Tradisi Gerebek Mekotek dan Desa Kuno Bayung Gede di Bali
TS
calno
Tradisi Gerebek Mekotek dan Desa Kuno Bayung Gede di Bali
Selain pemandangan alamnya yang sangat mempesona ,terbukti dikenal sampai ke seantero dunia, Bali masih menyimpan kekayaan tradisi dan budaya dari nenek moyang kita yang masih lestari sampai sekarang.Salah satunya seperti Gerebek Mekotek atau sering disebut Mekotek di Desa Munggu, Kabupaten Badung yang masih tetap lestari sampai sekarang yang dirayakan khusus di hari raya kuningan dan salah satunya lagi adalah Desa Kuno Bayung Gede berada di Kecamatan Kintamani.
Spoiler for Gerebek Mekotek:
Prosesi gerebek mekotek ini diikuti oleh 12 banjar setempat di desa Munggu.
Gerebek Mekotek adalah ritual yang memakai sarana kayu biasanya yang paling banyak dipakai dari jenis pulet yang dimainkan secara bersama-sama untuk merayakan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan). Ritual mekotek biasanya dilaksanakan di halaman Pura Desa oleh remaja pria atau para bapak-bapak,Masyarakat yang didominasi oleh pria tua dan muda mengenakan pakaian adat ringan semua membawa sebilah tongkat kayu berukuran kurang lebih tiga sampai empat meter beriringan berjalan menuju pura desa.Mendekati areal pura desa mereka saling menyatukan tongkat yang mereka genggam dengan cara memukul-mukulkan tongkatnya hingga menyerupai bangunan segi tiga yang menjulang ke langit.Penyatuan ini menimbulkan suara yang sangat gaduh yang membuat para peserta semakin bersemangat. Kemudian sambil beramai-ramai tongkat yang sudah menyatu itupun mereka bawa berputar-putar hingga akhirnya kembali berpisah.Tak jarang saat tongkat berpencar,beberapa warga terkena tongkat tersebut. tapi tidak lantas membuat mereka kesal ataupun marah, malahan mereka bangkit kembali dengan perasaan dan senyum puas.
Para peserta yang kena pukulan tongkat harus merelakan dirinya untuk naik ke kumpulan tongkat dari para peserta yang lain.Karena ritual ini sudah sering dilaksanakan dan sudah terbiasa maka meskipun terkena pukulan tongkat ataupun terjatuh dari ujung kumpulan tongkat peserta yang ikut tidak boleh ada yang marah.
Menurut penuturan dari temanku yang juga sesekali ditambahkan oleh bapaknya, ritual yang dilaksanakan setiap enam bulan kalender bali ini sudah ada sejak tahun 1934. Namun baru mulai dilestarikan sejak tahun 1946 setelah warga Munggu terbebas dari gerubug atau wabah penyakit. Konon katanya, saking gembiranya warga terbebas dari penyakit, saat itu mereka mengacung-acungkan tombak yang mereka miliki.Tombak di mata penjajah Belanda waktu itu disimbolkan sebagai perlawanan.Namun seiring perkembangan jaman dan waktu sarana tombak itu sekarang diganti dengan sebilah kayu.
Masih menurut penuturan temanku peringatan Ritual Mekotek harus dilaksanakan bertepatan dengan hari raya kuningan, karena itu merupakan pawisik yang didapat oleh Raja Mengwi Cokorda Made Munggu,dan katanya ada pantangan, kalo ritual ini tidak dilaksanakan tidak menutup kemungkinan Munggu akan terkena gerubug lagi,sehingga ritual itu masih tetap dilaksanakan hingga sekarang. Makanya,mari kita lestarikan warisan budaya dan tradisi kuno nenek moyang kita.
Spoiler for Tradisi Mekotek:
Spoiler for Desa Bayung Gede:
Desa Bayung Gede termasuk desa kuno di Bali yang hingga kinipun masih dijaga kelestariannya. Desa ini ialah warisan budaya nenek moyang. Desa ini berada di ketinggian sekitar 900 meter diatas permukaan laut (dpl) sehingga berhawa sejuk. Warga desa yang ada disini kebanyakan menggantungkan hidupnya kepada alam, dalam arti menjadi petani yang mengelola lahan pertanian kering disesuaikan dengan iklim yang ada.
Spoiler for walah:
Desa Bayung Gede kemudian dikembangkan menjadi desa wisata baru sekitar tahun 2010 silam. Mengenai asal-usul nama Buyung Gede, belum ada sumber pasti yang bisa menjelaskan alasan penamaan itu secara valid. Namun demikian, menurut seorang ahli Thomas A Reuters menyebut Bayung Gede merupakan desa kuno yang menjadi induk dari sejumlah desa-desa kuno lainnya di Bangli seperti Penglipuran, Sekardadi, Bonyoh dan beberapa desa lainnya.
Spoiler for walah:
Ada tradisi unik yang terjadi di desa ini. Warga yang baru saja menikah dilarang memasuki pekarangan dan tidak dianggap sebagai warga Desa Bayung Gede sebelum membayar tumbakan (sejenis mas kimpoi) yang diserahkan kepada pihak desa dengan dalam bentuk dua ekor sapi, serta menjalani TapaBrata (puasa). Pengantin juga dituntut untuk melakukan prosesi Penyekeban dengan tinggal di sebuah gubug kecil di ujung desa.
Tidak hanya itu, Desa Bayung Gede memiliki tradisi unik dalam hal menguburkan ari-ari (tali pusar) bayi yang baru lahir. Jika pada umumnya tali pusar bayi ditanam di tanah, di desa ini ditempatkan di batok kelapa dan digantungkan di pohon pada “setra” (kuburan) khusus yang terletak di belakang desa dan tradisi menaruh ari-ari di dalam batok kelapa ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.
Spoiler for walah:
Spoiler for Lokasi:
Desa kuno Bayung Gede berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali –Indonesia.
semoga infonya bermanfaat dan kita semakin cinta dengan budaya kita sendiri gan