alfoyouAvatar border
TS
alfoyou
Ada Apa Dengan Premium Kita??


Sebuah isu baru menggelinding di tengah masyarakat kita dalam dua pekan terakhir. Jika di Jakarta sana bigbos BUMN Dahlan Iskan sedang ‘bertempur’ dengan anggota dewan yang terhormat, di Aceh justru produk BUMN yang jadi keluhan. Kali ini warga Banda Aceh dan sekitarnya mengeluhkan kualitas bahan bakar minyak (BBM) jenis premium yang lazim disebut bensin. Kondisi itu muncul seiring nyaris seragamnya kerusakan pada kendaraan berbahan bakar premium, baik itu kendaraan roda empat atau juga roda dua (sepmor).

Kerusakan yang mendera kendaraan berbahan bakar premium itu adalah masalah pada sistem pengapian dan pembakaran minyak, sehingga membuat putaran mesin dan laju mobil tersendat-sendat.

Dampaknya, busi dan filter (saringan) minyak harus diganti meski belum lama digunakan. Bahkan stok busi di pasaran kini mulai langka, karena tingginya permintaan. Kuat dugaan, akar masalahnya ada pada bahan bakar yang digunakan.

Tarmizi, seorang pemilik kendaraan roda empat mengakui sudah dua kali ganti busi, padahal hanya selang beberapa hari dari pergantian pertama. Teman-temannya juga mengalami hal yang senada, jika tidak laju kendaran akan tersendat atau merembes atau banting klep.

Masih banyak tarmizi tarmizi lain yang kendaraannya mengalami nasib serupa. Dan itu terjadi sejak dua bulan terakhir.

Dari sisi pemberdayaan ekonomi masyarakat grass root memang dirasa ada dampak baiknya. Minimal pekerja bengkel panen order, penjual spare part juga ketiban rezeki. Hanya saja uang itu bukan digelontorkan oleh pemerintah yang punya tugas untuk itu, tapi uang mengucur dari kantong pemilik mobil yang rata-rata juga pas pasan.

Memang keluhan perihal kualitas premium itu baru sebatas klaim semata. Apalagi Kepala Depo Pertamina Krueng Raya, Aceh Besar, Aiyub, saat dikonfirmasi soal kualitas premium mengatakan bahwa tidak ada yang berubah dengan kualitas premium yang kini diperjualbelikan di wilayah Aceh. “Kualitas premium di Aceh sama dengan di Medan, Padang, dan daerah lainnya,” ucap Aiyub saat dikonfirmasi Serambi, Rabu (31/10) lalu.

Lebih dari itu bisa jadi juga karena kualitas busi yang dipertanyakan, walaupun produk seperti itu sudah memiliki standar mutu tersendiri.

Namun di sisi lain kita belajar pada sejarah tranporter BBM dari depo ke SPBU atau lokasi penumpukan lainnya, dipenuhi cerita cerita miring. Antara lain, ‘kencing’ di jalan, langkah pengoplosan--dulu dengan minyak tanah--serta bahkan pernah terungkap dicampur dengan air laut.

Kita bertanya, apakah langkah pengawasan Pertamina di lapangan sudah mampu menjangkau trik trik kotor seperti itu. Yang konon dulu melibatkan preman bahkan kelompok kelompok yang ‘bergigi besi’.

Jika peluang seperti itu masih mungkin dilakukan sepanjang perjalanan dari depo menuju lokasi penumpukan, sia-sia saja pernyataan Kepala Depo Pertamina, soal kualitas premium yang sama. Masalahnya, semua masih mungkin ‘berbeda’ selama BBM belum sampai ke lokasi terminal penjualan ke konsumen.

Atau jangan-jangan premium yang non kualified itu sebagai bagian dari grand skenario agar semua kita beralih ke Pertamax. Seperti disarankan awak bengkel kendaraan. Dengan kata lain tak ada lagi bensin bersubsidi. Bukankah mitan sudah lama tak bersubsidi, diganti dengan gas yang murah. Kalau begini kita mau bilang apa? Tapi pemerintah harus jujurlah! Bukan malah merusak aset rakyatnya yang ekonominya justru makin terjepit.


/:ngacir/ /:ngacir2/ Tekape
Diubah oleh alfoyou 02-11-2012 03:52
0
2K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan