- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
"Angngaru" Adat Bugis/Makassar yang mulai tertinggal


TS
nurHdayat
"Angngaru" Adat Bugis/Makassar yang mulai tertinggal
Quote:
WELCOME
Quote:
Spoiler for No Repost:

Quote:
Adakah diantara kalian yang dari sulsel yang mengetahui "ANGNGARU"
.Mungkin hanya sebagian kecil yang tahu, sayapun yang orang mendengar saat pertama kali mendengarnya terasa ganjil . Kemajuan zaman dan banyaknya budaya asing yang masuk ke negara ini membuat budaya kita terlupakan dan lebih buruknya diambil oleh bangsa asing. Di indonesia mempunyai lebih dari ribuan budaya
. Saya prihatin jika tidak di lestarikan bisa hilang di telan zaman



Quote:
Oke lanjut kembali kepermasalahan. Angngaru berasal dari kata Aru yang jika diartikan secara harfiah berarti melakukan amuk. Namun jika kita melihat esensi dari arti angngaru atau aru(di bone namanya manggaru) maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa arti dari angngaru atau aru adalah sebuah ikrar setia yang dilakukan oleh seorang to barani (prajurut atau panglima perang) dihadapan sang raja atau "Angngaru' ini menjadi sumpah setia kepada raja, akan mati mendahuluinya jika ada yang berani menganggu rajanya Aru biasa juga dipersembahkan dihadapan pemimpin tamu atau raja / karaeng yang datang sebagai raja atau pemimpin sahabat atau pemimpin / raja yang lebih tinggi kedudukannya.
nih gan salah satu contoh dari aru pasukan Bontomarannu yang juga disebut aru tubarani (sumpahnya orang-orang berani)
Spoiler for gambar:
Spoiler for 1:

Spoiler for 2:

Spoiler for 3:
nih gan salah satu contoh dari aru pasukan Bontomarannu yang juga disebut aru tubarani (sumpahnya orang-orang berani)
Spoiler for Aru:
Biimillahi Rahmani Rahim
Atta…karaeng (sungguh…karaeng)
Tabe’ kipammoporang mama’ (maafkan aku)
Ridallekang labbiritta (diharibaanmu yang mulia)
Risa’ri karatuanta (di sisi kebesaranmu)
Riempoang matinggita (di tahtamu yang agung)
Inakkemi anne karaeng (akulah karaeng)
Lambara tatassallanna Gowa (satria dari tanah Gowa)
Nakareppekangi sallang karaeng (akan memecahkan kelak)
Pangngulu ri barugayya (hulu keris di arena)
Nakatepokangi sallang karaeng (akan mematahkan kelak)
Pasorang attangnga parang (gagang tombak di tengah gelanggang)
Inai-naimo sallang karaeng (barang siapa jua)
Tamappatojengi tojenga (yang ‘tak membenarkan kebenaran)
Tamappiadaki adaka (yang menantang adat budaya)
Kusalagai siri’na (kuhancurkan tempatnya berpijak)
Kuisara parallakkenna (kululuhkan ruang geraknya)
Berangja kunipatebba (aku ibarat parang yang dihantamkan)
Pangkulu kunisoeyang (kapak yang diayungkan)
Ikau anging karaeng (engkau ibarat angin karaeng)
Naikambe lekok kayu (aku ibarat daun kayu)
Mirikko anging (berhembuslah angin)
Namarunang lekok kayu (ku rela gugur bersamamu)
Iya sani madidiyaji nurunang (hanya yang kuning gugurkan)
Ikau je’ne karaeng (engkau ibarat air karaeng)
Naikambe matang mamayu (aku ibarat batang kayu)
Solongko je’ne (mengalirlah air)
Namamayu batang kayu (ku rela hanyut bersamamu)
Iya sani sompo bonangpi kianyu (di air pasang kami hanyut)
Ikau jarung karaeng (engkau ibarat jarum karaeng)
Naikambe bannang panjai (aku ibarat benang jahit)
Ta’leko jarung (menembuslah jarum)
Namminawang bannang panjai (aku akan ikut bekas jejakmu)
Iya sani lambusuppi nakontu tojeng (hanya mengikuti kebenaran)
Makkanamamaki mae karaeng (bersabdalah karaeng)
Naikambe mappajari (aku akan berbuat)
Mannyabbu mamaki mae karaeng (bertitahlah karaeng)
Naikambe mappa’rupa (aku akan berbakti)
Punna sallang takammayya (bila nanti janji tidak kutepati)
Aruku ri dallekanta (sebagaimana ikrarku di depanmu)
Pangkai jerakku (pasak pusaraku)
Tinra bate onjokku (coret namaku dalam sejarah)
Pauwang ana’ ri boko (sampaikan pada generasi mendatang)
Pasang ana’ tanjari (pesankan pada anak-cucu)
Tumakkanayya karaeng (apabila hanya mampu berikrar karaeng)
Natanarupai janjinna (tapi tidak mampu membuktikan ikrarnya)
Sikammajinne aruku ri dallekanta (demikian ikrarku dihadapanmu)
Dasi nadasi nana tarima pa’ngaruku (semoga Tuhan mengabulkannya)
Salama…(amin…)
Atta…karaeng (sungguh…karaeng)
Tabe’ kipammoporang mama’ (maafkan aku)
Ridallekang labbiritta (diharibaanmu yang mulia)
Risa’ri karatuanta (di sisi kebesaranmu)
Riempoang matinggita (di tahtamu yang agung)
Inakkemi anne karaeng (akulah karaeng)
Lambara tatassallanna Gowa (satria dari tanah Gowa)
Nakareppekangi sallang karaeng (akan memecahkan kelak)
Pangngulu ri barugayya (hulu keris di arena)
Nakatepokangi sallang karaeng (akan mematahkan kelak)
Pasorang attangnga parang (gagang tombak di tengah gelanggang)
Inai-naimo sallang karaeng (barang siapa jua)
Tamappatojengi tojenga (yang ‘tak membenarkan kebenaran)
Tamappiadaki adaka (yang menantang adat budaya)
Kusalagai siri’na (kuhancurkan tempatnya berpijak)
Kuisara parallakkenna (kululuhkan ruang geraknya)
Berangja kunipatebba (aku ibarat parang yang dihantamkan)
Pangkulu kunisoeyang (kapak yang diayungkan)
Ikau anging karaeng (engkau ibarat angin karaeng)
Naikambe lekok kayu (aku ibarat daun kayu)
Mirikko anging (berhembuslah angin)
Namarunang lekok kayu (ku rela gugur bersamamu)
Iya sani madidiyaji nurunang (hanya yang kuning gugurkan)
Ikau je’ne karaeng (engkau ibarat air karaeng)
Naikambe matang mamayu (aku ibarat batang kayu)
Solongko je’ne (mengalirlah air)
Namamayu batang kayu (ku rela hanyut bersamamu)
Iya sani sompo bonangpi kianyu (di air pasang kami hanyut)
Ikau jarung karaeng (engkau ibarat jarum karaeng)
Naikambe bannang panjai (aku ibarat benang jahit)
Ta’leko jarung (menembuslah jarum)
Namminawang bannang panjai (aku akan ikut bekas jejakmu)
Iya sani lambusuppi nakontu tojeng (hanya mengikuti kebenaran)
Makkanamamaki mae karaeng (bersabdalah karaeng)
Naikambe mappajari (aku akan berbuat)
Mannyabbu mamaki mae karaeng (bertitahlah karaeng)
Naikambe mappa’rupa (aku akan berbakti)
Punna sallang takammayya (bila nanti janji tidak kutepati)
Aruku ri dallekanta (sebagaimana ikrarku di depanmu)
Pangkai jerakku (pasak pusaraku)
Tinra bate onjokku (coret namaku dalam sejarah)
Pauwang ana’ ri boko (sampaikan pada generasi mendatang)
Pasang ana’ tanjari (pesankan pada anak-cucu)
Tumakkanayya karaeng (apabila hanya mampu berikrar karaeng)
Natanarupai janjinna (tapi tidak mampu membuktikan ikrarnya)
Sikammajinne aruku ri dallekanta (demikian ikrarku dihadapanmu)
Dasi nadasi nana tarima pa’ngaruku (semoga Tuhan mengabulkannya)
Salama…(amin…)
Quote:
Mungkin ada yang bingung bagaimana cara melestarikan angngaru kan raja tinggal sedikit atau sudah tidak ada.
sekarang angngaru di pakai untuk menyambut tamu atau pemimpin di suatu acara

Quote:
Quote:




Diubah oleh nurHdayat 26-10-2012 15:13
0
16.8K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan