- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Duh! 7.000 Lebih Balita di Brebes Bertubuh Pendek
TS
chezo
Duh! 7.000 Lebih Balita di Brebes Bertubuh Pendek
Brebes, Sekitar 22 persen dari 35 ribu balita dan usia di atasnya (7.000 lebih) di kabupaten Brebes mengalami stunting atau bertubuh pendek (kerdil). Kebanyakan dari mereka adalah anak kekurangan gizi sehingga pertumbuhan tinggi badannya terhambat.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Rasipin. Menurutnya selain karena kekurangan gizi, stunting bisa saja terjadi karena keturunan dan karena kesehatan yang terganggu seperti penyakit kronis.
"Yang disebabkan keturunan hanya 40 persen sisanya karena kurangnya gizi yang diperoleh. Di Brebes ini angka anak stunting cukup tinggi," kata Rasipin di Desa Sawojajar Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, Kamis (1/11/2012).
Dari hasil penelitiannya, lanjut Rasipin, ada pula penyebab lain dari terhambatnya pertumbuhan tinggi anak yaitu melalui paparan pestisida. Anak yang terpapar pestisida terlalu banyak akan menghalami hambatan pada pertumbuhan hormon tiroid, hormon vital yang mempengaruhi perkembangan tinggi anak.
"Jadi anak yang terpapar pestisida lebih pendek enam centimeter daripada yang tidak terpapar. Hal itu menunjukkan bahan-bahan berbahaya juga ikut berpengaruh," terang Rasipin.
Menangapi hal itu, UNICEF, Uni Eropa dan Pemerintah Indonesia mengadakan program kemitraan untuk mengatasi permasalahan gizi di kalangan anak-anak untuk mencegah stunting di Brebes.
Edhi Rahmat, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darusallam dan ASEAN mengatakan pihaknya memberikan program berupa pemberian suplemen taburia untuk memenuhi gizi anak. Selain itu diberikan pula konseling untuk para perempuan sejak masih calon pengantin hingga melahirkan agar memberikan ASI eksklusif.
"Pemberian taburia dan mikro nutrian dilakukan sampai anak berumur dua tahun," terang Edhi.
"Untuk angka nasional, anak stunting di Indonesia mencapai 35 persen," imbuhnya.
Pada tahun 2011 lalu, untuk menjalankan program tersebut sekitar 500 petugas kesehatan, bidan, ahli gizi dan relawan di Brebes telah mendapatkan pelatihan menjadi konselor dalam pencegahan stunting. Demi kelangsungan program, UNICEF, Uni Eropa dan pemerintah setempat melakukan peninjauan terhadap jalannya program yang didanai oleh Uni Eropa itu di Paud HI Kemuning di Desa Sawojajar, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes. Tinjauan juga dilakukan oleh Delegasi Uni Eropa untuk Thailand yang rencananya akan menerapkan program serupa.
"Program ini dilakukan di lima negara yaitu Nepal, Bangladesh, Laos, Indonesia dan Filipina. Tidak hanya lima negara itu, tapi juga seluruh Asia dan harapannya seluruh dunia bisa menerapkan hal yang baik," tutur Edhi.
"Dengan program ini harapan angka stunting turun dan prestasi anak naik," sambungnya.
Sementara itu perwakilan UNICEF Indonesia, Angela Kearney menambahkan terhambatnya pertubuhan tinggi anak memiliki konsekuensi penting untuk prospek ekonomi dan pembangunan jangka panjang di Indonesia.
"Dengan penanganan yang baik, anak-anak akan menunjukkan perilaku yang lebih baik di sekolah, tumbuh lebih sehat, dan dengan demikian dapat berperan sebagai orang yang lebih berguna di lingkungan masyarakat nantinya," ujar Angela di sela kunjungannya di Paud HI Kemuning.
Anak stunting yang disebabkan oleh kekurangan gizi, masih bisa dilakukan upaya perbaikan gizi. Namun apabila terjadi akibat proses penutupan tulang muda yang terlalu cepat, maka tidak bisa diatasi.
"Seharusnya tulang muda menutup sekitar umur 18 tahun. Disinyalir beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap hal tersebut. Oleh karena itu pola makanan dan asupan gizi sangat perlu diperhatikan sejak dini," terang Rasipin.
[url]http://health.detik..com/read/2012/11/01/184520/2079086/1300/duh-7000-lebih-balita-di-brebes-bertubuh-pendek?l992205755[/url]
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Rasipin. Menurutnya selain karena kekurangan gizi, stunting bisa saja terjadi karena keturunan dan karena kesehatan yang terganggu seperti penyakit kronis.
"Yang disebabkan keturunan hanya 40 persen sisanya karena kurangnya gizi yang diperoleh. Di Brebes ini angka anak stunting cukup tinggi," kata Rasipin di Desa Sawojajar Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, Kamis (1/11/2012).
Dari hasil penelitiannya, lanjut Rasipin, ada pula penyebab lain dari terhambatnya pertumbuhan tinggi anak yaitu melalui paparan pestisida. Anak yang terpapar pestisida terlalu banyak akan menghalami hambatan pada pertumbuhan hormon tiroid, hormon vital yang mempengaruhi perkembangan tinggi anak.
"Jadi anak yang terpapar pestisida lebih pendek enam centimeter daripada yang tidak terpapar. Hal itu menunjukkan bahan-bahan berbahaya juga ikut berpengaruh," terang Rasipin.
Menangapi hal itu, UNICEF, Uni Eropa dan Pemerintah Indonesia mengadakan program kemitraan untuk mengatasi permasalahan gizi di kalangan anak-anak untuk mencegah stunting di Brebes.
Edhi Rahmat, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darusallam dan ASEAN mengatakan pihaknya memberikan program berupa pemberian suplemen taburia untuk memenuhi gizi anak. Selain itu diberikan pula konseling untuk para perempuan sejak masih calon pengantin hingga melahirkan agar memberikan ASI eksklusif.
"Pemberian taburia dan mikro nutrian dilakukan sampai anak berumur dua tahun," terang Edhi.
"Untuk angka nasional, anak stunting di Indonesia mencapai 35 persen," imbuhnya.
Pada tahun 2011 lalu, untuk menjalankan program tersebut sekitar 500 petugas kesehatan, bidan, ahli gizi dan relawan di Brebes telah mendapatkan pelatihan menjadi konselor dalam pencegahan stunting. Demi kelangsungan program, UNICEF, Uni Eropa dan pemerintah setempat melakukan peninjauan terhadap jalannya program yang didanai oleh Uni Eropa itu di Paud HI Kemuning di Desa Sawojajar, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes. Tinjauan juga dilakukan oleh Delegasi Uni Eropa untuk Thailand yang rencananya akan menerapkan program serupa.
"Program ini dilakukan di lima negara yaitu Nepal, Bangladesh, Laos, Indonesia dan Filipina. Tidak hanya lima negara itu, tapi juga seluruh Asia dan harapannya seluruh dunia bisa menerapkan hal yang baik," tutur Edhi.
"Dengan program ini harapan angka stunting turun dan prestasi anak naik," sambungnya.
Sementara itu perwakilan UNICEF Indonesia, Angela Kearney menambahkan terhambatnya pertubuhan tinggi anak memiliki konsekuensi penting untuk prospek ekonomi dan pembangunan jangka panjang di Indonesia.
"Dengan penanganan yang baik, anak-anak akan menunjukkan perilaku yang lebih baik di sekolah, tumbuh lebih sehat, dan dengan demikian dapat berperan sebagai orang yang lebih berguna di lingkungan masyarakat nantinya," ujar Angela di sela kunjungannya di Paud HI Kemuning.
Anak stunting yang disebabkan oleh kekurangan gizi, masih bisa dilakukan upaya perbaikan gizi. Namun apabila terjadi akibat proses penutupan tulang muda yang terlalu cepat, maka tidak bisa diatasi.
"Seharusnya tulang muda menutup sekitar umur 18 tahun. Disinyalir beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap hal tersebut. Oleh karena itu pola makanan dan asupan gizi sangat perlu diperhatikan sejak dini," terang Rasipin.
[url]http://health.detik..com/read/2012/11/01/184520/2079086/1300/duh-7000-lebih-balita-di-brebes-bertubuh-pendek?l992205755[/url]
0
826
1
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan