[U][/U Iman adalah Karunia Terbesar
Manusia banyak yang terkecoh dengan kehidupan dunia. Mereka mengira bahwa kesuksesan dunia tanda kebaikan bagi dirinya. Padahal sesungguhnya, kemapanan dunia sebenarnya bukan berarti tanda kebaikan baginya, bukan tanda bahwa Alloh mencintainya. Karena dunia ini Alloh berlian kepada siapa saja yang dikehendakiNya. Qarun adalah contohnya. Konglomerat zaman nabi musa ini, kekayaannya sangat banyak. Alloh mengisahkan kekayaan Qarun:
إِن قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِن مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِن اللهَ لَا يُحِب الْفَرِحِين
"Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat." (Qs. Al Qoshos [28]: 76)
Namun ternyata kekayaannya hanya menambah kesombongannya sehingga ia disiksa Alloh, harta berikut dirinya ditenggelamkan ke dalam bumi. Demikian pula dengan Fir'aun. Alloh memberinya kekuasaan di Mesir, tetapi raja lapuk ini berbuat sewenang-wenang, bahkan sampai mengaku sebagai tuhan. Ia berkata kepada rakyatnya: "Sesungguhnya saya adalah Robb kalian yang tertinggi". Akhirnya Alloh ditenggelamkan dirinya di laut merah.
Karunia kekayaan dan ketampanan juga diberikan kepada Abu Lahan karena wajahnya yang tampan berseri-seri. Demikian pula dengan isterinya, Ummu Jamil. Seorang wanita jelita. Mereka juga termasuk orang kaya. Tetapi semua karunia itu tidak mereka memiliki kedudukan mulia di sisi Alloh, bahkan mereka dipastikan sebagai salah satu penghuni neraka, sebagaimana diberitakan dalam.surat Al Lahab.
Jadi, sebenarnya dunia ini bukan segala-galanya. Ia adalah ujian bagi manusia. Sesungguhnya tanda kebaikan seseorang adalah jika Alloh memberinya karunia keimanan, kepahaman terhadap din Islam. Rosulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Alloh memberikan dunia ini kepada orang yang Dia cintai dan orang yang tidak Dia cintai. Dan Dia tidak akan memberikan din ini kecuali kepada orang yang Dia cintai. Barangsiapa yang telah Allah berikan din ini, maka Dia berarti telah mencintainya." (HR. Ahmad, no: 3490)
Dari sini hendaknya kita semua menyadari bahwa karunia keimanan, karunia Islam yang telah Allah karuniakan kepada kita itulah sumber kemuliaan. Dengannya kita bisa meraih kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akherat.
"Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan mereka lah orang-orang yang beruntung." (Qs. Al Baqarah [2]: 5)
Iman Sumber Bahagia di Dunia
Kehidupan dunia adalah kehidupan yang penuh dengan ujian dan cobaan. Baik berupa ujian kenikmatan maupun ujian kesengsaraan. Dalam menghadapi ujian tersebut, jika seseorang memiliki keimanan yang kuat, apapun problema kehidupan yang dihadapinya, akan disikapi dengan baik. Sebagaimana dikabarkan Rosulullah:

"Sungguh Menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Hal itu tidak akan terjadi kecuali bagi seorang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan maka ia bersyukur, hal itu baik baginya. Dan jika ia mendapat kesempitan maka ia bersabar dan itu juga baik baginya." (HR. Muslim, no:5315)
Apa yang disabdakan Rasululloh ini memang menjadi sebuah kenyataan dalam realita kehidupan. Ketika seorang mukmin diberi Alloh kelonggaran hidup, memiliki rizki yang penuh, maka kenikmatan tersebut akan disyukurinya digunakan untuk memenuhi kehendak Ar Rohman. Sahabat 'Utsman bin 'Affan adalah contohnya. Menantu Rasululloh ini banyak berinfak di jalan Allah dengan harta yang dikarenakan kepadanya.
Suatu saat, Rasululloh SAW memobilisasi massa untuk mempersiapkan pasukan melawan tentara Romawi. Ternyata banyak diantara penduduk yang sedih karena tidak bisa menyertai Rasululloh pergi ke Mu'tah melawan orang Romawi akibat kemiskinan mereka.
Melihat hal tersebut, Rasululloh SAW lalu naik mimbar menghitung para sahabat agar menginfakkan aa yang dipunyai di jalan Allah. Kemudian 'Utsman bin 'Affan berdiri dan siap menginfakkan 300 kuda perang berikut perbekalannya. Bahkan beliau masih menambah 1000 dinar emas untuk mencukupi kebutuhan pasukan. Beliau pula yang pernah berinfak gandum kepada penduduk Madinah sebanyak seribu onta saat musim paceklik. Dan masih banyak lagi contoh keteladanan beliau. Adapun jika mendapat musibah, maka seorang mukmin tetap tenang dengan bersabar dan mengharapkan pahala Allah. Karena seorang mukmin berkeyakinan bahwa setiap musibah yang menimpa menjadi menghapus dosa-dosanya, sebagaimana disabdakan Rasululloh SAW:

"Tidak ada sesuatupun yang menimpa seorang muslim berupa keletihan,sakit, kegundahan, kesedihan, gangguan, dan kegelisahan, sampai duri yang menancap pada dirinya kecuali Alloh akan menghapus dosa-dosanya dengannya." (HR. Muslim, no: 5210)
Kesabaran juga menjadi sarana pahala yang tidak terhingga. Alloh berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang bersabar akan diberi balasan tanpa hitungan."(Qs. Az Zumar [39]: 6)

Oleh karenanya, seorang mukmin akan mampu bersabar menghadapi musibah-musibah kehidupan.
Inilah salah satu bukti hal tersebut. Seorang wanita yang bernama Khonsa'. Ketika Mutsanna bin Haritsah Asy-Syaukani berangkat ke Qadisiyah di masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab, Khonsa' berangkat bersama keempat putranya untuk menyertai pasukan tersebut.
Di medan peperangan di saat malam ketika para pasukan sedang bersiap berperang satu sama lain, Khonsa' mengumpulkan keempat putranya untuk memberikan pengarahan kepada mereka dan mengibarkan semangat kepada mereka untuk berperang dan agar mereka tidak lari dari peperangan serta agar mereka mengharapkan syahid di jalan Alloh. Maka dengarkanlah wasiat Khonsa' yang agung tersebut:
"Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian telah masuk Islam dengan ketaatan, kalian telah berhijrah dengan sukarela dan demi Alloh yang tiada Ilah kecuali Dia, sesungguhnya kalian adalah putra-putra dari seorang wanita yang tidak pernah berkhianat kepada ayah kalian, kalian juga tidak pernah memerlukan paman kalian, tidak pernah merusak kehormatan kalian dan tidak pula berubah nasab kalian. Kalian mengetahui apa yang telah Alloh janjikan kepada kaum muslimin berupa pahala yang agung bagi orang yang memerangi orang-orang kafir, dan ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik dari negeri yang fana, Alloh berfirman:
"Hai orang-orang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan) dan bertanyalah kepada Alloh supaya kamu beruntung." (Qs. Ali Imran [3]: 200)
Maka ketika datang waktu esok, jika Alloh menghendaki kalian masih selamat,siapkanlah diri kalian untuk memerangi musuh dengan penuh semangat dan mohonlah kepada Alloh untuk kemenangan kaum muslimin. Jika kalian melihat perang telah berkecamuk, ketika api telah berkibar maka berjumlah kalian di medan laga, bersabarlah kalian menghadapi panasnya perjuangan, niscaya kalian akan berjaya dengan ghanimah dan kemuliaan atau syahid di negeri yang kekal."
Sementara itu keempat putranya mendengarkan wejangan itu dengan penuh seksama, mereka keluar dari kamar ibunya dengan menerima nasehatnya dan tekad hatinya untuk melaksanakan wasiat tersebut, maka ketika datang waktu pagi, mereka segera bergabung bersama pasukan dan bertolak untuk menghadapi musuh.
Kemudian satu persatu putra Khonsa' maju menggempur pasukan musuh hingga menemui syahidnya.
Ketika berita syahidnya empat saudara tersebut sampai kepada Khonsa', beliau tidaklah menjadi goncang ataupun meratap, bhkan beliau mengatakan suatu perkataan yang masyhur yang dicatat oleh sejarah dan akan senantiasa diulang-ulang oleh sejarah sampai waktu yang dikehendaki Alloh,yakni:
"Segala puji bagi Alloh yang telah memuliakanku dengan syahidnya mereka, dan aku berharap kepada Rabb-ku agar Dia mengumpulkan diriku dengan mereka dalam rahmat-Nya."
Padahal, dahulu sebelum masuk Islam, Khonsa' meratap sejadi-jadinya saat saudara tirinya meninggal dunia.