Saat dirusak masjid yang sering dipakai Jamaat Ahmadiyah tersebut hanya diisi sekitar 10 orang jamaah, delapan pria dan dua orang perempuan.

Massa dari FPI Bandung Raya yang berjumlah sekitar 20 orang tersebut awalnya tidak sengaja mendatangi Masjid An Nasir Gang H Sapari Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astana Anyar. Mereka saat itu sudah pulang merazia minuman keras (miras), namun saat lewat depan masjid diketahui ada aktivitas di sana.

Lantaran melanggar Pergub Jabar yang menetapkan melarang segala bentuk aktivitas Jemaah Ahmadiyah, pihak FPI pun kesal hingga berujung insiden perusakan kaca masjid tersebut.

"Awalnya kita nggak ada niat. Usai pulang sweeping miras, dan lewat depan masjid di dalam banyak orang, dan simbol-simbol Ahmadiyah masih dipakai. Padahal kan sudah dilarang," kata Wali Laskar FPI Bandung Raya, Muhammad Asep Abdurahman alias Utep saat ditemui di Mapolrestabes Bandung, Jumat (26/10/2012) dini hari.

Utep menyebutkan, saat itu di dalam ada sekitar 10 jamaah, delapan laki-laki dan dua orang perempuan. Memang saat masuk ke sana tidak ada kegiatan, seperti takbir atau lainnya. Namun saat salah seorang dari mereka ditanya, dia menjawab seorang mubalig untuk kegiatan besok.

"Kalau begitu besok berarti ada kegiatan, Ahmadiyah kan sudah dilarang," papar Utep yang mengenakan jaket beratribut FPI.

Polisi yang mengetahui kedatangan massa FPI langsung menengahi, dan membawa tiga perwakilan Ahmadiyah dan sejumlah pengurus FPI ke Polsekta Astana Anyar untuk bernegosiasi. Namun, negosiasi yang dilakukan buntu yakni saat FPI mendesak agar Ahmadiyah buat pernyataan untuk tidak ada kegiatan lagi, dan pihak Ahmadiyah pun tidak memberi jawaban.

Tidak bergemingnya pihak Ahmadiyah, membuat Utep naik darah dan saat itu dia memberikan waktu sekitar 15 menit untuk memberikan pernyataan kepada pihak Ahmadiyah. Namun sampai waktu yang ditentukan pihak Ahmadiyah tidak juga memberikan jawaban yang diharapkan.

"Saya marah dan langsung mendatangi masjid dan menghancurkan kaca jendela dengan tangan kosong. Sedangkan laskar hanya diam, emosi saya saat itu kesulut sama sikap Ahmadiyah," bebernya.

"Ini harga mati, tidak boleh ada kegiatan lagi yang dilakukan Ahmadiyah. Kalau masih ada kegiatan, berarti ngajak perang sama kita," tegasnya.

Sementara itu, aksi perusakan yang dilakukan oleh oknum FPI disinyalir pihak kepolisian dilakukan secara spontan. Karena ada ungkapan dari pihak Ahmadiyah yang menyinggung orang-orang FPI.

"Itu spontan dilakukan. Karena ada ungkapan orang Ahmadiyah yang menyinggung massa FPI," kata Wakapolrestabes Bandung AKBP Dadang Hartanto kepada wartawan di lokasi kejadian.

Dadang pun mengakui kalau anggotanya sudah mengetahui kedatangan massa dari FPI tersebut. Intinya, mereka ingin Ahmadiyah mematuhi peraturan Gubernur Jabar soal tidak adanya aktivitas Ahmadiyah. Selanjutnya, perwakilan FPI dan Ahmadiyah dibawa ke Polsek Astanaanyar untuk bernegosiasi.

Saat kedua belah pihak berunding di Polsek Astanaanyar, ternyata pihak FPI yang berada di masjid melakukan perusakan. Sebuah kaca jendela di lantai satu pecah dihancurkan.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polrestabes Bandung AKBP Wijonarko membantah kalau pihaknya kecolongan dengan adanya aksi perusakan di Masjid Ahmadiyah tersebut.

"Nggak kita nggak kecolongan. Kita sempat menahan aksi mereka. Dan untuk menegakan hukum, barang bukti berupa pecahan kaca jendela sudah kita amankan," tandas Wijonarko.[ang]

SUMBER : Klik di Sini