- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jejak langkah dan karya 13 gubernur Jakarta [Serba 13]
TS
Mr.samuel
Jejak langkah dan karya 13 gubernur Jakarta [Serba 13]
Quote:
Quote:
1. Raden Suwiryo (1945-1947 dan 1950-1951)
Raden Suwiryo bersama wakilnya Baginda Dahlan Abdullah ditunjuk menjadi Wali Kota pertama DKI Jakarta saat perpindahan kekuasaan Jepang ke Republik Indonesia, pada tanggal 23 September 1945. Suwiryo merupakan Walikota pertama yang ditunjuk pada masa pendudukan Jepang. Dia ikut mendesak agar Soekarno dan Mohammad Hatta segera mengumumkan proklamasi kemerdekaan RI.
Saat Belanda kembali melancarkan aksinya, Suwiryo tetap berada di Jakarta. Walaupun saat itu Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta hijrah ke Yogyakarta. Suwiryo memberikan instruksi kepada seluruh pegawai pamong praja tetap tinggal dan beraktifitas seperti biasa.
Pada 21 Juli 1947 saat Belanda melancarkan aksi militernya, Suwiryo diculik pasukan NICA di rumahnya, Menteng, Jakarta Pusat. Selama lima bulan dia disekap di daerah Jl Gajah Mada, dan kemudian November 1947 diterbangkan ke Semarang untuk kemudian ke Yogyakarta. Penculikan yang berlangsung dari tahun 1947-1949 itu sempat membuat Suwiryo terputus dari jabatannya untuk sementara dan dialihkan ke Daan Jahja.
Tahun 1949, Suwiryo kembali menapaki tanah jakarta dan Presiden Soekarno pun mengembalikan jabatannya sebagai Walikota Jakarta pada 17 Februari 1950 hingga 1951. Setelah berjuang melawan sakit yang diderita, akhirnya pada 27 Agustus 1967 Suwiryo menghembuskan nafas terakhir dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.
Spoiler for :
Raden Suwiryo bersama wakilnya Baginda Dahlan Abdullah ditunjuk menjadi Wali Kota pertama DKI Jakarta saat perpindahan kekuasaan Jepang ke Republik Indonesia, pada tanggal 23 September 1945. Suwiryo merupakan Walikota pertama yang ditunjuk pada masa pendudukan Jepang. Dia ikut mendesak agar Soekarno dan Mohammad Hatta segera mengumumkan proklamasi kemerdekaan RI.
Saat Belanda kembali melancarkan aksinya, Suwiryo tetap berada di Jakarta. Walaupun saat itu Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta hijrah ke Yogyakarta. Suwiryo memberikan instruksi kepada seluruh pegawai pamong praja tetap tinggal dan beraktifitas seperti biasa.
Pada 21 Juli 1947 saat Belanda melancarkan aksi militernya, Suwiryo diculik pasukan NICA di rumahnya, Menteng, Jakarta Pusat. Selama lima bulan dia disekap di daerah Jl Gajah Mada, dan kemudian November 1947 diterbangkan ke Semarang untuk kemudian ke Yogyakarta. Penculikan yang berlangsung dari tahun 1947-1949 itu sempat membuat Suwiryo terputus dari jabatannya untuk sementara dan dialihkan ke Daan Jahja.
Tahun 1949, Suwiryo kembali menapaki tanah jakarta dan Presiden Soekarno pun mengembalikan jabatannya sebagai Walikota Jakarta pada 17 Februari 1950 hingga 1951. Setelah berjuang melawan sakit yang diderita, akhirnya pada 27 Agustus 1967 Suwiryo menghembuskan nafas terakhir dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.
Quote:
2. Daan Jahja (1948 - 1950)
Saat Raden Suwiryo diculik oleh tentara Belanda dan diasingkan di Semarang lalu Yogyakarta, Daan Jahja lah yang untuk sementara mengambil alih kursi Jakarta 1 pada saat itu. Jahja merupakan seorang Mantan Gubernur Militer Jakarta berpangkat Letnan Kolonel TNI.
Tidak banyak informasi yang didapatkan tentang biografi pria kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Januari 1925. Namun, perannya dalam memberantas aksi kapten Westerling yang akan merebut kekuasaan negara karena tidak menerima penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949 cukuplah penting. Sebagai seorang administrator, jahja berhasil mengembalikan pemerintahan Jakarta ke pola keIndonesiaan.
Letnan Kolonel H Daan Jahja wafat pada 20 Juni 1985 tepat pada Hari Raya Idul Fitri 1405 Hijriah. Beliau wafat sepulang dari mesjid Sunda Kelapa, Jakarta usai melaksanakan salat Ied.
Spoiler for :
Saat Raden Suwiryo diculik oleh tentara Belanda dan diasingkan di Semarang lalu Yogyakarta, Daan Jahja lah yang untuk sementara mengambil alih kursi Jakarta 1 pada saat itu. Jahja merupakan seorang Mantan Gubernur Militer Jakarta berpangkat Letnan Kolonel TNI.
Tidak banyak informasi yang didapatkan tentang biografi pria kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, 5 Januari 1925. Namun, perannya dalam memberantas aksi kapten Westerling yang akan merebut kekuasaan negara karena tidak menerima penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949 cukuplah penting. Sebagai seorang administrator, jahja berhasil mengembalikan pemerintahan Jakarta ke pola keIndonesiaan.
Letnan Kolonel H Daan Jahja wafat pada 20 Juni 1985 tepat pada Hari Raya Idul Fitri 1405 Hijriah. Beliau wafat sepulang dari mesjid Sunda Kelapa, Jakarta usai melaksanakan salat Ied.
Quote:
3. Sjamsuridjal (1951-1953)
Sebelum dikenal sebagai walikota Jakarta, Sjamsuridjal menjabat sebagai wali Kota Bandung dan Solo. Saat menduduki Jakarta satu, Sjamsuridjal dikenal dengan kebijakan terkait permasalahan kesejahteraan rakyat, seperti, listrik, masalah air minum, pelayanan kesehatan, pendidikan dan kebijakan tanah.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) pun dibangun Sjamsuridjal di kawasan Ancol guna mengatasi permasalahan listrik yang kerap padam saat itu. Tidak hanya itu, pria yang menjabat sebagai Wali Kota Jakarta selama dua tahun ini juga membangun penyaringan air di karet, penambahan pipa, peningkatan suplai air di Bogor untuk meningkatkan penyediaan air minum. Pengembangan Universitas Indonesia pun menjadi perhatian Sjamsuridjal.
Spoiler for :
Sebelum dikenal sebagai walikota Jakarta, Sjamsuridjal menjabat sebagai wali Kota Bandung dan Solo. Saat menduduki Jakarta satu, Sjamsuridjal dikenal dengan kebijakan terkait permasalahan kesejahteraan rakyat, seperti, listrik, masalah air minum, pelayanan kesehatan, pendidikan dan kebijakan tanah.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) pun dibangun Sjamsuridjal di kawasan Ancol guna mengatasi permasalahan listrik yang kerap padam saat itu. Tidak hanya itu, pria yang menjabat sebagai Wali Kota Jakarta selama dua tahun ini juga membangun penyaringan air di karet, penambahan pipa, peningkatan suplai air di Bogor untuk meningkatkan penyediaan air minum. Pengembangan Universitas Indonesia pun menjadi perhatian Sjamsuridjal.
Quote:
4. Sudiro (1953-1960)
Sudiro memimpin pemerintahan jakarta yang saat itu bernama 'Kota Praja Jakarta Raya' sejak tahun 1953 sampai 1960. Sudiro adalah seorang pendidik dan guru.
Kebijakannya yang masih tetap dipakai hingga kini ialah, pemecahan wilayah terkecil, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Kampung (RK) yang kemudian berubah menjadi Rukun Warga (RW). Tidak hanya itu, Sudiro juga memecah Jakarta menjadi tiga wilayah administratif dengan sebutan Kebupaten yang dikepalai oleh seorang patih. Tiga wilayah tersebut meliputi, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan.
Di bawah pimpinan Sudiro lah tercetus ide pembangunan Monumen Nasional (Monas). Hal tersebut pun didukung Presiden Soekarno. Namun, pelaksanaannya baru dilakukan saat kepemimpinan Soemarmo. Keinginan Sudiro yang lain, ialah melestarikan gedung-gedung serta sejumlah monumen bersejarah. Desember 1959, Sudiro memutuskan untuk tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai kepala pemerintahan Jakarta.
Spoiler for :
Sudiro memimpin pemerintahan jakarta yang saat itu bernama 'Kota Praja Jakarta Raya' sejak tahun 1953 sampai 1960. Sudiro adalah seorang pendidik dan guru.
Kebijakannya yang masih tetap dipakai hingga kini ialah, pemecahan wilayah terkecil, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Kampung (RK) yang kemudian berubah menjadi Rukun Warga (RW). Tidak hanya itu, Sudiro juga memecah Jakarta menjadi tiga wilayah administratif dengan sebutan Kebupaten yang dikepalai oleh seorang patih. Tiga wilayah tersebut meliputi, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan.
Di bawah pimpinan Sudiro lah tercetus ide pembangunan Monumen Nasional (Monas). Hal tersebut pun didukung Presiden Soekarno. Namun, pelaksanaannya baru dilakukan saat kepemimpinan Soemarmo. Keinginan Sudiro yang lain, ialah melestarikan gedung-gedung serta sejumlah monumen bersejarah. Desember 1959, Sudiro memutuskan untuk tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai kepala pemerintahan Jakarta.
Quote:
5. Soemarno (1960-1964) dan (1965-1966)
Pada masa kepemimpinan Soemarno di tahun 1959, Jakarta yang berstatus Kotapraja berganti menjadi Daerah Tingkat I dengan dikepalai oleh seorang Gubernur. Presiden Soekarno langsung mengangkat Dr Soemarno menjadi Gubernur pertama Jakarta.
Pembangunan demi pembangunan dilakukan saat pria kelahiran Rambipuji, Jember, Jawa Timur 24 April 1911 menjabat sebagai orang nomor satu di Jakarta. Monumen Nasional (Monas), Patung Selamat Datang yang menjadi ciri khas di kawasan Bundaran HI saat ini, Patung Pahlawan yang terletak di kawasan Menteng pun mulai dibangun di bawah kepemimpinan Dr Soemarno.
Soemarno yang merupakan seorang dokter dan militer juga menggagas konsep rumah minimum warga seluas 90 meter persegi di atas tanah 100 meter persegi.
Di masa kepemimpinannya, landmark-landmark Jakarta dibangun. Sebut saja Monas yang merupakan gagasan dari pemimpin sebelumnya, Sudiro, Patung Selamat Datang di Bundaran HI yang ditujukan untuk menyambut peserta Asian Games IV juga Patung Pahlawan di Menteng. Program lain yang dilakukannya saat itu antara lain, membangun rumah minimum. Proyek pertama rumah minimum dibangun di Raden Saleh, Karang Anyar, Tanjung Priok dan Bandengan Selatan.
Setelah menjadi gubernur, Soemarno menjadi Mendagri. Kemudian merangkap menjadi Gubernur Jakarta kembali karena menggantikan gubernur Henk Ngantung yang karena alasan kesehatan mundur dari jabatan itu.
Spoiler for :
Pada masa kepemimpinan Soemarno di tahun 1959, Jakarta yang berstatus Kotapraja berganti menjadi Daerah Tingkat I dengan dikepalai oleh seorang Gubernur. Presiden Soekarno langsung mengangkat Dr Soemarno menjadi Gubernur pertama Jakarta.
Pembangunan demi pembangunan dilakukan saat pria kelahiran Rambipuji, Jember, Jawa Timur 24 April 1911 menjabat sebagai orang nomor satu di Jakarta. Monumen Nasional (Monas), Patung Selamat Datang yang menjadi ciri khas di kawasan Bundaran HI saat ini, Patung Pahlawan yang terletak di kawasan Menteng pun mulai dibangun di bawah kepemimpinan Dr Soemarno.
Soemarno yang merupakan seorang dokter dan militer juga menggagas konsep rumah minimum warga seluas 90 meter persegi di atas tanah 100 meter persegi.
Di masa kepemimpinannya, landmark-landmark Jakarta dibangun. Sebut saja Monas yang merupakan gagasan dari pemimpin sebelumnya, Sudiro, Patung Selamat Datang di Bundaran HI yang ditujukan untuk menyambut peserta Asian Games IV juga Patung Pahlawan di Menteng. Program lain yang dilakukannya saat itu antara lain, membangun rumah minimum. Proyek pertama rumah minimum dibangun di Raden Saleh, Karang Anyar, Tanjung Priok dan Bandengan Selatan.
Setelah menjadi gubernur, Soemarno menjadi Mendagri. Kemudian merangkap menjadi Gubernur Jakarta kembali karena menggantikan gubernur Henk Ngantung yang karena alasan kesehatan mundur dari jabatan itu.
Quote:
6. Henk Ngantung (1964-1965)
Pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 1 Maret 1921 ini bernama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung. Sebelum menjabat sebagai orang nomor satu di jakarta, Henk Ngantung kerap akrab dengan dunia seni, terlebih seni lukis. Bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia turut mendirikan "Gelanggang". Ngantung juga pernah menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok, 1955-1958. Seniman yang tergabung dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) ini merupakan pemrakarsa berdirinya Sanggar Gotong Royong.
Presiden Soekarno yang menginginkan Jakarta menjadi kota budaya, menunjuk langsung Ngantung sebagai Jakarta satu, karena melihat bakat artistik yang dimilikinya.
Hanya menjabat setahun, Henk mundur karena masalah kesehatannya, yakni digerogoti penyakit jantung dan glukoma hingga buta. Soemarno kemudian melanjutkan masa jabatan Henk.
Patung Selamat Datang adalah hasil sketsa Henk, setelah digagas oleh Bung Karno. Henk pula yang membuat lambang DKI Jakarta dan Kostrad. Salah satu pengalaman yang barangkali menarik ialah tatkala presiden memanggilnya ke istana hanya untuk mengatakan bahwa pohon-pohon di tepi jalan yang baru saja dilewati dikurangi. Masalah pengemis yang merusak pemandangan Jakarta tak lepas dari perhatian Ngantung. Tetapi, semua upaya untuk itu tak berhasil.
Spoiler for :
Pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 1 Maret 1921 ini bernama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung. Sebelum menjabat sebagai orang nomor satu di jakarta, Henk Ngantung kerap akrab dengan dunia seni, terlebih seni lukis. Bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia turut mendirikan "Gelanggang". Ngantung juga pernah menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok, 1955-1958. Seniman yang tergabung dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) ini merupakan pemrakarsa berdirinya Sanggar Gotong Royong.
Presiden Soekarno yang menginginkan Jakarta menjadi kota budaya, menunjuk langsung Ngantung sebagai Jakarta satu, karena melihat bakat artistik yang dimilikinya.
Hanya menjabat setahun, Henk mundur karena masalah kesehatannya, yakni digerogoti penyakit jantung dan glukoma hingga buta. Soemarno kemudian melanjutkan masa jabatan Henk.
Patung Selamat Datang adalah hasil sketsa Henk, setelah digagas oleh Bung Karno. Henk pula yang membuat lambang DKI Jakarta dan Kostrad. Salah satu pengalaman yang barangkali menarik ialah tatkala presiden memanggilnya ke istana hanya untuk mengatakan bahwa pohon-pohon di tepi jalan yang baru saja dilewati dikurangi. Masalah pengemis yang merusak pemandangan Jakarta tak lepas dari perhatian Ngantung. Tetapi, semua upaya untuk itu tak berhasil.
.
Diubah oleh Mr.samuel 28-10-2012 14:22
0
2.4K
Kutip
13
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan