Hanya 16 Parpol Lolos Verifikasi Administrasi KPU
Minggu, 28/10/2012 20:39 WIB
JakartaKomisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan hasil verifikasi administrasi parpol peserta Pemilu 2014. Hanya 16 parpol yang dinyatakan lolos verifikasi administrasi yang rumit ini. Pada tahap verifikasi awal yang diumumkan sebelumnya, KPU meloloskan 34 parpol dari total 46 parpol yang mendaftar sebagai peserta Pemilu 2014.
Dokumen resmi hasil verifikasi parpol telah secara resmi diterima oleh parpol. Ketua Umum Partai Nasional Demokrat Patrice Rio Capella telah menerima salinan ini dan mengaku puas. "Hasil sudah kita terima. NasDem secara administrasi terbaik," kata Rio kepada detikcom, Minggu (28/10/2012).
Parpol yang lolos verifikasi administrasi, berhak mengikuti verifikasi faktual. Verifikasi faktual adalah tahap verifikasi langsung KPU ke lapangan untuk mengecek infrastruktur parpol di setiap daerah disesuaikan dengan hasil verifikasi administrasi.
Berikut parpol yang lolos verifikasi administrasi KPU:
1. Partai Nasional Demokrat (NasDem)
2. PDI Perjuangan
3. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
4. Partai Bulan Bintang (PBB)
5. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
6. Partai Amanat Nasional (PAN)
7. Partai Golkar
8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
9. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
10. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP)
11. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
12. Partai Demokrat (PD)
13. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
14. Partai Keadilan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB)
15. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN)
16. Partai Persatuan Nasional (PPN)
Parpol yang tidak lolos verifikasi administrasi KPU:
1. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK)
2. Partai Kesatuan Demokrasi Indonesia (PKDI)
3. Partai Kongres
4. Partai Serikat Rakyat Independen (SRI)
5. Partai Karya Republik (Pakar)
6. Partai Nasional Republik (Nasrep)
7. Partai Buruh
8. Partai Damai Sejahtera (PDS)
9. Partai Republika Nusantara (Republikan)
10. Partai Nasional Indonesia Marhenisme (PNIM)
11. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB)
12. Partai Pengusaha Pekerja Indonesia (PPPI)
13. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)
14. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU)
15. Partai Republik
16. Partai Kedaulatan
17. Partai Bhinneka Indonesia (PBI)
18. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBKI)
[url]http://news.detik..com/read/2012/10/28/203908/2074416/10/?991101mainnews[/url]
Quote:
Parpol Tak Miliki Kemampuan Wakili Rakyat
Jumat, 14 September 2012 | 17:55 WIB
Diskusi Bahas Parpol dan Capres -Jaringan Suara Indonesia mengadakan Diskusi hasil survey dengan tema "Parpol dan Capres Menuju 2014; di Dieng Room Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Minggu (12/10/2012). Hadir dalam acar tersebut dari kiri ke kanan Fajar S Tamin, Widdi Aswindim Burhanuddin Muhtadi, Idrus Marham, Tjahjo Kumolo dan Tjatur Sapto Edy.
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Partai politik tidak memiliki kemampuan mengerahkan dan mewakili kepentingan warga negara maupun menghubungkan warga negara dengan pemerintah, kata peneliti Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lili Romli. "Hal itu menyebabkan partai politik (parpol) tidak mampu memainkan fungsinya dengan optimal," katanya pada seminar "Penguatan Kelembagaan Partai Politik Sebagai Pilar Demokrasi" di Yogyakarta, Jumat (14/9/2012).
Kondisi itu, menurut dia, ditambah dengan persoalaan pelembagaan parpol yang belum terwujud dengan baik. Hal itu menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap parpol. Ia mengatakan parpol, di era reformasi belum dapat menjadi institusi publik yang menunjukkan tanggung jawabnya terhadap pemilihnya. Pada era Orde Baru, parpol menjadi mesin politik penguasa sehingga lebih diarahkan pada kepentingan pelanggengan status quo.
Namun, saat memasuki reformasi, parpol dihadapkan pada tuntutan masyarakat yang begitu besar, sedangkan parpol belum siap dengan kelembagaan yang baik. Menurut dia, ada sejumlah faktor yang membuat tingkat kelembagaan parpol belum berkembang dengan baik. Parpol yang ada umumnya relatif baru sehingga infrastruktur partai belum terbangun dengan baik.
Parpol sering mengalami konflik yang menguras tenaga dan waktu sehingga tidak ada waktu untuk membangun pelembagaan partaik. Elit partai juga belum menjadikan AD/ART sebagai satu-satunya aturan dalam mengelola parpol. Selain itu tradisi berpartai yang menghormati perbedaan budaya politik demokrasi di kalangan elit partai belum tumbuh. Unsur patrimonialisme dan feodalisme masih kuat di kalangan elit partai.
Oleh karena itu, kata Lili, harus ada penguatan kelembagaan parpol agar menjadi institusi demokrasi yang kuat dan berjalan dengan optimal sehingga partai berfungsi baik. "Upaya penguatan seperti penguatan ’platform’ partai, kaderisasi, rekrutmen politik, dan menciptakan kohesivitas internal partai adalah hal-hal yang harus segera dilaksanakan," katanya.
http://nasional.kompas.com/read/2012....Wakili.Rakyat
CSIS: Kepercayaan pada Partai Politik Menurun
Senin, 13 Februari 2012 | 13:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gairah pemilu pada 2014 diprediksi menurun. Hasil penelitian Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menyebutkan pemilih secara umum kecewa terhadap semua partai politik. "Bahkan cenderung bingung dan menilai kinerja partai politik tidak berpengaruh pada masyarakat," kata peneliti CSIS bidang Departeman Politik dan Hubungan Internasional, Sunny Tanuwidjaja, di kantor CSIS, Palmerah, Jakarta Selatan, Senin, 13 Februari 2012.
Menurut Sunny, dari penelitian yang dilakukan pada 16-24 Januari dengan metode acak bertingkat ini terlihat potensi persaingan partai politik pada Pemilu 2014 akan lebih ketat. Selain itu, jumlah golongan putih (golput) juga diprediksi meningkat tajam. "Gambaran ini secara keseluruhan merupakan konfirmasi maupun implikasi dari rendahnya kepercayaan publik terhadap parpol," katanya.
Dari hasil penelitian, penurunan dukungan terbesar saat ini dialami Partai Demokrat sebanyak 8,25 persen. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dukungannya berkurang 6,23 persen, Golkar turun 3,95 persen, dan Partai Keadilan Sosial (PKS) turun 4,78 persen. Sedangkan penurunan yang paling rendah dialami Partai Kebangkitan Bangsa, hanya 0,54 persen. "Pemilih PKB adalah pemilih tradisional yang lebih loyal," ujarnya. Sunny menjelaskan, meski penurunan dukungan terhadap Demokrat menurun, Demokrat tetap menjadi partai yang relatif kuat dari partai lain dengan dukungan 12,6 persen pemilih, diikuti Golkar 10,5 persen, dan PDIP 7,8 persen.
Secara umum, penurunan dukungan karena rendahnya kinerja partai politik, seperti penilaian warga terhadap kinerja kehakiman dan lembaga peradilan. Namun, menurut Sunny, penurunan kepercayaan pada satu partai tidak serta-merta membuat masyarakat memilih partai lain.
http://www.tempo.co/read/news/2012/0...olitik-Menurun
Kepercayaan Rakyat Kepada Parpol Hilang
Jumat, 21 September 2012, 13:47 WIB
inilah..com, Jakarta - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta kemarin mennjadi bukti bahwa kepercayaan rakyat terhadap partai politik (parpol) semakin rendah. Hal itu terlihat sejak salah satu calon dari koalisi parpol dapat dikalahkan oleh calon independen. Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti menilai bahwa parpol makin tidak diminati sebenarnya sudah terbaca sejak pilkada putaran pertama. "Putaran kedua ini makin memperkuat fenomena tersebut. Parpol makin tak berwibawa, makin tak bisa menjelaskan pemilihnya," kata Ray ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat (21/9/2012).
Bahkan untuk sikap independen tersebut, kata Ray, pemilih bahkan tidak terpengaruh dengan politik uang. "Mereka juga mulai makin kebal dari rayuan politik uang. Mereka berkereasi dengan berbagai cara, dan dengan mempergunakan banyak media, tanpa dukungan dana dari para kandidat," jelas Ray.
Selain makin independen, warga Jakarta juga menunjukkan sikap yang semakin rasional. Seperti isu SARA yang marak sepanjang masa kampanye ternyata tidak banyak mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihan mereka. Kenyataan bahwa isu SARA tidak banyak mempengaruhi pemilih, merupakan sinyal penting bahwa penerimaan atas pluralisme makin membesar. "Perkembangan ini tentu sangat penting. Penerimaan atas pluralisme merupakan sarat penting bagi tegaknya demokrasi," tuturnya.
[url]http://m.inilah..com/read/detail/1907399/kepercayaan-rakyat-kepada-parpol-hilang[/url]
-------------------------------
Apapun partainya, kalau Jokowi atau Dahlan Iskan Capresnya, saya akan memilih dia! Politisi-politisi di Parpol itu harusnya mulai sadar, bahwa pasca fenomena Pilkada DKI Jakarta lalu, pilihan rakyat kini lebih berorientasi pada figur yang baik, jujur, sederhana, bersahaja dan merakyat, ketimbang memilih parpolnya. Meskipun itu parpol ngaku-ngakunya pro-rakyat atau partai 'wong cilik' sekalipun. Semboyan kami mulai hari adalah "Figur Pemimpin yang baik dan jujur, Yes! Parpol? No ...no ..no ...!!!!
