Kalo ente ngaskus di lounge berapa halaman ente sanggup buka?
Di zaman sekarang rasanya lebih banyak orang, terutama kaum urban dan terpelajar, yang membaca buku secara elektronik ketimbang buku sungguhan. Maksud saya, buku sungguhan yang benar-benar terdiri dari sejilid kertas.
Ada beberapa alasan mengapa orang-orang memilih untuk membaca buku elektronik alias e-book. Tak perlu membawa setumpuk buku, banyak pilihan buku-buku gratis, bahkan sebagian memiliki fitur interaktif yang tentunya tak terdapat di buku biasa.
Tapi tak sedikit pula yang enggan menggunakannya. Ada yang merasa mata mereka lebih cepat lelah ketika membaca e-book dibanding buku biasa. Ada juga yang memang lebih suka merasakan tekstur kertas dan membalik halaman ketika membaca.
Mungkin alasan mereka itu ada benarnya, karena TIME melaporkan sebuah studi di University of Leichester, Inggris, yang menunjukkan bahwa e-book membuat kita lebih sulit membaca, terutama jika tujuan kita adalah untuk belajar atau mengingat informasi dalam jangka panjang.
Spoiler for Penelitian:
Penelitian
Dalam studi yang dilakukan oleh Kate Garland ini, sejumlah mahasiswa psikologi dibagi ke dalam kedua kelompok. Setiap kelompok kemudian diminta untuk membaca sebuah buku bertema ekonomi yang tidak mereka kuasai. Satu kelompok membaca buku sungguhan, sementara kelompok yang lain membaca buku secara elektronik.
Hasilnya, jika dibandingkan dengan kelompok yang membaca buku sungguhan, kelompok yang membaca e-book membutuhkan lebih banyak waktu untuk membaca dan mengulangi bahan bacaannya, hanya agar dapat memasukkan informasi ke dalam ingatan dengan jumlah yang sama dengan kelompok yang pertama.
Tak hanya itu, kelompok yang membaca buku sungguhan juga lebih dalam memahami isi buku dan lebih cepat mengingatnya jika dibandingkan dengan kelompok yang membaca e-book. Kelompok terakhir ini pada akhirnya memang bisa menyamai pemahaman dan ingatan pembaca buku sungguhan, tapi dibutuhkan waktu yang lebih lama dan proses membaca berulang-ulang yang lebih banyak.
Spoiler for Analisis:
Analisis
Mengapa ada perbedaan tersebut? Menurut Garland, konteks berperan besar dalam membantu kita mengingat informasi. Semakin banyak konteks yang bisa diasosiasikan dengan informasi tertentu, maka semakin cepat kita mengingat informasi itu. Selain itu, kita juga akan semakin gampang pula mengambil informasi itu dari ingatan kita jika diperlukan.
Apa yang dimaksud dengan konteks? Dalam buku sungguhan, konteks bisa berupa letak informasi dalam halaman: Apakah ia ada di bagian atas atau di bawah halaman, apakah halamannya ada di sebelah kiri atau kanan, atau apakah halaman yang berisi informasi itu ada di bagian awal, tengah, atau akhir buku (yang dengan gampang bisa kita lihat dari ketebalan halaman sisa).
Meskipun kita tidak pernah benar-benar ‘mengingat’ konteks itu, namun secara tak sadar konteks itulah yang membantu kita mengingat informasi dari buku sungguhan. Sementara itu, banyak dari konteks yang disebutkan di atas tidak tersedia dalam buku versi elektroniknya sehingga kita membutuhkan lebih banyak waktu dan pengulangan membaca untuk mengingat informasi yang sama.
Spoiler for Pertanyaan:
Bagaimana dengan anda: Apakah anda pernah merasa lebih sulit untuk membaca tulisan secara elektronik?