Koleksi Kaset-Kaset Metal Jokowi

Saking sukanya dengan music rock, Jokowi tak hanya menyimpan koleksi kaos band-band music cadas.

Dia juga menyimpan kaset-kaset lawas dari grup rock berbagai generasi. Tak jarang saat berkendara menggunakan mobil dinas saat masih menjadi walikota Solo, dia memutar kaset-kaset lawas itu. Kaset yang sudah rusak juga tetap dia simpan.

“Tolong ambilkan kaset-kaset saya di mobil (mobil dinas),” perintah Jokowi kepada ajudannya ketika diwawancara Solopos.com, Sabtu sore pada September tahun lalu.

Sebagian besar band-band rock mancanegara disukai Jokowi. Di antara sederet band itu ada beberapa grup band rock yang diidolakannya.

Led Zeppelin

Grup band rock dari Inggris. Dibentuk September 1968. Sebagaimana dikutip berbagai sumber, grup ini terdiri atas Jimmy Page (gitar), Robert Plant (vocal utama, harmonika), John Bonham (drum) dan John Paul Jones (bas, keyboard, mandolin). Musik Led Zeppelin menonjolkan suara gitar keras dan berat. Grup ini dinilai sebagai salah satu band heavy metal pertama. Albumnya terjual lebih dari 300 juta keeping. Starway to Heaven menjadi lagu legendaries Led Zeppelin. Bubar pada tahun 1980, pascameninggalknya John Bonham.

Metallica

Metallica beraliran heavy metal, thrash metal, speed metal dan hard rock. Grup asal Los Angeles, Amerika Serikat ini berdiri tahun 1981. Semula bernama The Young of Metal Attack. Beberapa bulan kemudian menjadi Metallica. Dikutip dari berbagai sumber, semula Metallica digawangi Lars Ulrich (drum), James Hetfield (vokal dan gitar), Lloyd Grant (gitar) dan Ron Mc Govney (bas).

Dalam perjalanannya, grup ini mengalami bongkar pasang personel. Saat ini, Metallica beranggotakan Lars Ulrich (drum), James Hetfield (vokal dan gitar), Kirk Hammett (gitar), Robert Tryjillo (bas). Agustus 2008, Metallica meluncurkan album studio mereka ke sembilan Death Magnetic. Hingga kini band tersebut masih eksis.

Lamb of God

Lebih banyak mengusung genre groove metal. Lamb of God juga dikenal dengan aliran new wave of American heavy metal. Lamb of God dibentuk tahun 1990 di Virginia, Amerika Serikat. Semula bernama Burn the Priest. Formasi mereka terdiri atas Randy Blythe (vokal), Mark Morton (gitar), Willie Adler (gitar), Jauh Campbell (bas), Chris Adler (drum).

Sebagaimana ditulis berbagai sumber, enam album telah ditelurkan. Selain itu juga satu album live dan tiga DVD. Penjualan rata-rata album mereka sekitar 2 juta keping di wilayah Amerika. Tahun 2007, meraih penghargaan Grammy Award kategori Best Metal Performance. Pernah tampil di Indonesia pada 2009

Kecintaan Jokowi terhadap musik rock sejak duduk di SMAN 6 Solo berlanjut hingga dia kuliah di Fakultas Kehutanan UGM Yogkarta. Soal penampilan tak tanggung-tanggung. Saat itu dia biarkan rambutnya gondrong sebahu.

“Pasti Anda bisa membayangkan kan? Bagaimana waktu itu saya yang kurus juga seperti ini, rambut saya gondrong segini ,” ujar Jokowi sambil menempelkan tangan kanannya di bahunya.

Jokowi pun keberatan jika foto dirinya yang masih berambut gondrong diekspos di media massa.

“Kalau itu (foto rambut gondrong) janganlah. Ya, karena sekarang saya jadi pejabat publik, nanti dikiranya apa. Janganlah,” kelitnya sambil terkekeh.

Demi cinta rock itu pula, saat itu setiap ada pentas musik rock dia datangi. Waktu itu banyak band-band lokal yang memainkan lagu-lagu rock dari band-band mancanegara. Dia menjadi penonton yang tertib. Ikut antre berjam-jam untuk mendapatkan tiket, ikut berdesak-desakan saat menonton konser, berjingkrak hingga menyanyikan lagu yang sedang dibawakan.

Kaset hingga kaos pun tak luput dari buruannya. Aktivitas yang satu itu terus berlangsung meski dia menjadi Walikota Solo. Jokowi memiliki puluhan kaset dari grup rock Jadul hingga sekarang. Kaset yang sebagian besar dibelinya saat dia masih sekolah itu, dia koleksi dan dia simpan. “Memang ada beberapa yang sudah brudul. Ya saya simpan saja buat kenang-kenangan.”

Pun halnya dengan koleksi kaos. Dia memiliki puluhan kaos yang bergambar atau ilustrasi dari berbagai grup rock. Ada kaos bergambar Napalm Death, Lamb of God, Metallica dan masih banyak lagi.

Kaos-kaos itu sebagian besar dibelinya di tempat-tempat yang dia datangi. Soal harga, Jokowi tak punya patokan. Kaos seharga di bawah Rp100.000 juga ia beli.

Diakui Jokowi, jabatannya saat itu sebagai Walikota Solo, membuatnya sedikit ngerem untuk melampiaskan kecintaannya terhadap musik rock itu. Misalkan, buat nonton konser. Meski dia ingin sekali setiap konser rock yang menghadirkan grup terkenal dia saksikan, dia tak memenuhinya. Kini kecintaan Jokowi terhadap musik rock dia salurkan di ruang-ruang privatnya. Mendengarkan lagu-lagu rock hingga bersenandung kecil.

Musik rock bagi Jokowi tak identik dengan kekerasan dan ugal-ugalan. Dia pun tak sungkan memberikan salam tiga jari kepada siapa saja yang mencintai musik rock. “Salam tiga jari itu salam metal. Itu sebuah kode bagi para pencinta rock.”

Kecintaan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) menyukai music rock tak terbendung hingga kini. Sejak SMA sudah jatuh cinta dengan musik keras ini. Ungkapan jangan lihat buku dari sampulnya, cukup tepat disematkan ke rock.

Aliran musik yang lebih banyak didominasi oleh drum, gitar, bas dan vokal ini emang terkesan kedumbrangan, urakan dan tak beraturan. Namun dibalik kemasannya itu syair-syair lagunya mengandung makna yang mendalam.

Lirik lagu rock tak melulu soal cinta. Justru lebih banyak menyuarakan ketimpangan sosial, kemiskinan, kondisi sosial, korupsi hingga seputar problema hukum.

Alasan itu pula kenapa orang nomor satu di Jakarta mencintai rock. Dia menyebut syair-syair yang diusung lagu rock sebanyak syair penyemangat. Lagu-lagunya itu mempunyai jiwa, mendalam dan tak asal-asalan.

“Saat itu saya melihat syairnya itu (lirik lagu rock–red) boleh dibilang syair pemberontakan yang tak suka dengan kondisi yang ada. Ada juga lirik soal pemberantasan korupsi, lingkungan hidup dan lainnya. Syair- syairnya itu kaya makna,” tandasnya seraya menyebutkan beberapa judul lagu yang menurutnya syairnya dibuat asal hanya untuk memenuhi selera asal.

Syair lagu rock yang kaya makna itu berbeda dengan syair-syair lagu lain. Misalnya, Jokowi menyebut lagu Starway to Heaven milik Led Zepplin—grup rock tahun 1970-an. Lagu yang mengusung permainan gitar akustik itu mengisahkan bagaimana mendapatkan kedamaian yang tak bisa diukur dari harta benda berlimpah. Cara mendapatkan kedamaian itulah yang disebutnya sebagai jalan menuju surga. Demikian halnya dengan lagu Soldier of Fortune milik Deep Purple.

Saat Jokowi masih bersekolah di bangku SMA, grup music rock di era 70-an makin bermunculan. Bukan karena latah, dia menyukai Led Zepplin, Nazareth, Deep Purple, Queen, Black Sabbath, Metallica dan Lamb of God.

Bebas berekspresi menjadi alasan Jokowi menyukai musik rock. Beda halnya jenis musik lain yang kadang mengenal “aturan” rock bagi Jokowi sebagai media untuk meluapkan ekspresinya.

Saat menyaksikan konser musik rock, penonton bebas berekspresi apa saja. Loncat-loncat, geleng-geleng kepala (headbang), teriak-teriak hingga jumpalitan.

Pun halnya dengan pakaian yang dikenakan. Tak ada batasan dan tak ada aturan.

“Beda halnya kalau kita nonton konser musik klasik. Harus pakai tuksedo pakaian rapi duduk tenang. Nonton rock terserah kita mau pakai apa. Itulah yang membuat saya suka musik keras,” ujar bapak tiga putera ini kepada Solopos.com, suatu sore di September tahun lalu.

Saat masih duduk di bangku SMA dan kuliah, Jokowi tak sungkan ikut berjingkrak-jingkrak mengikuti irama musik kala nonton konser.

Sikap “bebas” itu agak dia rem, saat menjabat sebagai Walikota Solo. “Takut ketangkap kamera,” ujarnya.

Sebagai gambaran saat nonton konser Linkin Park tahun lalu di Jakarta. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya dari beberapa sorotan kamera.

“Waktu itu saya sudah berusaha tak memberi tahu siapa pun saya nonton Linkin Park. Tapi ya ketahuan juga, beberapa kamera televisi dan media berusaha motret saya, tapi saya delik-delik,” ujarnya terkekeh-kekeh.

Bagi Jokowi beragam jenis aliran musik rock dari mulai heavy metal hingga rock alternative tetap disukainya. Menurutnya, genre atau aliran rock tersebut hanyalah variasi atau beragam jenis aliran musik rock yang justru semakin memperkaya musik rock itu sendiri. Dia tak mengidolakan khusus salah satu jenis musik rock. “Rock is rock, apapun itu saya tetap suka,” tandasnya.