- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Temani Aku Cinta


TS
Delvava
Temani Aku Cinta
Temani Aku Cinta
Today 14:37
Tuhan alangkah senangnya hatiku. Ingin kuucapkan beribu-ribu syukur padaMu. Hari ini, akhirnya dari sekian lama aku hidup didunia ini aku menemukan cinta pertamaku. Dia seorang wanita yang sangat cantik, baik dan sangat menyayangiku. Segala perhatian dia curahkan dengan kelembutan kasih sayang hanya untukku. Bahkan kadang aku merasakan seperti anak kecil yang mendapatkan perhatian dari ibunya.
Kirana, itulah nama yang selalu teringat dalam memoriku. Nama itu selalu memenuhi setiap ruang kosong dalam fikiranku. Saat ku pejamkan mata, dia selalu hadir dengan senyuman manja menyapaku dibalik kegelapan. Dia laksana cahaya lilin ditengah ruangan gelap, oase dipadang pasir. Hati ini selalu damai tatkala dekat dengan dirinya. Apakah seperti ini rasanya cinta ?? Cinta,, cinta telah menyatukan dua insan. Biarlah dia menjadi yang pertama dan terakhir untukku. Tak ingin aku kehilangan dia. Kirana, aku sangat mencintaimu. Tuluskah cintamu padaku ??
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, aku pun tersentak dari lamunanku. Dengan suara ketus adikku berkata. “siang-siang gini kok ngelamun sih bang. Nggak denger apa diluar ada telephone bunyi-bunyi !!”.
“Haaaahh.. kamu Mer, bikin kaget Abang saja, lain kali kalau masuk pake salam dulu napa. Emang telephone dari siapa ??”.
“ Dari kak Kirana”, jawabnya dengan nada menggoda.
Tanpa pikir panjang aku segera bangkit dari kasur empuk yang dari tadi pagi aku diami dan meninggalkan adikku Merry di kamarku. Sambil berlari-lari kecil aku menghampiri kekasihku yang sudah menunggu di ujung telephone. Dengan segera kuraih gagang telephone dan memulai perbincangan dengan maria, kekasihku.
“Halloo !! “, sapaku.
“Halloo”, kenapa lama sekali ngangkatnya”, Tukas Kirana
“Ma’af, tadi tu…”, belum selesai kujawab, Merry menyahut dari balik dinding ruang tamu.
“Kak Nikko lagi ngelamunin kak Kirana tuh”.
“Nggak ahh”, jawabku malu.
“Beneran juga nggak apa-apa kok Nikk. Oh ya, ntar malam kita keluar yuk??”, sahut Kirana.
“Emang mau kemana ??”. Jawabku penasaran.
“Ada deh, nanti kamu juga bakalan tau”. Sahut Kirana.
“Oke deh, ntar aku jemput kamu jam 7, kamu siap-siap ya”. Jawabku.
“Kali ini kamu nggak usah jemput aku, aku naik ojek aja. Ntar kita ketemuan ditempat biasa aja. Ingat lho, jam 8”. Sahut Kirana.
“Siip deh Kirana sayang”, jawabku lembut.
“Sampai ketemu nanti ya, daahh”. Jawab Kirana disusul bunyi “tuuut…. Tuuut..”.
Tanpa pikir panjang lagi aku bersiap-siap menemui Kirana ditempat biasa kami berdua menjalin cinta dan menghabiskan waktu bersama. Tempat itu adalah tempat pertama kali aku menyatakan perasaan cinta padanya. Aku pun segera mandi dan kupilih baju terbaik yang aku punya, kusisir rambutku dengan rapi dan tak lupa kusemprotkan minyak wangi disekujur tubuh. Dengan hati senang aku pun keluar dari kamar. Saat aku melewati ruang tamu aku bertemu adikku Merry yang lagi santai menikmati cemilan dan teh panasnya menyambut senja kembali keperaduannya. Sesekali Merry mencoba menggodaku dengan siulan nakalnya.
“Ciieee yang habis telponan sama kak Kirana, tumben rapih banget, hhmmm harum lagi. mau kencan ya”. Tanya adikku, Merry.
“Yee anak kecil mau tauu aja urusan orang dewasa”. Jawabku kesal.
“Aku ikut ya ??’’. tanya adikku.
Tanpa menghiraukan adikku, aku pun pergi dengan motor kesayanganku menuju tempat aku janjian dengan Kirana. Walaupun jarak yang ku tempuh cukup jauh namun tak menyurutkan niatku untuk bertemu sang pujaan hati, Kirana. Perlahan namun pasti akupun sampai ditempat tujuanku itu. Sebuah tempat yang romanis, tempat idaman para pasangan sejoli menghabiskan malam dikelilingi lampion indah warna-warni. Diatas puncak perbukitan, malam itu terasa indah tatkala cahaya bintang dengan anggunya meneragi malam dan sang rembulan yang segera menampakkan dirinya. Cahayanya yang keperakan menyepuh permukaan bukit-bukit dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Anginpun bertiup semilir. Keadaan sekeliling begitu tenang dan damai. Sesampainya disana akupun segera memarkirkan motorku tak jauh dari tempat kami berjanji. Dengan hati yang berdebar dan rasa penasaran akupun mulai mengayunkan langkah pasti menuju singgasana cinta.
Jarum jam telah menunjukkan pukul 8 lebih, tapi Kirana belum juga datang. Sesekali aku berdiri dan duduk kembali, menanti kedatangannya. Dengan penuh kesabaran aku menunggu Kirana, namun dalam fikiranku tak henti-hentinya memikirkannya. “Apa gerangan yang terjadi dengan nya, tak biasanya ia telat bahkan ingkar janji”. Akupun berbicara dalam hati.
Dengan hati yang resah aku menunggu dan tetap menunggu kedatangannya. Rasa jenuh mulai menggerayangi penantianku dikala malam mulai merambat naik, hawa dingin semakin menusuk tulang, embun pun mulai turun kepermukaan dan membasahi dedaunan. Kuperhatikan lagi jam yang melekat dipergelangan tangan sebelah kiriku ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tak ada tanda-tanda Kirana akan datang. Berkali-kali aku mencoba menghubunginya, namun tak bisa. Dengan hati bimbang aku segera bangit untuk pulang kerumah. Akupun pulang dengan penuh tanda tanya dan kekhawatiran yang menghinggapi hati dan fikiranku ini. Sesampainya dirumah akupun tertidur pulas diatas pembaringanku.
Pagi pun mulai menyapa, sinar mentari pagi masuk diantara celah-celah jendela kamarku. Terdengar sayup-sayup gedoran suara pintu dan suara adikku mencoba membangunkanku.
“Dor..dor..dor.. , udah pagi nih bang, ayoo bangun !” teriak Merry.
“AAaah…”, akupun menguap, ku gerakkan tubuhku, menggeliat.
Ternyata benar, malam telah berganti menjadi pagi yang cerah, “kemana Kirana semalam ?? tak biasanya dia seperti ini”. Pikirku dalam hati. Dengan rasa malas dan masih bertanya-tanya, ku bersiap berangkat ke kampus. Setibanya dikampus akupun mencari Kirana ditempat biasa dia duduk, di sebuah bangku taman dia selalu mengabiskan waktu istirahatnya dengan membaca buku sambil mendengarkan musik di handphonenya, namun hari itu tak juga kutemukan dia. Akupun mencari-cari namun usahaku sia-sia. Pikiranku benar-benar kacau hari ini. Perasaanku pun tak enak seperti ada sesuatu yang mengganggu. Dan tiba-tida seseorang menghampiriku, dia adalah Nabila teman baik Kirana. Teman-temanku yang lain mulai memandangiku dengan rasa haru dan penuh simpati.
Bagai disambar petir, tubuhku terasa lemas. Air mata tak kuasa lagi kubendung, mengalir bebas bagai aliran sungai yang deras. Dadaku pun terasa sesak,. Tak tahu lagi apa yang kurasakan. Semua bercampur sedih, duka, amarah, takut dan tak percaya. Hatikupun hancur bagai kaca yang terjatuh. Hancur berkeping-keping.
Benar-benar tak percaya hati ini, Kirana meninggalkanku selamanya. Bahkan tak sempat kulihat senyuman dan tatapan matanya untuk terakhir kalinya. Ia membiarkanku menunggu semalaman dan tak terucap kata ma’af darinya. Batinku menjerit, bibirku tertahan. Hanya air mata yang dapat mengekspresikan kehilangan seseorang yang sangat aku cintai. Dengan sisa tenaga yang ku miliki, akupun berteriak “Kirana, dimana kamu, jangan pergi, jangan kau tinggalkan aku !!”.
Dengan diboncengi temanku, aku di antar pulang kerumah. Dengan langkah gontai aku berjalan kedalam kamar tidurku. Seharian kerjaku hanya melamun sambil memandangi foto Kirana yang terpajang disisi kamarku. Siang berganti malam, aku masih terpaku disudut kamar mencoba mengingat kembali masa-masa indah yang pernah kita arungi berdua. Angin malam yang berhembus menyapu wajahku yang keruh. Langkah kelam tanpa rembulan dan bintang bintang. Sorot mata kosong menyelinap dari sela jendela kamar membayangkan seraut wajah cantik yang kini telah pergi selamanya meninggalkan dunia fana beserta kenangan indah bercinta. Kembali kubisikkan kepada semilir angin malam jika cintaku kepadamu selamanya tak akan pernah luntur dan berubah meskipun dia telah tiada. Mungkinkah kau mendengar rintihan hatiku ini sayang ??
Kirana tercinta, diriku seperti kehilangan pegangan. Ke mana langkah harus ku bawa pergi, agar diriku tak tersiksa oleh pahitnya kenyataan. Malam terasa amat panjang dan senantiasa melibatkan diriku kedalam kenangan indah dimasa lalu. Masa-masa masih bersamamu. Kirana, kenangan itu tak mungkin lenyap begitu saja dalam benakku. Terlalu indah namun terasa pahit untuk diresapi, terlebih setelah kepergianmu ini. Mengapa kau pergi begitu cepat, Kirana ??
Jiwaku terasa kosong penuh kehampaan. Perlahan suara merdu Kirana memenuhi ruang kamarku dengan iringan musik sendu dan mengharukan menyayat hati. Kenangan terindah yang diberikannya saat ia menerima cintaku. Ya.. lewat lagu ini, cinta menyatukan kami. Dan tak ada yang mampu memisahkannya. Ditengah kesedihan itu kulihat bayangan Kirana. Ia menuntunku kesuatu tempat. Tanpa ku sadari, malam itu aku telah berada di atap sebuah gedung bertingkat. Entah apa yang merasuki fikiranku saat itu. Aku menuruti saja ketika ia mengajakku terbang menuruni gedung. Satu kata yang sempat ia bisikkan padaku “ TEMANI AKU, CINTA”. Sesaat tubuhku melayang dan kemudian menyentuh tanah dengan kuatnya. Saat itu kurasakan tubuhku menjadi ringan, bergandengan tangan, bersamanya menuju dunia impian.
:::::::::::::::::::TAMAT::::::::::::::::::::::
Today 14:37
Tuhan alangkah senangnya hatiku. Ingin kuucapkan beribu-ribu syukur padaMu. Hari ini, akhirnya dari sekian lama aku hidup didunia ini aku menemukan cinta pertamaku. Dia seorang wanita yang sangat cantik, baik dan sangat menyayangiku. Segala perhatian dia curahkan dengan kelembutan kasih sayang hanya untukku. Bahkan kadang aku merasakan seperti anak kecil yang mendapatkan perhatian dari ibunya.
Kirana, itulah nama yang selalu teringat dalam memoriku. Nama itu selalu memenuhi setiap ruang kosong dalam fikiranku. Saat ku pejamkan mata, dia selalu hadir dengan senyuman manja menyapaku dibalik kegelapan. Dia laksana cahaya lilin ditengah ruangan gelap, oase dipadang pasir. Hati ini selalu damai tatkala dekat dengan dirinya. Apakah seperti ini rasanya cinta ?? Cinta,, cinta telah menyatukan dua insan. Biarlah dia menjadi yang pertama dan terakhir untukku. Tak ingin aku kehilangan dia. Kirana, aku sangat mencintaimu. Tuluskah cintamu padaku ??
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, aku pun tersentak dari lamunanku. Dengan suara ketus adikku berkata. “siang-siang gini kok ngelamun sih bang. Nggak denger apa diluar ada telephone bunyi-bunyi !!”.
“Haaaahh.. kamu Mer, bikin kaget Abang saja, lain kali kalau masuk pake salam dulu napa. Emang telephone dari siapa ??”.
“ Dari kak Kirana”, jawabnya dengan nada menggoda.
Tanpa pikir panjang aku segera bangkit dari kasur empuk yang dari tadi pagi aku diami dan meninggalkan adikku Merry di kamarku. Sambil berlari-lari kecil aku menghampiri kekasihku yang sudah menunggu di ujung telephone. Dengan segera kuraih gagang telephone dan memulai perbincangan dengan maria, kekasihku.
“Halloo !! “, sapaku.
“Halloo”, kenapa lama sekali ngangkatnya”, Tukas Kirana
“Ma’af, tadi tu…”, belum selesai kujawab, Merry menyahut dari balik dinding ruang tamu.
“Kak Nikko lagi ngelamunin kak Kirana tuh”.
“Nggak ahh”, jawabku malu.
“Beneran juga nggak apa-apa kok Nikk. Oh ya, ntar malam kita keluar yuk??”, sahut Kirana.
“Emang mau kemana ??”. Jawabku penasaran.
“Ada deh, nanti kamu juga bakalan tau”. Sahut Kirana.
“Oke deh, ntar aku jemput kamu jam 7, kamu siap-siap ya”. Jawabku.
“Kali ini kamu nggak usah jemput aku, aku naik ojek aja. Ntar kita ketemuan ditempat biasa aja. Ingat lho, jam 8”. Sahut Kirana.
“Siip deh Kirana sayang”, jawabku lembut.
“Sampai ketemu nanti ya, daahh”. Jawab Kirana disusul bunyi “tuuut…. Tuuut..”.
Tanpa pikir panjang lagi aku bersiap-siap menemui Kirana ditempat biasa kami berdua menjalin cinta dan menghabiskan waktu bersama. Tempat itu adalah tempat pertama kali aku menyatakan perasaan cinta padanya. Aku pun segera mandi dan kupilih baju terbaik yang aku punya, kusisir rambutku dengan rapi dan tak lupa kusemprotkan minyak wangi disekujur tubuh. Dengan hati senang aku pun keluar dari kamar. Saat aku melewati ruang tamu aku bertemu adikku Merry yang lagi santai menikmati cemilan dan teh panasnya menyambut senja kembali keperaduannya. Sesekali Merry mencoba menggodaku dengan siulan nakalnya.
“Ciieee yang habis telponan sama kak Kirana, tumben rapih banget, hhmmm harum lagi. mau kencan ya”. Tanya adikku, Merry.
“Yee anak kecil mau tauu aja urusan orang dewasa”. Jawabku kesal.
“Aku ikut ya ??’’. tanya adikku.
Tanpa menghiraukan adikku, aku pun pergi dengan motor kesayanganku menuju tempat aku janjian dengan Kirana. Walaupun jarak yang ku tempuh cukup jauh namun tak menyurutkan niatku untuk bertemu sang pujaan hati, Kirana. Perlahan namun pasti akupun sampai ditempat tujuanku itu. Sebuah tempat yang romanis, tempat idaman para pasangan sejoli menghabiskan malam dikelilingi lampion indah warna-warni. Diatas puncak perbukitan, malam itu terasa indah tatkala cahaya bintang dengan anggunya meneragi malam dan sang rembulan yang segera menampakkan dirinya. Cahayanya yang keperakan menyepuh permukaan bukit-bukit dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Anginpun bertiup semilir. Keadaan sekeliling begitu tenang dan damai. Sesampainya disana akupun segera memarkirkan motorku tak jauh dari tempat kami berjanji. Dengan hati yang berdebar dan rasa penasaran akupun mulai mengayunkan langkah pasti menuju singgasana cinta.
Jarum jam telah menunjukkan pukul 8 lebih, tapi Kirana belum juga datang. Sesekali aku berdiri dan duduk kembali, menanti kedatangannya. Dengan penuh kesabaran aku menunggu Kirana, namun dalam fikiranku tak henti-hentinya memikirkannya. “Apa gerangan yang terjadi dengan nya, tak biasanya ia telat bahkan ingkar janji”. Akupun berbicara dalam hati.
Dengan hati yang resah aku menunggu dan tetap menunggu kedatangannya. Rasa jenuh mulai menggerayangi penantianku dikala malam mulai merambat naik, hawa dingin semakin menusuk tulang, embun pun mulai turun kepermukaan dan membasahi dedaunan. Kuperhatikan lagi jam yang melekat dipergelangan tangan sebelah kiriku ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tak ada tanda-tanda Kirana akan datang. Berkali-kali aku mencoba menghubunginya, namun tak bisa. Dengan hati bimbang aku segera bangit untuk pulang kerumah. Akupun pulang dengan penuh tanda tanya dan kekhawatiran yang menghinggapi hati dan fikiranku ini. Sesampainya dirumah akupun tertidur pulas diatas pembaringanku.
Pagi pun mulai menyapa, sinar mentari pagi masuk diantara celah-celah jendela kamarku. Terdengar sayup-sayup gedoran suara pintu dan suara adikku mencoba membangunkanku.
“Dor..dor..dor.. , udah pagi nih bang, ayoo bangun !” teriak Merry.
“AAaah…”, akupun menguap, ku gerakkan tubuhku, menggeliat.
Ternyata benar, malam telah berganti menjadi pagi yang cerah, “kemana Kirana semalam ?? tak biasanya dia seperti ini”. Pikirku dalam hati. Dengan rasa malas dan masih bertanya-tanya, ku bersiap berangkat ke kampus. Setibanya dikampus akupun mencari Kirana ditempat biasa dia duduk, di sebuah bangku taman dia selalu mengabiskan waktu istirahatnya dengan membaca buku sambil mendengarkan musik di handphonenya, namun hari itu tak juga kutemukan dia. Akupun mencari-cari namun usahaku sia-sia. Pikiranku benar-benar kacau hari ini. Perasaanku pun tak enak seperti ada sesuatu yang mengganggu. Dan tiba-tida seseorang menghampiriku, dia adalah Nabila teman baik Kirana. Teman-temanku yang lain mulai memandangiku dengan rasa haru dan penuh simpati.
Bagai disambar petir, tubuhku terasa lemas. Air mata tak kuasa lagi kubendung, mengalir bebas bagai aliran sungai yang deras. Dadaku pun terasa sesak,. Tak tahu lagi apa yang kurasakan. Semua bercampur sedih, duka, amarah, takut dan tak percaya. Hatikupun hancur bagai kaca yang terjatuh. Hancur berkeping-keping.
Benar-benar tak percaya hati ini, Kirana meninggalkanku selamanya. Bahkan tak sempat kulihat senyuman dan tatapan matanya untuk terakhir kalinya. Ia membiarkanku menunggu semalaman dan tak terucap kata ma’af darinya. Batinku menjerit, bibirku tertahan. Hanya air mata yang dapat mengekspresikan kehilangan seseorang yang sangat aku cintai. Dengan sisa tenaga yang ku miliki, akupun berteriak “Kirana, dimana kamu, jangan pergi, jangan kau tinggalkan aku !!”.
Dengan diboncengi temanku, aku di antar pulang kerumah. Dengan langkah gontai aku berjalan kedalam kamar tidurku. Seharian kerjaku hanya melamun sambil memandangi foto Kirana yang terpajang disisi kamarku. Siang berganti malam, aku masih terpaku disudut kamar mencoba mengingat kembali masa-masa indah yang pernah kita arungi berdua. Angin malam yang berhembus menyapu wajahku yang keruh. Langkah kelam tanpa rembulan dan bintang bintang. Sorot mata kosong menyelinap dari sela jendela kamar membayangkan seraut wajah cantik yang kini telah pergi selamanya meninggalkan dunia fana beserta kenangan indah bercinta. Kembali kubisikkan kepada semilir angin malam jika cintaku kepadamu selamanya tak akan pernah luntur dan berubah meskipun dia telah tiada. Mungkinkah kau mendengar rintihan hatiku ini sayang ??
Kirana tercinta, diriku seperti kehilangan pegangan. Ke mana langkah harus ku bawa pergi, agar diriku tak tersiksa oleh pahitnya kenyataan. Malam terasa amat panjang dan senantiasa melibatkan diriku kedalam kenangan indah dimasa lalu. Masa-masa masih bersamamu. Kirana, kenangan itu tak mungkin lenyap begitu saja dalam benakku. Terlalu indah namun terasa pahit untuk diresapi, terlebih setelah kepergianmu ini. Mengapa kau pergi begitu cepat, Kirana ??
Jiwaku terasa kosong penuh kehampaan. Perlahan suara merdu Kirana memenuhi ruang kamarku dengan iringan musik sendu dan mengharukan menyayat hati. Kenangan terindah yang diberikannya saat ia menerima cintaku. Ya.. lewat lagu ini, cinta menyatukan kami. Dan tak ada yang mampu memisahkannya. Ditengah kesedihan itu kulihat bayangan Kirana. Ia menuntunku kesuatu tempat. Tanpa ku sadari, malam itu aku telah berada di atap sebuah gedung bertingkat. Entah apa yang merasuki fikiranku saat itu. Aku menuruti saja ketika ia mengajakku terbang menuruni gedung. Satu kata yang sempat ia bisikkan padaku “ TEMANI AKU, CINTA”. Sesaat tubuhku melayang dan kemudian menyentuh tanah dengan kuatnya. Saat itu kurasakan tubuhku menjadi ringan, bergandengan tangan, bersamanya menuju dunia impian.
:::::::::::::::::::TAMAT::::::::::::::::::::::
0
1.5K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan