Kaskus

News

odayzAvatar border
TS
odayz
Bau Duren dalam Gelar Ksatria SBY
Bau Duren dalam Gelar Ksatria SBY

Opini: Derek Manangka
nasional - Senin, 5 November 2012 | 12:45 WIB


inilah..com. Jakarta - Ada ungkapan yang populer tentang durian atau duren. Buah yang berasal dari negara tropis ini, kalau sudah matang, sulit disembunyikan. Aroma baunya yang terkenal menusuk dan menyengat, akan tetap tercium oleh siapapun. Asal muasal dari bau yang disembunyikan itu pada akhirnya akan tetap terungkap.

Ungkapan tentang duren dalam kehidupan manusia cukup menarik. Sebab duren sering sekali menjadi barang atau buah yang disembunyikan. Sejatinya, isi buah duren kata orang, enak tenan. Tetapi tidak semua orang suka dengan baunya. Duren semakin enak dimakan dan dinikmati kalau memakannya dengan cara sembunyi-sembunyi.

Pada momen politik seperti pekan ini, ungkapan tentang duren nampaknya sangat seusai digunakan sebagai bahan bahasan. Soalnya pekan lalu Kerajaan Inggris baru saja memberi gelar Ksatria (Knight Grand Cross in Order of the Bath) kepada Presiden SBY.

Alasan pemberian gelar tersebut terkesan mau disembunyikan. Terutama dari pihak Indonesia. Tetapi secara tidak sengaja atau tanpa sadar. alasan pemberian gelar itu sedikit demi sedikit diungkap oleh Inggris.

Hanya beberapa jam setelah gelar Ksatria dianugerahkan Ratu Inggris, Kedubes Inggris di Jakarta demikian pula Kantor Perdana Inggris di Downing Street 10, London, mengumumkan sebuah MoU antara kedua negara.

Pengumuman yang disiarkan Reuters, kantor berita Inggeris tertua di dunia, menyebut MoU tersebut berisikan persetujuan pemerintah Indonesia (baca SBY) kepada British Petroleum (BP), perusahaan minyak dan gas Inggris untuk mengolah salah satu terminal gas di Tangguh, Papua Barat.

Ironisnya, pemerintah Indonesia sendiri tidak melakukan hal serupa, sehingga kesan mau menyembunyikan MoU itu seperti sebuah duren, sangat terasa. MoU atau kontrak itu bernilai Rp141 triliun dengan kurs dolar Amerika Rp9.500.

Gara-gara itu muncul penafsiran bahwa gelar Ksatria yang diterimakan kepada Presiden SBY, sangat mungkin berkaitan dengan kerja sama bisnis gas bernilai ratusan triliun ini. Artinya diam-diam presiden melakukan perjalanan bisnis, tetapi yang disampaikan kepada masyarakat, SBY menghadiri sebuah undangan kerajaan.

Pihak Istana melalui Firmanzah (Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi) dan Julian Pasha ( Jubir Presiden) langsung membantah soal penafsiran ini. Hanya saja bantahan kedua pejabat Istana tersebut kurang punya gaung.

Pemberian gelar Ksatria kepada Presiden SBY, seharusnya bukan hanya mengharumkan nama SBY. Gelar itu bisa juga melambungkan nama baik seluruh rakyat Indonesia berjumlah 240 juta yang dipimpinnya. Dan rakyat Indonesia seharusnya bangga, pemimpinnya dihargai oleh Kerajaan Inggris.

Tetapi yang terjadi adalah pertanyaan demi pertanyaan yang masih diikuti oleh sindiran yang memelesetkan istilah gelar tersebut. Yang semuanya tidak mencerminkan adanya kebanggaan di masyarakat Indonesia. Ada pertanyaan tentang apa kriteria yang digunakan Kerajaan Inggris untuk menetapkan SBY sebagai penerima penghargaan itu.

Pertanyaan ini mencuat sebab di kalangan masyarakat berkembang persepsi subyektif yang menilai, SBY sebagai presiden telah gagal menjadi pemimpin bangsa Indonesia. Akibat kegagalan itu, SBY tidak pantas disebut sebagai seorang ksatria. Disebutlah sejumlah kegagalan yang kalau diurai satu persatu disini bisa menjadi sebuah buku saku.

Pertanyaan lainnya, apakah dengan pemberian itu, Kerajaan Inggris tidak ada maksud terselubung? Sebab sangat mustahil negara maju seperti Inggris menghadiahkan sesuatu kepada seseorang warga negara asing tanpa kaitan dengan kepentingan nasional.

Selain bertanya dan sarkartis ada juga yang mencoba menganalisa kebijakan-kebijakan luar negeri negara bekas kolonialis itu. Masih segar dalam ingatan, hampir satu dekade lalu Inggris termasuk negara Eropa tidak mengizinkan pesawat Garuda milik pemerintah Indonesia mendarat di negerinya. Kebijakan ini diikuti oleh 26 negara Uni Eropa lainnya.

Kerugian melarang Garuda itu, sangat buruk bagi Indonesia. Selain Garuda harus menutup rute Eropa untuk sementara (sekarang sudah dibuka lagi), Presiden SBY sendiri beberapa tahun lalu sempat mengalami kesulitan untuk berkunjung ke Eropa. Sebab pesawat kepresidenan yang digunakannya-Garuda, tidak boleh menyentuh landasan di Uni Eropa.

Larangan itu terkait dengan penilaian Asosiasi Penerbangan Eropa plus regulator keselamatan penerbangan, bahwa Garuda tidak memiliki kelayakan terbang. Penilaian itu muncul karena pada satu periode, sejumlah pesawat Garuda mengalami kecelakaan.

Selain analisa tentang Garuda, kebijakan Inggris juga disoroti. Negara ini pernah mengembargo penggunaan tank Scorpion buatannya, yang dibeli Indonesia. Pemerintah Indonesia tiba-tiba dilarang menggunakan tank tempur itu untuk menghadapi kelompok GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Aceh. Saat pelarangan itu diberlakukan, SBY menjabat Menko Polkam.

Pemberian gelar ini juga menuai kontroversi. Sebab sekitar sebulan sebelum keberangkatan SBY ke London, jaringan Istana yang mengurusi masalah media, mengangkat isu tentang adanya upaya sekelompok LSM di Inggris yang ingin menangkap Presiden SBY, jika ia berkunjung ke negara tersebut pada November.

Isu itu dibumbui lagi oleh penjelasan bahwa LSM tersebut menjanjikan sesuatu. Bagi pihak yang berhasil menangkap SBY, akan diberi hadiah dalam bentuk uang. Efek yang ingin ditimbulkan atas pelemparan isu adalah menguatnya simpati, empati terhadap Presiden SBY. Paling tidak SBY tidak dikritik terlalu sering bepergian keluar negeri. Padahal saat itu banyak pendapat di media massa yang sebenarnya tidak senang jika SBY dan Ibu Negara sering bepergian ke luar negeri mengurusi hal-hal yang tidak mendesak.

Presiden SBY sendiri tidak salah dengan keputusan menerima penghargaan itu. Walaupun ada kaitan dengan bisnis gas, tidak masalah. Yang salah adalah waktu dan caranya. Keduanya tidak tepat. Kalau saja pemberian gelar itu dilakukan ketika citra SBY sebagai Presiden sedang positif, reaksi di masyarakat tidak akan seperti suara penyanyi yang fals.

SBY juga mengikut sertakan Ketua DPR-RI dan Ketua DPD-RI dalam rombongan ke London. Padahal akuntabilitas kedua pimpinan lembaga negara itu juga sedang disorot. Dengan mengajak dua ketua lembaga politik itu SBY sepertinya ingin mencari dukungan politik atas pemberian penghargaan tersebut.

Demikian pula dengan mengajak putera tertuanya yang berstatus anggota TNI yang masih aktif. Presiden dikesankan memberi proteksi yang berlebihan kepada perwira muda dan anggota keluarganya. Di KTT APEC, Vladivostok. baru lalu, perwira muda ini juga hadir sebagai angora rombongan Presiden. Sesuatu yang wajar sebetulnya kalau Presiden sedang tidak berada dalam radar sorotan.

Pada momen seperti sekarang, semuanya menjadi tidak patut berhubung jutaan rakyat yang seharusnya juga mendapat proteksi dari Presiden. Presiden masih terkesan menonjolkan pencitraan. Yah semoga saja dengan penghargaan tersebut, SBY bakal berubah. Dari seorang peragu menjadi Ksatria bagi bangsa Indonesia.

sumber : [url]http://nasional.inilah..com/read/detail/1923266/bau-duren-dalam-gelar-ksatria-sby[/url]
Diubah oleh odayz 07-11-2012 09:05
0
867
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan