- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cerita biasa dari seorang biasa
TS
milanisti40
Cerita biasa dari seorang biasa
Hi agan sista, Permisi ane mau bagi cerita ane
Aku adalah seorang yang biasa. Hidup di antara dua orang tua ku yang biasa saja, kehidupan perjuangan yang biasa, kisah cinta yang biasa, semuanya biasa saja. Ya, aku hanya orang biasa yang mencoba menjadi tidak biasa.
Perkenalkan, namaku Denis. Aku adalah seorang yang biasa, dengan keberuntungan yang biasa saja. Kulitku coklat kehitaman, ditambah dengan wajah yang standar, bila terlalu jujur dibilang jelek menunjukkan bahwa aku orang yang biasa saja, tidak rupawan, dan tidak akan memberikan kesan pada pandangan pertama.
Padahal dosenku pernah berkata: "You''ll Never get second first impression". Benar, technically, aku tidak akan pernah mendapatkannya
Flashback sejenak. Hari ini adalah pengumuman SNMPTN. Bersama dengan Falti dan Jimmy, aku akan mengecek sejauh mana kemampuanku dan keberuntunganku. Lebih tepatnya, sejauh mana kemampuanku menentukan pilihan yang tepat dengan tingkat intijensiku, dan sejauh mana keberuntunganku bisa mengalahkan pesaingku
Jimmy : Tuh ada yang jual koran
Segera aku mendatangi si penjual koran dan menyerahkan dua lembar kertas bergambar Pattimura. Secepat kilat, tanganku langsung mencari halaman tengah. Benar, UNIMED, pilihan ketigaku, menjadi sasaran utama.
Falty: Nomor Ujian lo berapa Jim?
Jimmy masih asyik mencari namanya dan nomor ujiannya. Konsentrasi tingkat tinggi juga membuatku tidak menggubris Falty. Sejenak, aku terdiam. Kemudian menghela nafas.
Aku: Jim, Selamat, kamu diterima. Aku mengatakan hal itu sembari menunjuk nama Jimmy diterima di salah satu Fakultas di Unimed. Jimmy bersorak kegirangan, seolah tidak menyadari ada dua pria gagal disampingnya.
Jimmy: Yeah, yeah...
Aku tidak mengerti perasaan apa ini. Jimmy yang jebol, aku malah sedih. Butuh waktu lama aku untuk mengerti perasaan ini hingga menonton film 3 idiot yang mengatakan:
"Kita akan sedih bila kawan kita gagal. Namun kita akan lebih sedih lagi bila kawan kita lebih baik dari kita"
Aku membeli koran dengan harapan melihat namaku tertera untuk pertama kalinya dalam hidupku di surat kabar, kenyataannya aku harus melihat nama Jimmy di koran.
Falti : Kita ke warnet aja. Lihat hasilnya biar lebih pasti.
Aku : Oke, ide bagus
Seorang gadis yang berusia sekitar dua tahun di atas kami menjadi penjaga warnet. Falti maju ke depan dan memesan komputer.
Falti: Mbak, sejam make internet berapa ya?
Penjaga Warnet: 4000 rupiah
Falti: Mbak, ada komputer yang kosong ga?
Penjaga Warnet: Penuh semuanya
Falti: Serius dong Mbak, kita lagi butuh ni buat cek hasil SNMPTN
Penjaga Warnet: Iya Bang, semuanya penuh
Falti: Tapi Nomor Hape ada kan Mbak?
penjaga warnet:
Ane:
Tak lama berselang seorang pengguna mengakhiri aktivitasnya. Tanpa diperintah lagi, kami langsung menyerobot ke dalam. Memperbaiki posisi, dan mulai membuka komputer.
Falti :Sini,nomor ujian lo.
Ada sedikit kegentaran dalam hatiku. Kuberikan kartu ujianku. Demikian halnya dengan Jimmy. Jimmy angkat suara. Dia memberikan sebuah ide bagus untuk mengurangi potensi shock jantung bagiku dan Falti.
Jimmy: Ti, coba masukin nomorku aja lebih dulu. Kan kita tahu bagaimana balasan untuk yang menang SNMPTN
Falti: Boljug nih. Oke2. Dengan cekatan tangan Falti memasukkan nomor ujian Jimmy. Hasilnya, "Selamat, anda diterima di Fakultas Il. Tek.Elektro Unimed".
Falti: Oke, sekarang giliran lo Nis.
Ada ketakutan besar dalam diriku. Percobaan pertama gagal alias koneksi Internetnya memalukan
Kesempatan kedua...
Selamat, Anda diterima di Fak. Tek. Elektro Sriwijaya.
Aku serasa tidak percaya. It's very awesome, man. Suasana gaduh di warnet seketika terjadi akibat perbuatan kami. Wait a minute, How with Falti ? Falti tidak lulus SNMPTN. Hari ini kami tidak bisa merayakan keberhasilan Jimmy dan diriku, karena Falti gagal
------
Hari ini aku pulang dengan semangat. Maklum, aku tidak perlu memusingkan kemana aku akan kuliah. Sebuah universitas negeri dengan jurusan yang kuminati jelas menjadi jawaban yang baik . Sayangnya, aku masih menunggu satu lagi hasil pengumuman. Di daerahku, ada sebuah politeknik yang sangat terkenal baik. Bila kampus mereka mengusung sebuah harapan "Meraih Nobel dari Pinggir Danau Toba", maka mahasiswanya lebih dikenal dengan istilah "Kuliah di Kampung, Kerjanya di Kota." Anehnya, kami tidak begitu banyak mendapat informasi mengenai kampus ini dari publik.
Diawali test tahap pertama yaitu potensi akademik, berjumlah ratusan orang, namun hanya 43 dari kami yang lulus tes tahap awal. Bersama dengan pemenang tes akademik lainnya, sehingga total 125, kami akan mengikuti tes psikotest. Setelah melewati psikotest, pada akhirnya aku sadar bahwa yang diambil hanya 40 orang. Kampus apa ini? Kampus yang mahasiswanya seangkatan tidak lebih dari 100 orang? Semua ini membuatku menyebut kampus ini sebagai kampus misterius .
Tentunya, aku dan Jimmy mengikuti test ini. Aku memiliki alasan mengambil test ini. Simpel saja. Orangtuaku sangat menginginkanku masuk ke dan menjadi bagian dari kampus misterius tersebut. Hal ini karena orangtuaku mendengar cerita bagaimana alumnus dari kampus tersebut dari para tetanggaku .
Pukul 11.45 siang. Aku telah di rumah. Namun, tidak ada raut kegembiraan di wajah orangtuaku. Keduanya harap2 cemas menantikan pengumuman di kampus misterius tersebut. Mereka seolah lupa bahwa aku telah memenangi sesuatu
Ketika waktu yang ditentukan tiba, orangtuaku menelepon administrasi kampus tersebut dan hasilnya...
Anak Ibu atas nama Denis, dinyatakan lulus dan diterima di kampus kita. Untuk perlengkapannya, bla...bla...bla...
What a beautiful moment? Ibuku langsung mendapatiku dan memelukku. Begitu juga dengan Ayahku. For the first time in my life, Aku membuat ibuku tersenyum dengan prestasi akademisku (selama ini kemana ya? ). In other hand, Jimmy juga lulus di kampus misterius tersebut. Sekarang, aku punya dua pilihan dan itu sulit. Apa yang akan kupilih?"
Aku menginginkan kuliah di luar daerah. Alasannya jelas, karena perguruan tinggi negeri, jurusan impianku, kebebasan untuk berekspresi dan juga berkreativitas, memanjangkan rambut , sesuatu yang tidak kudapatkan semasa sekolah, berpakaian bebas, dan juga kehadiran kaum hawa dimana-mana . Namun semua itu bertolak belakang bila aku memilih kampus miterius tersebut. Hidup di asrama, tinggal di kampung, dan pastinya tidak mengasyikkan.
Oke, orangtuaku menang . Mereka memilihku untuk melanjutkan kuliah di kampus misterius tersebut.
Aku adalah seorang yang biasa. Hidup di antara dua orang tua ku yang biasa saja, kehidupan perjuangan yang biasa, kisah cinta yang biasa, semuanya biasa saja. Ya, aku hanya orang biasa yang mencoba menjadi tidak biasa.
Quote:
Perkenalkan, namaku Denis. Aku adalah seorang yang biasa, dengan keberuntungan yang biasa saja. Kulitku coklat kehitaman, ditambah dengan wajah yang standar, bila terlalu jujur dibilang jelek menunjukkan bahwa aku orang yang biasa saja, tidak rupawan, dan tidak akan memberikan kesan pada pandangan pertama.
Padahal dosenku pernah berkata: "You''ll Never get second first impression". Benar, technically, aku tidak akan pernah mendapatkannya
Flashback sejenak. Hari ini adalah pengumuman SNMPTN. Bersama dengan Falti dan Jimmy, aku akan mengecek sejauh mana kemampuanku dan keberuntunganku. Lebih tepatnya, sejauh mana kemampuanku menentukan pilihan yang tepat dengan tingkat intijensiku, dan sejauh mana keberuntunganku bisa mengalahkan pesaingku
Jimmy : Tuh ada yang jual koran
Segera aku mendatangi si penjual koran dan menyerahkan dua lembar kertas bergambar Pattimura. Secepat kilat, tanganku langsung mencari halaman tengah. Benar, UNIMED, pilihan ketigaku, menjadi sasaran utama.
Falty: Nomor Ujian lo berapa Jim?
Jimmy masih asyik mencari namanya dan nomor ujiannya. Konsentrasi tingkat tinggi juga membuatku tidak menggubris Falty. Sejenak, aku terdiam. Kemudian menghela nafas.
Aku: Jim, Selamat, kamu diterima. Aku mengatakan hal itu sembari menunjuk nama Jimmy diterima di salah satu Fakultas di Unimed. Jimmy bersorak kegirangan, seolah tidak menyadari ada dua pria gagal disampingnya.
Jimmy: Yeah, yeah...
Aku tidak mengerti perasaan apa ini. Jimmy yang jebol, aku malah sedih. Butuh waktu lama aku untuk mengerti perasaan ini hingga menonton film 3 idiot yang mengatakan:
"Kita akan sedih bila kawan kita gagal. Namun kita akan lebih sedih lagi bila kawan kita lebih baik dari kita"
Aku membeli koran dengan harapan melihat namaku tertera untuk pertama kalinya dalam hidupku di surat kabar, kenyataannya aku harus melihat nama Jimmy di koran.
Falti : Kita ke warnet aja. Lihat hasilnya biar lebih pasti.
Aku : Oke, ide bagus
Seorang gadis yang berusia sekitar dua tahun di atas kami menjadi penjaga warnet. Falti maju ke depan dan memesan komputer.
Falti: Mbak, sejam make internet berapa ya?
Penjaga Warnet: 4000 rupiah
Falti: Mbak, ada komputer yang kosong ga?
Penjaga Warnet: Penuh semuanya
Falti: Serius dong Mbak, kita lagi butuh ni buat cek hasil SNMPTN
Penjaga Warnet: Iya Bang, semuanya penuh
Falti: Tapi Nomor Hape ada kan Mbak?
penjaga warnet:
Ane:
Tak lama berselang seorang pengguna mengakhiri aktivitasnya. Tanpa diperintah lagi, kami langsung menyerobot ke dalam. Memperbaiki posisi, dan mulai membuka komputer.
Falti :Sini,nomor ujian lo.
Ada sedikit kegentaran dalam hatiku. Kuberikan kartu ujianku. Demikian halnya dengan Jimmy. Jimmy angkat suara. Dia memberikan sebuah ide bagus untuk mengurangi potensi shock jantung bagiku dan Falti.
Jimmy: Ti, coba masukin nomorku aja lebih dulu. Kan kita tahu bagaimana balasan untuk yang menang SNMPTN
Falti: Boljug nih. Oke2. Dengan cekatan tangan Falti memasukkan nomor ujian Jimmy. Hasilnya, "Selamat, anda diterima di Fakultas Il. Tek.Elektro Unimed".
Falti: Oke, sekarang giliran lo Nis.
Ada ketakutan besar dalam diriku. Percobaan pertama gagal alias koneksi Internetnya memalukan
Kesempatan kedua...
Selamat, Anda diterima di Fak. Tek. Elektro Sriwijaya.
Aku serasa tidak percaya. It's very awesome, man. Suasana gaduh di warnet seketika terjadi akibat perbuatan kami. Wait a minute, How with Falti ? Falti tidak lulus SNMPTN. Hari ini kami tidak bisa merayakan keberhasilan Jimmy dan diriku, karena Falti gagal
------
Hari ini aku pulang dengan semangat. Maklum, aku tidak perlu memusingkan kemana aku akan kuliah. Sebuah universitas negeri dengan jurusan yang kuminati jelas menjadi jawaban yang baik . Sayangnya, aku masih menunggu satu lagi hasil pengumuman. Di daerahku, ada sebuah politeknik yang sangat terkenal baik. Bila kampus mereka mengusung sebuah harapan "Meraih Nobel dari Pinggir Danau Toba", maka mahasiswanya lebih dikenal dengan istilah "Kuliah di Kampung, Kerjanya di Kota." Anehnya, kami tidak begitu banyak mendapat informasi mengenai kampus ini dari publik.
Diawali test tahap pertama yaitu potensi akademik, berjumlah ratusan orang, namun hanya 43 dari kami yang lulus tes tahap awal. Bersama dengan pemenang tes akademik lainnya, sehingga total 125, kami akan mengikuti tes psikotest. Setelah melewati psikotest, pada akhirnya aku sadar bahwa yang diambil hanya 40 orang. Kampus apa ini? Kampus yang mahasiswanya seangkatan tidak lebih dari 100 orang? Semua ini membuatku menyebut kampus ini sebagai kampus misterius .
Tentunya, aku dan Jimmy mengikuti test ini. Aku memiliki alasan mengambil test ini. Simpel saja. Orangtuaku sangat menginginkanku masuk ke dan menjadi bagian dari kampus misterius tersebut. Hal ini karena orangtuaku mendengar cerita bagaimana alumnus dari kampus tersebut dari para tetanggaku .
Pukul 11.45 siang. Aku telah di rumah. Namun, tidak ada raut kegembiraan di wajah orangtuaku. Keduanya harap2 cemas menantikan pengumuman di kampus misterius tersebut. Mereka seolah lupa bahwa aku telah memenangi sesuatu
Ketika waktu yang ditentukan tiba, orangtuaku menelepon administrasi kampus tersebut dan hasilnya...
Anak Ibu atas nama Denis, dinyatakan lulus dan diterima di kampus kita. Untuk perlengkapannya, bla...bla...bla...
What a beautiful moment? Ibuku langsung mendapatiku dan memelukku. Begitu juga dengan Ayahku. For the first time in my life, Aku membuat ibuku tersenyum dengan prestasi akademisku (selama ini kemana ya? ). In other hand, Jimmy juga lulus di kampus misterius tersebut. Sekarang, aku punya dua pilihan dan itu sulit. Apa yang akan kupilih?"
"Oh Ibu dan Ayah Selamat Pagi
Kupergi Sekolah sampai kan nanti
Selamat belajar nak penuh semangat
Rajinlah selalu tentu kau dapat
Hormati gurumu sayangi teman
Itulah tandanya kau murid budiman"
Kupergi Sekolah sampai kan nanti
Selamat belajar nak penuh semangat
Rajinlah selalu tentu kau dapat
Hormati gurumu sayangi teman
Itulah tandanya kau murid budiman"
Aku menginginkan kuliah di luar daerah. Alasannya jelas, karena perguruan tinggi negeri, jurusan impianku, kebebasan untuk berekspresi dan juga berkreativitas, memanjangkan rambut , sesuatu yang tidak kudapatkan semasa sekolah, berpakaian bebas, dan juga kehadiran kaum hawa dimana-mana . Namun semua itu bertolak belakang bila aku memilih kampus miterius tersebut. Hidup di asrama, tinggal di kampung, dan pastinya tidak mengasyikkan.
Oke, orangtuaku menang . Mereka memilihku untuk melanjutkan kuliah di kampus misterius tersebut.
anasabila memberi reputasi
1
1.3K
Kutip
4
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan