nara03Avatar border
TS
nara03
(belajar bhs) Bagi yang Membawa HP harap Dibunuh!!
Memang pada awalnya terlihat biasa saja, namun saat saya jadikan sebagai judul trit, pasti sudah sadar maksudnya apa. “Bagi yang membawa HP harap dimatikan”. Yap, kalimat yang cukup sadis menurut saya. Gimana jadinya kalau peraturan itu ditaati di setiap masjid?? Bisa-bisa terjadi pembunuhan di mana-mana. Kalau kita pahami lagi, kalimat itu sebenarnya tidak menggunakan pola kalimat yang benar. Sehingga bagi orang yang membacanya akan beranggapan bahwa semua orang yang membawa HP akan dibunuh! Contoh lain, “Dilarang berbicara saat khutbah.” Lucu ga sih? Kalau dilarang bicara, terus siapa yang akan khutbah? Khotib dan jama’ah akan bengong berjama’ah pada waktu khutbah. Perlu memang untuk memperbaiki bahasa yang kita gunakan, terutama dalam tulisan, yang tidak sejelas bahasa lisan.

Kasus serupa saya temukan juga di toilet2 t4 umum, yang sempat membuat saya ketawa. Apakah itu? “Yang kencing harap disiram”. Jangan dibayangkan deh, nanti malah tambah ketawa. Masih berhubungan dengan kamar mandi, ada sebuah papan menarik dan tembok yg ada tulisan “Dilarang kencing di sini, kecuali anjing.” Ditulis di pagar dekat warung pinggir jalan. Kalau ini sih jelas bukan pesan yang efektif, karena anjing ga bisa baca tulisan. Ga mungkin toh ada anjing lewat, terus berhenti sejenak (kaya album JV aja), baca tulisannya, kemudian berpikir sebentar, terus dengan serta merta dia buang ‘hajat’ di situ. Bisa masuk koran tuh anjing..

Ada lagi papan tulisan menarik, Tulisan yang sering juga kita lihat, tapi sering tidak disadari maknanya. “Hati-hati banyak anak-anak berbahaya”. Wah, daerah ini jangan-jangan anak-anaknya preman semua, hehe.. Di perempatan jalan pun tidak ketinggalan. Sebuah signboard “Belok kiri jalan terus” yang sebenarnya malah menyesatkan para pengendara. Mau belok kiri kok disuruh lurus? Aneh bukan?

Selain kesalahan cara baca, ada lagi yang dapat menyebabkan pergeseran makna. Salah satunya dengan cara menaruh jeda. Pada kalimat “Pak Agus, anjing bapak pergi”. Makna sebenarnya adalah jika pemberian jedanya sebagai berikut, “Pak Agus | anjing bapak | pergi.” Namun dengan menaruh jeda yang salah, akan memberikan arti yang berbeda pula. “Pak Agus anjing | bapak pergi.” Wah, siap-siap dihajar Pak Agus, hehe.. Contoh lain, “Orang mati dilompati kucing hidup.” Untuk yang satu ini saya kurang yakin, mana makna yang sebenarnya, silakan anda nilai sendiri beberapa variasi pemberian jeda di bawah ini.

“Orang mati | dilompati | kucing hidup”
“Orang mati | dilompati kucing | hidup”
“Orang | mati | dilompati kucing hidup”
“Orang | mati dilompati | kucing hidup”

Salah kaprah dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu masalah kebahasaan di tanah air kita. Itulah krisis bahasa. Orang lebih suka nginggris dibandingkan menggunakan bahasa nasional. Agar terkesan hebat, mewah, dan modern, nama-nama tempat, gedung, diberi nama dengan bahasa Inggris.

Padahal, di sekolah-sekolah luar negeri pun, didahulukan untuk menggunakan bahasa negara dulu, baru kemudian bahasa Inggris. Pun begitu di Indonesia. Tidak masalah bagi sekolah-sekolah Internasional yang menggunakan bahasa pengantar Inggris, tapi bagaimana dengan sekolah-sekolah tradisional? Tentunya kembali ke bahasa nasional.

Yang nginggris pun kadang sok tau dengan bahasa Inggrisnya. Niatnya baik tapi akhirnya malah bikin orang ketawa. Berikut saya sertakan beberapa gambarnya.



Spoiler for ''":
0
1.4K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan