan opini publik lewat media, bahwa Dahlan-lah yang membuat negara ini gaduh. Dahlan yang membuat perpolitikan memanas. Dahlan yang membuat sensasi.

Padahal kalau kita mau mereviw kronologi heboh isu kongkalikong DPR, sangat jelas siapa sebenarnya yang membuat gaduh. Siapa yang mempunyai sensi tingkat tinggi. Siapa yang gemar mencari kambing hitam. Siapa yang bernafsu memancing liputan media, dengan urat leher keluar, ludah muncrat, mata melotot, napas memburu, emosi menggelegak, berteriak lantang dan menuding-nuding dengan heroiknya menggunakan tangan kiri?

Dia adalah ES pahlawan pembela wong cilik dengan julukan Pendekar Moncong Putih. Pendekar Moncong Putih juga tidak sendiri dia dibantu oleh Pendekar Penegak Keadilan, Pendekar dari Sungai Kuning, dan Pendekar Tunjung Biru. Alangkah gaduh dan hebohnya dunia persilatan Senayan.

emoticon-Ngakakemoticon-Ngakakemoticon-Ngakak
0
1.1K
2
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan