- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
5 Mitos Detak Jantung Kita (Mendingan dibaca deh Gan)
TS
IQspesialist
5 Mitos Detak Jantung Kita (Mendingan dibaca deh Gan)
5 Mitos Detak Jantung Kita
By Cahya Legawa
Selama ini, kebanyakan dari kita mungkin tidak selalu memperhatikan akan aktivitas tanpa henti jantung kita, sekitar seratus ribu denyut per hari, atau sekitar tiga puluh tujuh juta per tahun dan tiga miliar kali rata-rata seumur hidup kita.
Namun tidak selalu demikian. Kadang denyut nadi anda tiba-tiba bertambah kencang tanpa alasan yang jelas. Mungkin jantung anda berdegup kencang. Mungkin tampak berdebar atau kelewatan satu detakan. Saat itu terjadi, mungkin Anda akan berpikir, apakah ini normal?
Ini bisa jadi sebuah pertanyaan yang membingungkan, terutama jika Anda tidak tahu fakta-fakta seputar detak dan irama jantung. Berikut adalah lima mitos umum tentang hal ini, dan tentu saja masing-masing faktanya yang saya sadurkan dari “5 Heart Rate Myths Debunked”.
Mitos 1: Detak jantung tak menentu berarti Anda mengalami serangan jantung.
Hampir tidak pernah demikian. Cukup umum bagi Anda untuk merasa berdebar-debar, detak yang berubah-ubah, atau melewatkan sebuah detakan dari waktu ke waktu. Jika Anda memantau irama jantung seseorang dalam jangka waktu yang cukup panjang, hampir setiap orang akan menunjukkan detak jantung yang terlewatkan atau tertambahkan (detak ekstra) yang kadang-kadang muncul. Sangat jarang bagi keadaan ini (yang tanpa dibarengi oleh nyeri dada atau napas memendek) mengindikasikan bahwa sedang terjadi serangan jantung.
Jika ada detak yang sesekali terasa terlewatkan, atau jantung terasa terpacu dan melambat tanpa alasan yang jelas belakangan ini, atau perasaan berdebar-debar menjadi cukup sering, maka sensasi-sensasi ini mungkin mengarah ke irama jantung yang abnormal (aritmia).
Sebagian besar aritmia tidak bersifat mengancam, namun ini bukan bermakna bahwa Anda bisa mengabaikan keberadaannya. Beberapa jenis aritmia meningkatkan risiko stroke, gagal jantung dan kematian tiba-tiba. Jadi adalah tindakan bijak untuk melakukan konsultasi dengan dokter anda jika ada dirasakan detak jantung yang tidak menentu (khususnya jika baru terjadi atau sering terjadi) – bahkan jika tidak ada gejala-gejala yang mengganggu sekalipun.
Pelbagai aritmia dapat memengaruhi serambi-serambi jantung (atria) atau – lebih buruk lagi, namun lebih jarang – bilik-bilik jantung (ventrikel). Aritmia atrial yang paling paling sering – fibriliasi atrial – menyebabkan jantung berdetak tidak beraturan, dan membuat kemungkinan stroke menjadi lebih tinggi. Fibrilasi atrial seringkali menyebabkan detak jantung yang semakin cepat, namun juga bisa menyebabkan detak jantung melambat atau tidak berubah sama sekali. Pemeriksaan EKG dapat membantu mendiagnosis fibrilasi atrial.
Mitos 2: Nadi yang cepat berarti Anda tertekan.
Stres dapat meningkatkan denyut jantung istirahat anda, terkadang menukik hingga melebihi 100 kali per menit, sebuah kondisi yang dikenal dengan takikardia. Namun merokok atau mengonsumsi kafein berlebihan juga bisa menyebabkan ini. Demikian juga halnya dengan dehidrasi, demam, anemia, dan penyakit tiroid.
Jika tidak ada penyebab yang jelas, setiap orang yang mengalami takikardia saat beristirahat sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Bahkan detak jantung yang berada di ambang batas atas normal bisa menandakan adanya masalah kesehatan.
Detak jantung istirahat, bisa Anda ukur melalui denyut nadi anda ketika dalam kondisi rileks dan tidak melakukan aktivitas yang membebani tubuh secara berlebihan sesaat sebelumnya. Frekuensi denyut nadi yang baik adalah tidak melebihi rerata 85 kali per menit. Namun jika denyut nadi istirahat anda melebihi 85 kali per menit tanpa ada alasan yang jelas untuk itu, maka penyebab dari sisi kesehatan sebaiknya diselidiki.
Pada beberapa kasus takikardia melambungkan denyut jantung – hingga melebihi 200 kali per menit – memberikan banyak gejala seperti napas memendek (terengah-engah), nyeri dada, pusing berputar, dan pingsan.
Jika dibiarkan dalam jangka waktu lama, denyut jantung istirahat yang berkisar atau lebih tinggi dari 130 kali per menit dapat melemahkan kemampuan pompa jantung. Perbaikan untuk pelemahan ini bisa terjadi bila Anda mampu mendapatkan denyut jantung istirahat yang normal kembali. Di dalam dunia medis, kondisi ini sering dicapai melalui terapi obat-obatan atau prosedur yang memberikan kejut elektrik pada jantung. Beberapa pasien – terutama di negara-negara maju – diberikan penghancuran target terhadap area kecil pada jaringan jantung di mana aritmia berasal guna membenahi kondisi pasien.
Mitos 3: Detak jantung istirahat yang normal berkisar antara 60 – 100 kali per menit
Ya memang benar itu adalah rentang normal denyut jantung pada dewasa. Namun semakin mendekati batas atas nilai normal itu berarti semakin besar kemungkinan bagi masalah kesehatan yang serius.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa bahkan pada rentang normal sekalipun, nilai detak jantung istirahat yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit iskemik jantung, stroke, dan kematian jantung mendadak.
Para peneliti Norwegia baru-baru ini melaporkan bahwa setiap peningkatan 10 denyutan pada detak jantung istirahat per menitnya, risiko kematian akibat suatu serangan jantung meningkat 18% pada perempuan dan 10% pada laki-laki. Penelitian di Jepang baru-baru ini menunjukkan denyut jantung istirahat yang melebihi 80 kali per menit dihubungkan dengan risiko yang lebih besar untuk menjadi kegemukan (obesitas) atau penyakit jantung berpuluh tahun mendatang. Diabetes dan kegemukan adalah dua faktor risiko bagi masalah jantung.
Penelitian-penelitian itu tidak membuktikan bahwa denyut jantung istirahat yang tinggi menyebabkan serangan jantung, obesitas ataupun diabetes. Pun demikian ini adalah sebuah pertimbangan untuk faktor risiko.
Jadi, kira-kira berapa tinggi batasnya untuk dikatakan terlalu tinggi? Sebenarnya tidak ada kesepakatan yang absolut mengenai nilainya, namun sebagian besar dokter setuju bahwa detak jantung istirahat yang berada di ambang batas tinggi tidaklah ideal.
Menghitung Denyut Nadi
Untuk mengukur denyut nadi anda, tekankan jari telunjuk dan jari tengah di atas pergelangan tangan satunya lagi, tepat di bawah ibu jari. Tekan dengan lembut sampai anda merasakan denyut anda. Hitunglah denyutan selama satu menit penuh, atau mungkin menghitung dalam 30 detik kemudian hasilnya dikalikan dua. Guna mendapatkan denyut jantung istirahat yang tepat, setidaknya duduklah hening selama 10 menit sebelum mulai memeriksa denyut nadi anda.
Mitos 4: Detak jantung yang lambat berarti jantung lemah
Beberapa orang mungkin berpikir, atau barangkali bahwa mendengar jika detak jantung istirahat mereka terlalu lambat, maka mereka sedang menghadapi kemungkinan bahwa jantung mereka akan berhenti sama sekali. Namun fakta, hal ini cenderung sebaliknya.
Jantung adalah kumpulan otot, sebagaimana otot-otot lainnya, ia tumbuh menjadi kuat dengan latihan. Semakin kuat otot jantung, maka semakin efesien ia bekerja, memerlukan lebih sedikit detakan guna memompa darah ke seluruh tubuh. Jadi jantung dengan detak jantung istirahat di bawah 60 kali per menit (dikenal sebagai bradikardia) cenderung adalah jantung yang kuat dan sehat. Itulah mengapa atlet yang terlatih sering kali memiliki detak jantung istirahat antara 40 – 60 detak per menit.
Biasanya jika orang-orang memiliki detak jantung istirahat yang lambat tanpa ada gangguan kesehatan yang bermakna, maka hal ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Namun pada manula, bradikardia (yang bahkan tidak menunjukkan gejala) bisa jadi sebenarnya menandakan masalah jantung. Obat-obatan tertentu seperti penyekat beta dan beberapa obat lainnya juga dapat menyebabkan bradikardia. Kondisi ini jika tidak sehat menimbulkan gejala-gejala seperti lelah, pusing dan pingsan.
Mitos 5: Oleh karena detak jantung saya normal, maka tekanan darah saya pastilah normal.
Tidak ada hubungan yang sederhana antara detak jantung (yang diukur melalui denyut nadi dalam denyut/detak per menit) dan tekanan darah (yang diukur dalam milimeter air raksa).
Seseorang bisa saja memiliki detak jantung yang normal, sementara juga memiliki tekanan darah yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, mereka yang detak jantung yang tidak normal, bisa saja memiliki tekanan darah yang normal. Olahraga berat secara tajam meningkatkan laju detak jantung anda, namun mungkin hanya meningkatkan tekanan darah secukupnya saja.
Akan bagus jika Anda memiliki detak jantung dan juga tekanan darah yang normal.
Source : http://catatan.legawa.com/2011/07/5-...-jantung-kita/
By Cahya Legawa
Selama ini, kebanyakan dari kita mungkin tidak selalu memperhatikan akan aktivitas tanpa henti jantung kita, sekitar seratus ribu denyut per hari, atau sekitar tiga puluh tujuh juta per tahun dan tiga miliar kali rata-rata seumur hidup kita.
Namun tidak selalu demikian. Kadang denyut nadi anda tiba-tiba bertambah kencang tanpa alasan yang jelas. Mungkin jantung anda berdegup kencang. Mungkin tampak berdebar atau kelewatan satu detakan. Saat itu terjadi, mungkin Anda akan berpikir, apakah ini normal?
Ini bisa jadi sebuah pertanyaan yang membingungkan, terutama jika Anda tidak tahu fakta-fakta seputar detak dan irama jantung. Berikut adalah lima mitos umum tentang hal ini, dan tentu saja masing-masing faktanya yang saya sadurkan dari “5 Heart Rate Myths Debunked”.
Mitos 1: Detak jantung tak menentu berarti Anda mengalami serangan jantung.
Hampir tidak pernah demikian. Cukup umum bagi Anda untuk merasa berdebar-debar, detak yang berubah-ubah, atau melewatkan sebuah detakan dari waktu ke waktu. Jika Anda memantau irama jantung seseorang dalam jangka waktu yang cukup panjang, hampir setiap orang akan menunjukkan detak jantung yang terlewatkan atau tertambahkan (detak ekstra) yang kadang-kadang muncul. Sangat jarang bagi keadaan ini (yang tanpa dibarengi oleh nyeri dada atau napas memendek) mengindikasikan bahwa sedang terjadi serangan jantung.
Jika ada detak yang sesekali terasa terlewatkan, atau jantung terasa terpacu dan melambat tanpa alasan yang jelas belakangan ini, atau perasaan berdebar-debar menjadi cukup sering, maka sensasi-sensasi ini mungkin mengarah ke irama jantung yang abnormal (aritmia).
Sebagian besar aritmia tidak bersifat mengancam, namun ini bukan bermakna bahwa Anda bisa mengabaikan keberadaannya. Beberapa jenis aritmia meningkatkan risiko stroke, gagal jantung dan kematian tiba-tiba. Jadi adalah tindakan bijak untuk melakukan konsultasi dengan dokter anda jika ada dirasakan detak jantung yang tidak menentu (khususnya jika baru terjadi atau sering terjadi) – bahkan jika tidak ada gejala-gejala yang mengganggu sekalipun.
Pelbagai aritmia dapat memengaruhi serambi-serambi jantung (atria) atau – lebih buruk lagi, namun lebih jarang – bilik-bilik jantung (ventrikel). Aritmia atrial yang paling paling sering – fibriliasi atrial – menyebabkan jantung berdetak tidak beraturan, dan membuat kemungkinan stroke menjadi lebih tinggi. Fibrilasi atrial seringkali menyebabkan detak jantung yang semakin cepat, namun juga bisa menyebabkan detak jantung melambat atau tidak berubah sama sekali. Pemeriksaan EKG dapat membantu mendiagnosis fibrilasi atrial.
Mitos 2: Nadi yang cepat berarti Anda tertekan.
Stres dapat meningkatkan denyut jantung istirahat anda, terkadang menukik hingga melebihi 100 kali per menit, sebuah kondisi yang dikenal dengan takikardia. Namun merokok atau mengonsumsi kafein berlebihan juga bisa menyebabkan ini. Demikian juga halnya dengan dehidrasi, demam, anemia, dan penyakit tiroid.
Jika tidak ada penyebab yang jelas, setiap orang yang mengalami takikardia saat beristirahat sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Bahkan detak jantung yang berada di ambang batas atas normal bisa menandakan adanya masalah kesehatan.
Detak jantung istirahat, bisa Anda ukur melalui denyut nadi anda ketika dalam kondisi rileks dan tidak melakukan aktivitas yang membebani tubuh secara berlebihan sesaat sebelumnya. Frekuensi denyut nadi yang baik adalah tidak melebihi rerata 85 kali per menit. Namun jika denyut nadi istirahat anda melebihi 85 kali per menit tanpa ada alasan yang jelas untuk itu, maka penyebab dari sisi kesehatan sebaiknya diselidiki.
Pada beberapa kasus takikardia melambungkan denyut jantung – hingga melebihi 200 kali per menit – memberikan banyak gejala seperti napas memendek (terengah-engah), nyeri dada, pusing berputar, dan pingsan.
Jika dibiarkan dalam jangka waktu lama, denyut jantung istirahat yang berkisar atau lebih tinggi dari 130 kali per menit dapat melemahkan kemampuan pompa jantung. Perbaikan untuk pelemahan ini bisa terjadi bila Anda mampu mendapatkan denyut jantung istirahat yang normal kembali. Di dalam dunia medis, kondisi ini sering dicapai melalui terapi obat-obatan atau prosedur yang memberikan kejut elektrik pada jantung. Beberapa pasien – terutama di negara-negara maju – diberikan penghancuran target terhadap area kecil pada jaringan jantung di mana aritmia berasal guna membenahi kondisi pasien.
Mitos 3: Detak jantung istirahat yang normal berkisar antara 60 – 100 kali per menit
Ya memang benar itu adalah rentang normal denyut jantung pada dewasa. Namun semakin mendekati batas atas nilai normal itu berarti semakin besar kemungkinan bagi masalah kesehatan yang serius.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa bahkan pada rentang normal sekalipun, nilai detak jantung istirahat yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit iskemik jantung, stroke, dan kematian jantung mendadak.
Para peneliti Norwegia baru-baru ini melaporkan bahwa setiap peningkatan 10 denyutan pada detak jantung istirahat per menitnya, risiko kematian akibat suatu serangan jantung meningkat 18% pada perempuan dan 10% pada laki-laki. Penelitian di Jepang baru-baru ini menunjukkan denyut jantung istirahat yang melebihi 80 kali per menit dihubungkan dengan risiko yang lebih besar untuk menjadi kegemukan (obesitas) atau penyakit jantung berpuluh tahun mendatang. Diabetes dan kegemukan adalah dua faktor risiko bagi masalah jantung.
Penelitian-penelitian itu tidak membuktikan bahwa denyut jantung istirahat yang tinggi menyebabkan serangan jantung, obesitas ataupun diabetes. Pun demikian ini adalah sebuah pertimbangan untuk faktor risiko.
Jadi, kira-kira berapa tinggi batasnya untuk dikatakan terlalu tinggi? Sebenarnya tidak ada kesepakatan yang absolut mengenai nilainya, namun sebagian besar dokter setuju bahwa detak jantung istirahat yang berada di ambang batas tinggi tidaklah ideal.
Menghitung Denyut Nadi
Untuk mengukur denyut nadi anda, tekankan jari telunjuk dan jari tengah di atas pergelangan tangan satunya lagi, tepat di bawah ibu jari. Tekan dengan lembut sampai anda merasakan denyut anda. Hitunglah denyutan selama satu menit penuh, atau mungkin menghitung dalam 30 detik kemudian hasilnya dikalikan dua. Guna mendapatkan denyut jantung istirahat yang tepat, setidaknya duduklah hening selama 10 menit sebelum mulai memeriksa denyut nadi anda.
Mitos 4: Detak jantung yang lambat berarti jantung lemah
Beberapa orang mungkin berpikir, atau barangkali bahwa mendengar jika detak jantung istirahat mereka terlalu lambat, maka mereka sedang menghadapi kemungkinan bahwa jantung mereka akan berhenti sama sekali. Namun fakta, hal ini cenderung sebaliknya.
Jantung adalah kumpulan otot, sebagaimana otot-otot lainnya, ia tumbuh menjadi kuat dengan latihan. Semakin kuat otot jantung, maka semakin efesien ia bekerja, memerlukan lebih sedikit detakan guna memompa darah ke seluruh tubuh. Jadi jantung dengan detak jantung istirahat di bawah 60 kali per menit (dikenal sebagai bradikardia) cenderung adalah jantung yang kuat dan sehat. Itulah mengapa atlet yang terlatih sering kali memiliki detak jantung istirahat antara 40 – 60 detak per menit.
Biasanya jika orang-orang memiliki detak jantung istirahat yang lambat tanpa ada gangguan kesehatan yang bermakna, maka hal ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Namun pada manula, bradikardia (yang bahkan tidak menunjukkan gejala) bisa jadi sebenarnya menandakan masalah jantung. Obat-obatan tertentu seperti penyekat beta dan beberapa obat lainnya juga dapat menyebabkan bradikardia. Kondisi ini jika tidak sehat menimbulkan gejala-gejala seperti lelah, pusing dan pingsan.
Mitos 5: Oleh karena detak jantung saya normal, maka tekanan darah saya pastilah normal.
Tidak ada hubungan yang sederhana antara detak jantung (yang diukur melalui denyut nadi dalam denyut/detak per menit) dan tekanan darah (yang diukur dalam milimeter air raksa).
Seseorang bisa saja memiliki detak jantung yang normal, sementara juga memiliki tekanan darah yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, mereka yang detak jantung yang tidak normal, bisa saja memiliki tekanan darah yang normal. Olahraga berat secara tajam meningkatkan laju detak jantung anda, namun mungkin hanya meningkatkan tekanan darah secukupnya saja.
Akan bagus jika Anda memiliki detak jantung dan juga tekanan darah yang normal.
Source : http://catatan.legawa.com/2011/07/5-...-jantung-kita/
0
10.2K
1
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan