- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Perkembangan] Bentrokan Warga Lampung selatan.
TS
wis4n993n11
[Perkembangan] Bentrokan Warga Lampung selatan.
Kasus Lampung Selatan, Tokoh Adat Sepakat Berdamai
TEMPO.CO, Jakarta - Para tokoh adat Lampung Selatan dan masyarakat Bali melakukan pertemuan dengan bantuan mediasi oleh Pemerintah Provinsi Lampung. Mereka sepakat untuk berdamai dan mengakhiri konflik yang mengakibatkan 14 orang tewas dan ratusan rumah dibakar. "Dalam pertemuan itu mereka sama-sama membahas apa yang menjadi akar persoalan konflik yang berujung bentrok itu," kata Wakil Gubernur Lampung Joko Umar Said di ruang kerjanya, Selasa, 30 Oktober 2012.
Dalam pertemuan tertutup yang dihadiri oleh tokoh masyarakat Bali, tokoh adat Lampung Selatan, dan Forum Masyarakat Adat Lampung itu, semua pihak bersepakat untuk menahan diri. Dalam dua hingga tiga hari ke depan, Joko berharap ada format perdamaian yang melibatkan semua pihak. "Acara perdamaian itu akan digelar di sebuah tempat di mana ribuan orang bisa hadir dan saling memaafkan serta melakukan rekonsiliasi, serta akan dihadiri Gubernur Bali dan Lampung," kata Joko.
Para tokoh adat kedua belah pihak yang bertikai sebenarnya sudah menandatangani perdamaian di hadapan bupati, polisi, dan TNI usai bentrok di desa Napal, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, pada 23 Januari 2012 lalu.
Bentrokan dipicu oleh rebutan lahan parkir antara warga Kota Dalam dan Dusun Napal, Sidomulyo, yang menyebabkan 63 rumah dibakar dan 23 lainnya dirusak.
Saat ini, sebanyak 2100 warga Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan, telah dievakuasi ke Sekolah Polisi Negara Kemiling, Bandar Lampung. Mereka ditampung di aula sekolah. "Sekarang kami fokus menangani pengungsi agar kondisi mereka pulih," kata Ketua Parisade Hindu Darma Bandar Lampung, Putu Suwarte.
Warga Balinuraga hingga saat ini masih terus mendatangi SPN Kemiling dengan menggunakan kendaraan milik polisi. Mereka diungsikan sejak kerusuhan meletus. Diperkirakan masih banyak warga yang tersisa dan bersembunyi di dalam desa yang kini luluh lantak.
Data dari Polres Lampung Selatan menyatakan sebanyak 14 orang tewas, 9 luka parah, 166 unit rumah dibakar massa, 26 unit rusak berat, serta 11 sepeda motor dan 2 kendaraan roda empat turut dibakar.
Sepuluh korban tewas belum bisa diidentifikasi karena kondisinya hancur. "Kami masih terus menyisir semak belukar untuk menemukan korban akibat bentrokan kemarin," kata Kepala Polres Lampung Selatan Ajun Komisaris Besar Tatar Nugroho.
NUROCHMAN ARRAZIE
Apa Pemicu Perang Warga Lampung?
TEMPO.CO, Lampung - Seribuan warga terlibat perang antar-kampung hingga menewaskan tiga orang di Lampung Selatan. Korban adalah Marhadan bin Samsinur, 35 tahun, warga Dusun Jembatan Besi, Desa Gunung Terang; Jahiya bin Abdullah Lalung (30), warga Desa Jati Permai; dan Alwi Nazar bin Solihin (35), warga Dusun Sukaraja, Desa Tajimalela, Kecamatan Kalianda, Lampung.
Apa pemicu bentrokan warga tersebut? Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Lampung Ajun Komisaris Besar Sulistyaningsih mengatakan dua kampung itu dihuni warga berbeda suku. Seorang gadis warga Agom dilecehkan oleh pemuda Desa Balinuraga pada Sabtu, 27 Oktober 2012, malam. Tak terima hal itu, warga Agom meminta pertanggungjawaban sang pemuda. Rupaya, warga Agom malah diserang warga Balinuraga.
Tiga orang tewas dalam kejadian itu. Tak terima dengan tewasnya tiga warga tadi, warga Agom menyerang balik. Suasana masih mencekam. Ratusan polisi dan TNI menjaga ketat kedua kampung. Warga pun berjaga-jaga dengan senjata api rakitan dan senjata tajam.
NUROCHMAN ARRAZIE
duh kabarnya konflik serupa ini pernah terjadi juga di lampung selatan
Konfliknya sama vs Bali
Kasus Lampung Selatan, Polisi Razia Perbatasan
TEMPO.CO, Lampung - Kepolisian Resor Tulangbawang merazia setiap kendaraan yang hendak masuk ke Provinsi Lampung di daerah perbatasan, Rabu, 31 Oktober 2012. Razia dilakukan untuk mengantisipasi pengerahan massa dan penyusup yang hendak bergabung dalam kerusuhan Kalianda, Lampung Selatan.
Polisi mendapati sejumlah warga membawa senjata tajam yang disimpan dalam kendaraan mereka. Belasan aparat keamanan dari polisi dan TNI menggeledah setiap kendaraan dan barang bawaan yang dibawa oleh penumpang bus dan travel yang hendak masuk ke wilayah Lampung. Mereka juga mengecek identitas pengguna jalan serta menanyai maksud dan tujuan per jalan.
“Razia akan terus dilakukan hingga situasi di wilayah Lampung Selatan benar-benar kondusif,” kata Kepala Kepolisian Sektor Simpang Pematang, Komisaris Efendi Koto.
Efendi mengatakan, warga yang kedapatan membawa senjata tajam dan barang berbahaya lainnya langsung didata dan ditahan untuk sementara hingga ada penjamin. Dia menengarai adanya pengerahan massa dari luar Lampung untuk bergabung dengan salah satu kelompok yang bertikai.
“Informasi yang kami dapatkan begitu. Kita sebagai yang bertugas di daerah perbatasan sudah menjalin kerja sama dengan polisi di Sumatera Selatan sehingga penggeledahan dilakukan secara berlapis,” katanya.
Razia juga dilakukan di sejumlah titik di wilayah Lampung, seperti di Way Kanan, Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Utara, Lampung Timur, dan Bandar Lampung. Polda Lampung sudah memerintahkan kepolisian resor yang ada di Lampung untuk mengantisipasi pergerakan warga yang hendak bergabung ke Kalianda.
“Sudah ada perintah karena sangat dimungkinkan adanya aksi pengerahan massa dari luar,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Lampung, Ajun Komisaris Besar Sulistyaningsih.
Kerusuhan di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, yang terjadi selama dua hari, menyebabkan 14 orang tewas, sembilan luka parah, 166 rumah dibakar, serta puluhan sepeda motor dan kendaraan roda empat juga turut dibakar massa. Saat ini, kondisi di Kalianda sudah berangsur normal. Ratusan aparat keamanan dari polisi dan TNI masih berjaga-jaga di bekas lokasi bentrokan.
Seluruh warga Desa Balinuraga sudah dievakuasi ke Sekolah Polisi Negara Bandar Lampung. Desa dengan 660 kepala keluarga itu kini dikosongkan dan hanya menyisakan puing-puing rumah yang telah hangus terbakar.
“Kami sudah mengerahkan tiga tim di lokasi kerusuhan, pengungsian, dan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan. Mereka akan bekerja selama 24 jam nonstop melakukan pendataan dan memulihkan trauma akibat perang itu,” kata Wakil Gubernur Lampung Joko Umar Said.
NUROCHMAN ARRAZIE
TEMPO.CO, Jakarta - Para tokoh adat Lampung Selatan dan masyarakat Bali melakukan pertemuan dengan bantuan mediasi oleh Pemerintah Provinsi Lampung. Mereka sepakat untuk berdamai dan mengakhiri konflik yang mengakibatkan 14 orang tewas dan ratusan rumah dibakar. "Dalam pertemuan itu mereka sama-sama membahas apa yang menjadi akar persoalan konflik yang berujung bentrok itu," kata Wakil Gubernur Lampung Joko Umar Said di ruang kerjanya, Selasa, 30 Oktober 2012.
Dalam pertemuan tertutup yang dihadiri oleh tokoh masyarakat Bali, tokoh adat Lampung Selatan, dan Forum Masyarakat Adat Lampung itu, semua pihak bersepakat untuk menahan diri. Dalam dua hingga tiga hari ke depan, Joko berharap ada format perdamaian yang melibatkan semua pihak. "Acara perdamaian itu akan digelar di sebuah tempat di mana ribuan orang bisa hadir dan saling memaafkan serta melakukan rekonsiliasi, serta akan dihadiri Gubernur Bali dan Lampung," kata Joko.
Para tokoh adat kedua belah pihak yang bertikai sebenarnya sudah menandatangani perdamaian di hadapan bupati, polisi, dan TNI usai bentrok di desa Napal, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, pada 23 Januari 2012 lalu.
Bentrokan dipicu oleh rebutan lahan parkir antara warga Kota Dalam dan Dusun Napal, Sidomulyo, yang menyebabkan 63 rumah dibakar dan 23 lainnya dirusak.
Saat ini, sebanyak 2100 warga Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan, telah dievakuasi ke Sekolah Polisi Negara Kemiling, Bandar Lampung. Mereka ditampung di aula sekolah. "Sekarang kami fokus menangani pengungsi agar kondisi mereka pulih," kata Ketua Parisade Hindu Darma Bandar Lampung, Putu Suwarte.
Warga Balinuraga hingga saat ini masih terus mendatangi SPN Kemiling dengan menggunakan kendaraan milik polisi. Mereka diungsikan sejak kerusuhan meletus. Diperkirakan masih banyak warga yang tersisa dan bersembunyi di dalam desa yang kini luluh lantak.
Data dari Polres Lampung Selatan menyatakan sebanyak 14 orang tewas, 9 luka parah, 166 unit rumah dibakar massa, 26 unit rusak berat, serta 11 sepeda motor dan 2 kendaraan roda empat turut dibakar.
Sepuluh korban tewas belum bisa diidentifikasi karena kondisinya hancur. "Kami masih terus menyisir semak belukar untuk menemukan korban akibat bentrokan kemarin," kata Kepala Polres Lampung Selatan Ajun Komisaris Besar Tatar Nugroho.
NUROCHMAN ARRAZIE
Quote:
Apa Pemicu Perang Warga Lampung?
TEMPO.CO, Lampung - Seribuan warga terlibat perang antar-kampung hingga menewaskan tiga orang di Lampung Selatan. Korban adalah Marhadan bin Samsinur, 35 tahun, warga Dusun Jembatan Besi, Desa Gunung Terang; Jahiya bin Abdullah Lalung (30), warga Desa Jati Permai; dan Alwi Nazar bin Solihin (35), warga Dusun Sukaraja, Desa Tajimalela, Kecamatan Kalianda, Lampung.
Apa pemicu bentrokan warga tersebut? Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Lampung Ajun Komisaris Besar Sulistyaningsih mengatakan dua kampung itu dihuni warga berbeda suku. Seorang gadis warga Agom dilecehkan oleh pemuda Desa Balinuraga pada Sabtu, 27 Oktober 2012, malam. Tak terima hal itu, warga Agom meminta pertanggungjawaban sang pemuda. Rupaya, warga Agom malah diserang warga Balinuraga.
Tiga orang tewas dalam kejadian itu. Tak terima dengan tewasnya tiga warga tadi, warga Agom menyerang balik. Suasana masih mencekam. Ratusan polisi dan TNI menjaga ketat kedua kampung. Warga pun berjaga-jaga dengan senjata api rakitan dan senjata tajam.
NUROCHMAN ARRAZIE
Quote:
duh kabarnya konflik serupa ini pernah terjadi juga di lampung selatan
Konfliknya sama vs Bali
Kasus Lampung Selatan, Polisi Razia Perbatasan
TEMPO.CO, Lampung - Kepolisian Resor Tulangbawang merazia setiap kendaraan yang hendak masuk ke Provinsi Lampung di daerah perbatasan, Rabu, 31 Oktober 2012. Razia dilakukan untuk mengantisipasi pengerahan massa dan penyusup yang hendak bergabung dalam kerusuhan Kalianda, Lampung Selatan.
Polisi mendapati sejumlah warga membawa senjata tajam yang disimpan dalam kendaraan mereka. Belasan aparat keamanan dari polisi dan TNI menggeledah setiap kendaraan dan barang bawaan yang dibawa oleh penumpang bus dan travel yang hendak masuk ke wilayah Lampung. Mereka juga mengecek identitas pengguna jalan serta menanyai maksud dan tujuan per jalan.
“Razia akan terus dilakukan hingga situasi di wilayah Lampung Selatan benar-benar kondusif,” kata Kepala Kepolisian Sektor Simpang Pematang, Komisaris Efendi Koto.
Efendi mengatakan, warga yang kedapatan membawa senjata tajam dan barang berbahaya lainnya langsung didata dan ditahan untuk sementara hingga ada penjamin. Dia menengarai adanya pengerahan massa dari luar Lampung untuk bergabung dengan salah satu kelompok yang bertikai.
“Informasi yang kami dapatkan begitu. Kita sebagai yang bertugas di daerah perbatasan sudah menjalin kerja sama dengan polisi di Sumatera Selatan sehingga penggeledahan dilakukan secara berlapis,” katanya.
Razia juga dilakukan di sejumlah titik di wilayah Lampung, seperti di Way Kanan, Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Utara, Lampung Timur, dan Bandar Lampung. Polda Lampung sudah memerintahkan kepolisian resor yang ada di Lampung untuk mengantisipasi pergerakan warga yang hendak bergabung ke Kalianda.
“Sudah ada perintah karena sangat dimungkinkan adanya aksi pengerahan massa dari luar,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Lampung, Ajun Komisaris Besar Sulistyaningsih.
Kerusuhan di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, yang terjadi selama dua hari, menyebabkan 14 orang tewas, sembilan luka parah, 166 rumah dibakar, serta puluhan sepeda motor dan kendaraan roda empat juga turut dibakar massa. Saat ini, kondisi di Kalianda sudah berangsur normal. Ratusan aparat keamanan dari polisi dan TNI masih berjaga-jaga di bekas lokasi bentrokan.
Seluruh warga Desa Balinuraga sudah dievakuasi ke Sekolah Polisi Negara Bandar Lampung. Desa dengan 660 kepala keluarga itu kini dikosongkan dan hanya menyisakan puing-puing rumah yang telah hangus terbakar.
“Kami sudah mengerahkan tiga tim di lokasi kerusuhan, pengungsian, dan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan. Mereka akan bekerja selama 24 jam nonstop melakukan pendataan dan memulihkan trauma akibat perang itu,” kata Wakil Gubernur Lampung Joko Umar Said.
NUROCHMAN ARRAZIE
0
10K
100
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan