TS
kukukakimu
Aku Tulis Sajak Ini Ketika Sendiri
Aku Tulis Sajak Ini Ketika Sendiri
Aku duduk menghadap kota, lampu-lampu dan kanak-kanak entah mana yang binar matanya, antara kenangan dan impian, yang aku mengerti begitulah detik, dan derik ingatan, jalan-jalan, bangku taman, pemberhentian angkutan, hujan, serta daun-daun yang berguguran adalah musim yang tak bisa ditebak, begitu juga usia, aku menyebutnya luka, yang gemetar tiap kusentuh, kemudian perih dan ngilu.
Aku pernah ingin seperti bunga kapas yang ditiup angin dan lepas, bebas berterbangan ke dalam diriku sendiri: Seorang dari diriku membunuh diriku yang lain, seorang dari diriku lagi mebunuh seorang dari diriku yang lain lagi, dan yang lainnya lagi sibuk merenung dan bermimpi. Diriku adalah tumpukan-tumpukan dari diriku yang saling membunuh dan mati dan ingatan dan mimpi-mimpi.
Aku duduk menghadap tembok-tembok pemisahan dan gedung-gedung kesenjangan sembari kuukur tangaku dan kusetubuhi diriku sendiri, aku dan diriku-diriku yang lain lagi, kami saling tuduh dan tindih, dan seperti kata-kata yang jatuh dari tong sampah ke tong sampah, keringat kami menjadi puisi, menjadi keluh dan desah, menjadi polusi yang berhamburan ke udara, kemudian kami hirup dengan seksama.
Dengar! Ini kota penyair, kotanya para pemikir dan nyinyir berpesta, saling bersulang dan melempar dusta, kau siapa?
Reski Kuantan; 07/05/2012
Sumber: http://reskikuantan.blogspot.com/
Aku duduk menghadap kota, lampu-lampu dan kanak-kanak entah mana yang binar matanya, antara kenangan dan impian, yang aku mengerti begitulah detik, dan derik ingatan, jalan-jalan, bangku taman, pemberhentian angkutan, hujan, serta daun-daun yang berguguran adalah musim yang tak bisa ditebak, begitu juga usia, aku menyebutnya luka, yang gemetar tiap kusentuh, kemudian perih dan ngilu.
Aku pernah ingin seperti bunga kapas yang ditiup angin dan lepas, bebas berterbangan ke dalam diriku sendiri: Seorang dari diriku membunuh diriku yang lain, seorang dari diriku lagi mebunuh seorang dari diriku yang lain lagi, dan yang lainnya lagi sibuk merenung dan bermimpi. Diriku adalah tumpukan-tumpukan dari diriku yang saling membunuh dan mati dan ingatan dan mimpi-mimpi.
Aku duduk menghadap tembok-tembok pemisahan dan gedung-gedung kesenjangan sembari kuukur tangaku dan kusetubuhi diriku sendiri, aku dan diriku-diriku yang lain lagi, kami saling tuduh dan tindih, dan seperti kata-kata yang jatuh dari tong sampah ke tong sampah, keringat kami menjadi puisi, menjadi keluh dan desah, menjadi polusi yang berhamburan ke udara, kemudian kami hirup dengan seksama.
Dengar! Ini kota penyair, kotanya para pemikir dan nyinyir berpesta, saling bersulang dan melempar dusta, kau siapa?
Reski Kuantan; 07/05/2012
Sumber: http://reskikuantan.blogspot.com/
0
904
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan