- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]


TS
Falrever.eX
13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]
Quote:
Quote:
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://s.kaskus.id/images/2012/10/25/4461023_20121025063424.jpg)
Quote:
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/cdn-u.kaskus.co.id/53/kwjllx12.gif)
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/img155.imageshack.us/img155/3948/5fq8sk.png)
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/img841.imageshack.us/img841/7933/5fq8sk1.png)
Quote:
[1]
Masjid Bata Merah Panjunan (1480 M)
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/1.bp.blogspot.com/-FOiSEA3ogxE/TspAnkJb23I/AAAAAAAAA6M/902agiN24BI/s1600/mesjid+merah.jpg)
Masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, didirikan oleh Pangeran Panjunan pada tahun 1480. Hampir seluruh bangunan dihiasi oleh warna merah dan tentunya pagar batu-batanya juga berwarna merah. Awalnya masjid ini bernama Al-Athyang yang artinya dikasihi, namun karena pagarnya yang terbuat dari bata merah menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan sebutan, Masjid Merah Panjunan. Awalnya masjid ini merupakan Tajug atau Mushola sederhana, karena lingkungan tersebut adalah tempat bertemunya pedagang dari berbagai suku bangsa, Pangeran Panjunan berinisiatif membangun Mushola tersebut menjadi masjid dengan perpaduan budaya dan agama sejak sebelum Islam, yaitu Hindu – Budha. Selain faktor agama tersebut, arsitektur masjid ini dipengaruhi oleh gaya Jawa dan Cina.
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/1.bp.blogspot.com/-wecCVqZxue4/TspD2RLYCDI/AAAAAAAAA6s/dLkcQNmDUFU/s1600/panjunan_02.jpg)
Masjid Bata Merah Panjunan (1480 M)
Spoiler for Mesjid:
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/1.bp.blogspot.com/-FOiSEA3ogxE/TspAnkJb23I/AAAAAAAAA6M/902agiN24BI/s1600/mesjid+merah.jpg)
Masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, didirikan oleh Pangeran Panjunan pada tahun 1480. Hampir seluruh bangunan dihiasi oleh warna merah dan tentunya pagar batu-batanya juga berwarna merah. Awalnya masjid ini bernama Al-Athyang yang artinya dikasihi, namun karena pagarnya yang terbuat dari bata merah menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan sebutan, Masjid Merah Panjunan. Awalnya masjid ini merupakan Tajug atau Mushola sederhana, karena lingkungan tersebut adalah tempat bertemunya pedagang dari berbagai suku bangsa, Pangeran Panjunan berinisiatif membangun Mushola tersebut menjadi masjid dengan perpaduan budaya dan agama sejak sebelum Islam, yaitu Hindu – Budha. Selain faktor agama tersebut, arsitektur masjid ini dipengaruhi oleh gaya Jawa dan Cina.
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/1.bp.blogspot.com/-wecCVqZxue4/TspD2RLYCDI/AAAAAAAAA6s/dLkcQNmDUFU/s1600/panjunan_02.jpg)
[2]
Masjid Agung Sang Cipta Rasa (1489/1480 M)
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/4.bp.blogspot.com/-iEUQ-_7IbRU/TspCv3juTKI/AAAAAAAAA6k/0xfGZA0xM4Q/s1600/cipta+rasa.jpg)
Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di sebelah utara Keraton Kasepuhan. Masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama. Untuk menuju ruangan utama, terdapat sembilan pintu, yang melambangkan Wali Songo. Masyarakat Cirebon tempo dulu terdiri dari berbagai etnik. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon.
Kekhasan masjid ini terletak pada atapnya yang tidak memiliki memolo berupa kubah, sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid di Pulau Jawa. Konon, dahulunya masjid ini berkubah. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk mengusir Aji Menjangan Wulung, kubah tersebut pindah ke Masjid Agung Banten yang sampai sekarang masih memiliki dua kubah. Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu. Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang muazin berseragam serba putih.
Pada bagian mihrab masjid, terdapat ukiran berbentuk bunga teratai yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Selain itu, di bagian mihrab juga terdapat tiga buah ubin bertanda khusus yang melambangkan tiga ajaran pokok agama, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Konon, ubin tersebut dipasang oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga pada awal berdirinya masjid.
Di beranda samping kanan (utara) masjid, terdapat sumur zam-zam atau Banyu Cis Sang Cipta Rasa yang ramai dikunjungi orang, terutama pada bulan Ramadhan. Selain diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga dapat digunakan untuk menguji kejujuran seseorang.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa (1489/1480 M)
Spoiler for Mesjid:
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/4.bp.blogspot.com/-iEUQ-_7IbRU/TspCv3juTKI/AAAAAAAAA6k/0xfGZA0xM4Q/s1600/cipta+rasa.jpg)
Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di sebelah utara Keraton Kasepuhan. Masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama. Untuk menuju ruangan utama, terdapat sembilan pintu, yang melambangkan Wali Songo. Masyarakat Cirebon tempo dulu terdiri dari berbagai etnik. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon.
Kekhasan masjid ini terletak pada atapnya yang tidak memiliki memolo berupa kubah, sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid di Pulau Jawa. Konon, dahulunya masjid ini berkubah. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk mengusir Aji Menjangan Wulung, kubah tersebut pindah ke Masjid Agung Banten yang sampai sekarang masih memiliki dua kubah. Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu. Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang muazin berseragam serba putih.
Pada bagian mihrab masjid, terdapat ukiran berbentuk bunga teratai yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Selain itu, di bagian mihrab juga terdapat tiga buah ubin bertanda khusus yang melambangkan tiga ajaran pokok agama, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Konon, ubin tersebut dipasang oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga pada awal berdirinya masjid.
Di beranda samping kanan (utara) masjid, terdapat sumur zam-zam atau Banyu Cis Sang Cipta Rasa yang ramai dikunjungi orang, terutama pada bulan Ramadhan. Selain diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga dapat digunakan untuk menguji kejujuran seseorang.
[3]
Keraton Kasepuhan (1529 M)
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/1.bp.blogspot.com/-ZjRwxoHkG5w/TspFxb-DwoI/AAAAAAAAA60/H6enQK6i6wU/s1600/300px-Symbol_Keraton_Kasepuhan.jpg)
Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya.
Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.
Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Didalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.
Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II (cicit dari Sunan Gunung Jati) yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506. Ia bersemayam di dalem Agung Pakungwati Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelar Panembahan Pakungwati I. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua. Nama beliau diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.
Di depan Keraton Kesepuhan terdapat alun-alun yang pada waktu zaman dahulu bernama Alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan berbagai macam hukuman terhadap setiap rakyat yang melanggar peraturan seperti hukuman cambuk. Di sebelah barat Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Keraton Kasepuhan (1529 M)
Spoiler for Keraton:
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/1.bp.blogspot.com/-ZjRwxoHkG5w/TspFxb-DwoI/AAAAAAAAA60/H6enQK6i6wU/s1600/300px-Symbol_Keraton_Kasepuhan.jpg)
Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya.
Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.
Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Didalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.
Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II (cicit dari Sunan Gunung Jati) yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506. Ia bersemayam di dalem Agung Pakungwati Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelar Panembahan Pakungwati I. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua. Nama beliau diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.
Di depan Keraton Kesepuhan terdapat alun-alun yang pada waktu zaman dahulu bernama Alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan berbagai macam hukuman terhadap setiap rakyat yang melanggar peraturan seperti hukuman cambuk. Di sebelah barat Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
[4]
Keraton Kanoman (1588 M)
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/2.bp.blogspot.com/-IuLF2sMbnEA/TspG1B7TqNI/AAAAAAAAA68/WWVrldKskxE/s1600/kanoman.jpg)
Keraton Kanoman adalah pusat peradaban Kesultanan Cirebon, yang kemudian terpecah menjadi Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon. Kebesaran Islam di Jawa Barat tidak lepas dari Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah orang yang bertanggung jawab menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, sehingga berbicara tentang Cirebon tidak akan lepas dari sosok Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati juga meninggalkan jejaknya yang hingga kini masih berdiri tegak, jejak itu bernama Kraton Kanoman. Keraton Kanoman masih taat memegang adat-istiadat dan pepakem, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal, seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara. Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati, yang juga dikenal dengan Syarif Hidayatullah.
Kompleks Keraton Kanoman yang mempunyai luas sekitar 6 hektar ini berlokasi di belakang pasar Di Kraton ini tinggal sultan ke dua belas yang bernama Raja Muhammad Emiruddin berserta keluarga. Kraton Kanoman merupakan komplek yang luas, yang terdiri dari dua puluh tujuh bangunan kuno. salah satunya saung yang bernama bangsal witana yang merupakan cikal bakal Kraton yang luasnya hampir lima kali lapangan sepak bola.
Di keraton ini masih terdapat barang barang Sunan Gunung Jati, seperti dua kereta bernama Paksi Naga Liman dan Jempana yang masih terawat baik dan tersimpan di museum. Bentuknya burak, yakni hewan yang dikendarai Nabi Muhammad ketika ia Isra Mi'raj. Tidak jauh dari kereta, terdapat bangsal Jinem, atau Pendopo untuk Menerima tamu, penobatan sultan dan pemberian restu sebuah acara seperti Maulid Nabi. Dan di bagian tengah Kraton terdapat kompleks bangunan bangunan bernama Siti Hinggil.
Hal yang menarik dari Keraton di Cirebon adalah adanya piring-piring porselen asli Tiongkok yang menjadi penghias dinding semua keraton di Cirebon. Tak cuma di keraton, piring-piring keramik itu bertebaran hampir di seluruh situs bersejarah di Cirebon. Dan yang tidak kalah penting dari Keraton di Cirebon adalah keraton selalu menghadap ke utara. Dan di halamannya ada patung macan sebagai lambang Prabu Siliwangi. Di depan keraton selalu ada alun alun untuk rakyat berkumpul dan pasar sebagai pusat perekonomian, di sebelah timur keraton selalu ada masjid.
Keraton Kanoman (1588 M)
Spoiler for Keraton:
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/2.bp.blogspot.com/-IuLF2sMbnEA/TspG1B7TqNI/AAAAAAAAA68/WWVrldKskxE/s1600/kanoman.jpg)
Keraton Kanoman adalah pusat peradaban Kesultanan Cirebon, yang kemudian terpecah menjadi Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon. Kebesaran Islam di Jawa Barat tidak lepas dari Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah orang yang bertanggung jawab menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, sehingga berbicara tentang Cirebon tidak akan lepas dari sosok Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati juga meninggalkan jejaknya yang hingga kini masih berdiri tegak, jejak itu bernama Kraton Kanoman. Keraton Kanoman masih taat memegang adat-istiadat dan pepakem, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal, seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara. Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati, yang juga dikenal dengan Syarif Hidayatullah.
Kompleks Keraton Kanoman yang mempunyai luas sekitar 6 hektar ini berlokasi di belakang pasar Di Kraton ini tinggal sultan ke dua belas yang bernama Raja Muhammad Emiruddin berserta keluarga. Kraton Kanoman merupakan komplek yang luas, yang terdiri dari dua puluh tujuh bangunan kuno. salah satunya saung yang bernama bangsal witana yang merupakan cikal bakal Kraton yang luasnya hampir lima kali lapangan sepak bola.
Di keraton ini masih terdapat barang barang Sunan Gunung Jati, seperti dua kereta bernama Paksi Naga Liman dan Jempana yang masih terawat baik dan tersimpan di museum. Bentuknya burak, yakni hewan yang dikendarai Nabi Muhammad ketika ia Isra Mi'raj. Tidak jauh dari kereta, terdapat bangsal Jinem, atau Pendopo untuk Menerima tamu, penobatan sultan dan pemberian restu sebuah acara seperti Maulid Nabi. Dan di bagian tengah Kraton terdapat kompleks bangunan bangunan bernama Siti Hinggil.
Hal yang menarik dari Keraton di Cirebon adalah adanya piring-piring porselen asli Tiongkok yang menjadi penghias dinding semua keraton di Cirebon. Tak cuma di keraton, piring-piring keramik itu bertebaran hampir di seluruh situs bersejarah di Cirebon. Dan yang tidak kalah penting dari Keraton di Cirebon adalah keraton selalu menghadap ke utara. Dan di halamannya ada patung macan sebagai lambang Prabu Siliwangi. Di depan keraton selalu ada alun alun untuk rakyat berkumpul dan pasar sebagai pusat perekonomian, di sebelah timur keraton selalu ada masjid.
[5]
Vihara/Kelenteng Dewi Welas Asih (1595 M)
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/3.bp.blogspot.com/-OxBxWday_Ao/TstiR6dsN9I/AAAAAAAAA7M/m1WfoFh_c5g/s1600/welasasih_01.jpg)
Kelenteng Dewi Welas Asih Cirebon (Kelenteng Tiao Kak Sie) letaknya berada di Jl. Kantor No. 2, Kampung Kamiran, Cirebon, di sebelah kiri Gedung Bank Mandiri, atau di seberang kanan Gedung BAT Cirebon. Kelenteng Dewi Welas Asih ini merupakan salah satu kelenteng tertua di Cirebon, selain Kelenteng Talang dan Vihara Pemancar Keselamatan.
Penanda Benda Cagar Budaya Kelenteng Dewi Welas Asih Cirebon dengan tahun berdiri 1595. Di sebelah kanan adalah gerbang masuk ke dalam Kelenteng Dewi Welas Asih yang berbentuk candi bentar, terbuat dari batu andesit abu-abu. Candi bentar lazimnya ditemui pada bangunan Candi atau Pura Hindu.
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/1.bp.blogspot.com/-PC5MuEGFRhk/TstjJcdWIVI/AAAAAAAAA7k/uDN7eglaQQo/s1600/welasasih_14.jpg)
Vihara/Kelenteng Dewi Welas Asih (1595 M)
Spoiler for Klenteng:
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/3.bp.blogspot.com/-OxBxWday_Ao/TstiR6dsN9I/AAAAAAAAA7M/m1WfoFh_c5g/s1600/welasasih_01.jpg)
Kelenteng Dewi Welas Asih Cirebon (Kelenteng Tiao Kak Sie) letaknya berada di Jl. Kantor No. 2, Kampung Kamiran, Cirebon, di sebelah kiri Gedung Bank Mandiri, atau di seberang kanan Gedung BAT Cirebon. Kelenteng Dewi Welas Asih ini merupakan salah satu kelenteng tertua di Cirebon, selain Kelenteng Talang dan Vihara Pemancar Keselamatan.
Penanda Benda Cagar Budaya Kelenteng Dewi Welas Asih Cirebon dengan tahun berdiri 1595. Di sebelah kanan adalah gerbang masuk ke dalam Kelenteng Dewi Welas Asih yang berbentuk candi bentar, terbuat dari batu andesit abu-abu. Candi bentar lazimnya ditemui pada bangunan Candi atau Pura Hindu.
![13 Bangunan Wisata Tertua di Cirebon [Serba 13]](https://dl.kaskus.id/1.bp.blogspot.com/-PC5MuEGFRhk/TstjJcdWIVI/AAAAAAAAA7k/uDN7eglaQQo/s1600/welasasih_14.jpg)
0
3.9K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan