- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bakrie Kena Batunya di London
TS
GPO2A
Bakrie Kena Batunya di London
Malang melintang di Indonesia, keluarga Bakrie kena batunya di bursa London.
Pertarungan Bakrie, salah satu orang terkuat di Indonesia dengan Rotschild di Bumi Plc, perusahaan yang tercatat di bursa London, akhirnya dimenangkan klan Rotschild.
Aburizal Bakrie yang digadang-gadang menjadi kandidat presiden 2014 mendatang, memutuskan untuk hengkang dari bursa London dengan mengambilalih kembali seluruh aset yang dimiliki Bumi Plc.
Bumi Plc dikuasai konglomerasi Indonesia dan Inggris. Grup Bakrie menguasai sekitar 23,8%, Recapital melalui Bukit Mutiara 9,8%, Samin Tan melalui PT Borneo Lumbung Energy Tbk 23,8%, Nat Rothschild 11%, dan publik 31,6%.
Keluarga Rotschild merupakan salah satu taipan perbankan Inggris yang sudah mendunia. Mereka dikenal sebagai financial engineer yang kerap memberikan pinjaman kepada korporat-korporat global. Kebesaran Rothschild tercermin dari sepak terjang Nathaniel Rothschild, generasi keempat dinasti asal Inggris tersebut.
Pendirian Vallar Plc, yang berubah nama menjadi Bumi Plc adalah salah satu aksi Nathaniel yang spektakuler. Perusahaan investasi yang tercatat di London Stock Exchange (LSE) 9 Juni 2010 lalu itu didirikan untuk mengakuisisi perusahaan tambang batubara dan bijih besi. Lewat IPO, Nathaniel meraih dana segar hingga US$1,1 miliar. Dana yang terbilang besar mengingat Vallar Plc sebenarnya cuma perusahaan kerang alias tidak memiliki aset.
Juni 2011 lalu, Nathaniel juga melakukan aksi serupa mendirikan Vallares Plc dengan nilai IPO sebesar US$2,2 miliar. Sama seperti Vallar Plc, Vallares dilepas sahamnya kepada publik tanpa memiliki aset. Jika Vallar Plc berkutat pada sektor batubara, Vallares fokus pada bisnis minyak dan gas.
Pada September 2011, Vallares melakukan tukar guling saham dengan perusahaan migas asal Turki yang bernama Genel Energy. Selanjutnya, Vallares berubah nama menjadi Genel Energy Plc pada November dan Nathaniel menjadi pemilik 50 persen sahamnya.
Perkimpoian Rotschild dan Bakrie terjadi di November 2011. Saat itu, Vallar Plc mengumumkan membeli saham dua perusahaan tambang batubara asal Indonesia, yaitu PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Vallar berganti nama menjadi Bumi Plc, dengan kepemilikan saham 29% di BUMi dan 85% di BRAU. Rothschild pun mencetak US$3 miliar dalam bentuk kepemilikan saham di BUMI dan BRAU.
Tak kalah pamornya adalah Aburizal Bakrie. Salah satu orang terkaya di Indonesia ini menjabat ketua umum Partai Golkar, dua besar partai penguasa di Indonesia. Sepak terjang kelompok Bakrie memang kerap menimbulkan kontroversi.
Bakrie memang dikenal licin bongkar pasang portofolio bisnis. Ekspansi usahanya, dilakukan dengan utang, gali lubang tutup lubang. Bahkan sangking licinnya, kasus lumpur Lapindo yang merupakan kesalahan korporasi Lapindo Minarak (milik Bakrie), bisa "memaksa" pemerintah mendanai dampak lumpur dengan anggaran negara alias uang rakyat.
Aksi fenomenal Bakrie juga sempat mendapat kecaman lembaga swadaya masyarakat global. London Metal Mining (LMN) mengecam aktifitas tambang perusahaan batubara milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di Kalimantan Timur. Penambangan anak usaha BUMI, Kaltim Prima Coal (KPC) dituding melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) karena telah merusak lingkungan dan merusak budaya serta masyarakat setempat. BUMI juga dituding melanggar aturan dengan melakukan penggelapan pajak.
Cerai dengan Rotschild
Malang melintang di Indonesia, keluarga Bakrie kena batunya di bursa London. Menghadapi "Mafia Yahudi", Bakrie bertekuk lutut harus hengkang dari Bumi Plc.
Benih-benih perceraian, Bakrie dan Rotschild di Bumi Plc sudah terlihat sejak tahun 2011, atau satu tahun sejak mereka memutuskan tukar guling saham di 2010. Manuver-manuver Bakrie di Bumi Plc kerap membuat gerah Nathaniel Rotschild.
Di 2011, pria yang akrab disapa Nat ini meminta pembersihan dalam manajemen keuangan BUMI menyusul keinginan percepatan pembayaran utang. Namun kenginan Nathaniel membersihkan manajemen BUMI tidak cukup kuat melawan kelompok Bakrie.
Justru perselisihan tersebut berujung dengan didepaknya Nathaniel dari kursi co-chairman Bumi Plc dan menjadi direktur independen. Sementara pengganti Nathaniel adalah Indra Bakrie, adapun Samin Tan menempati posisi chairman.
Nathaniel juga pernah mengirim surat kepada Presiden Direktur BUMI Ari Hudaya, meminta agar dana-dana investasi BUMI segera dicairkan untuk membayar utang. Surat tersebut merespons penundaan pencairan dana investasi BUMI sebesar US$423 juta (Rp2,3 triliun) pada PT Recapital Asset Management.
Padahal jika dana tersebut cair, BUMI bisa mempercepat penyelesaian utangnya ke CIC senilai US$638 juta (Rp6,38 triliun) yang jatuh tempo pada Oktober 2012 mendatang. Alhasil, bisa mengurangi beban bunga dan utang perseroan yang mencapai Rp30 triliun hingga 2014. Jika beban keuangan BUMI berkurang, tentu akan menguntungkan induk usahanya Bumi Plc.
Yang terbaru adalah Rotschild meminta audit investigasi BUMI dengan tuduhan penyimpangan dana. Dugaan muncul setelah auditor Bumi Plc, Price Waterhouse Coopers LLP, menurunkan dana pengembangan BUMI sebesar US$247 juta dan biaya eksplorasi PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) senilai US$390 juta menjadi nol dalam laporan keuangan konsolidasi Bumi Plc 2011. Konflik tersebut membuat Ari Sapta Hudaya yang merupakan representasi Group Bakrie di jajaran direksi Bumi Plc mengundurkan diri dari jabatan CEO.
Namun Bakrie punya jawaban lain soal "perceraiannya" dengan Rotschild di Bumi Plc. Senior Vice President Bakrie Group, Christoper Fong mengungkapkan tindakan Rotschild merugikan kelompok Bakrie.
"Tindakan yang dilakukan sebagian pemegang saham Bumi Plc merugikan perusahaan, terutama Grup Bakrie. Ini yang membuat Bakrie meminta balik saham BUMI dan mengembalikan saham Bumi Plc," kata kepada Beritasatu.com, Kamis (11/10).
Dia mengatakan, Rotschild ingin menguasai dan mengambilalih saham-saham milik keluarga Bakrie. "Kami sudah tahu rencana itu dari awal," kata Fong.
Delam beberapa kali kesempatan, Rotschild memang kerap melakukan manuver. Pada Oktober tahun 2011, Rothschild mengirim surat terbuka melalui media massa kepada Ari S. Hudaya (waktu itu CEO Bumi Plc) mengenai tata kelola perusahaan. Tindakan itu dinilai merugikan Bumi Plc karena berdampak pada penurunan harga saham perusahaan di bursa London.
Fong juga mengungkapkan, aset batubara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang memiliki wilayah operasi di Tanah Air sebaiknya dimiliki dan dikuasai putra bangsa Indonesia, bukan oleh asing.
Keluarga Bakrie akan memproteksi BUMI sebagai aset national bagi Indonesia. "Bakrie tidak akan melepaskan BUMI dikuasai oleh seseorang yang bukan dari Indonesia," kata Fong.
Kini Bakrie harus gigit jari. Niat awal ingin memperluas ekspansi usahanya melalui kendaraan Bumi Plc, namun apa daya, harus rela hengkang dari perusahaan di bursa London tersebut. Jika di Indonesia, Bakrie leluasa melakukan manuver bisnisnya, kini di Inggris Bakrie tidak berdaya.
http://www.beritasatu.com/ekonomi/77...di-london.html
sukur bin kuapok mampus bangkrut sono
Pertarungan Bakrie, salah satu orang terkuat di Indonesia dengan Rotschild di Bumi Plc, perusahaan yang tercatat di bursa London, akhirnya dimenangkan klan Rotschild.
Aburizal Bakrie yang digadang-gadang menjadi kandidat presiden 2014 mendatang, memutuskan untuk hengkang dari bursa London dengan mengambilalih kembali seluruh aset yang dimiliki Bumi Plc.
Bumi Plc dikuasai konglomerasi Indonesia dan Inggris. Grup Bakrie menguasai sekitar 23,8%, Recapital melalui Bukit Mutiara 9,8%, Samin Tan melalui PT Borneo Lumbung Energy Tbk 23,8%, Nat Rothschild 11%, dan publik 31,6%.
Keluarga Rotschild merupakan salah satu taipan perbankan Inggris yang sudah mendunia. Mereka dikenal sebagai financial engineer yang kerap memberikan pinjaman kepada korporat-korporat global. Kebesaran Rothschild tercermin dari sepak terjang Nathaniel Rothschild, generasi keempat dinasti asal Inggris tersebut.
Pendirian Vallar Plc, yang berubah nama menjadi Bumi Plc adalah salah satu aksi Nathaniel yang spektakuler. Perusahaan investasi yang tercatat di London Stock Exchange (LSE) 9 Juni 2010 lalu itu didirikan untuk mengakuisisi perusahaan tambang batubara dan bijih besi. Lewat IPO, Nathaniel meraih dana segar hingga US$1,1 miliar. Dana yang terbilang besar mengingat Vallar Plc sebenarnya cuma perusahaan kerang alias tidak memiliki aset.
Juni 2011 lalu, Nathaniel juga melakukan aksi serupa mendirikan Vallares Plc dengan nilai IPO sebesar US$2,2 miliar. Sama seperti Vallar Plc, Vallares dilepas sahamnya kepada publik tanpa memiliki aset. Jika Vallar Plc berkutat pada sektor batubara, Vallares fokus pada bisnis minyak dan gas.
Pada September 2011, Vallares melakukan tukar guling saham dengan perusahaan migas asal Turki yang bernama Genel Energy. Selanjutnya, Vallares berubah nama menjadi Genel Energy Plc pada November dan Nathaniel menjadi pemilik 50 persen sahamnya.
Perkimpoian Rotschild dan Bakrie terjadi di November 2011. Saat itu, Vallar Plc mengumumkan membeli saham dua perusahaan tambang batubara asal Indonesia, yaitu PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Vallar berganti nama menjadi Bumi Plc, dengan kepemilikan saham 29% di BUMi dan 85% di BRAU. Rothschild pun mencetak US$3 miliar dalam bentuk kepemilikan saham di BUMI dan BRAU.
Tak kalah pamornya adalah Aburizal Bakrie. Salah satu orang terkaya di Indonesia ini menjabat ketua umum Partai Golkar, dua besar partai penguasa di Indonesia. Sepak terjang kelompok Bakrie memang kerap menimbulkan kontroversi.
Bakrie memang dikenal licin bongkar pasang portofolio bisnis. Ekspansi usahanya, dilakukan dengan utang, gali lubang tutup lubang. Bahkan sangking licinnya, kasus lumpur Lapindo yang merupakan kesalahan korporasi Lapindo Minarak (milik Bakrie), bisa "memaksa" pemerintah mendanai dampak lumpur dengan anggaran negara alias uang rakyat.
Aksi fenomenal Bakrie juga sempat mendapat kecaman lembaga swadaya masyarakat global. London Metal Mining (LMN) mengecam aktifitas tambang perusahaan batubara milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di Kalimantan Timur. Penambangan anak usaha BUMI, Kaltim Prima Coal (KPC) dituding melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) karena telah merusak lingkungan dan merusak budaya serta masyarakat setempat. BUMI juga dituding melanggar aturan dengan melakukan penggelapan pajak.
Cerai dengan Rotschild
Malang melintang di Indonesia, keluarga Bakrie kena batunya di bursa London. Menghadapi "Mafia Yahudi", Bakrie bertekuk lutut harus hengkang dari Bumi Plc.
Benih-benih perceraian, Bakrie dan Rotschild di Bumi Plc sudah terlihat sejak tahun 2011, atau satu tahun sejak mereka memutuskan tukar guling saham di 2010. Manuver-manuver Bakrie di Bumi Plc kerap membuat gerah Nathaniel Rotschild.
Di 2011, pria yang akrab disapa Nat ini meminta pembersihan dalam manajemen keuangan BUMI menyusul keinginan percepatan pembayaran utang. Namun kenginan Nathaniel membersihkan manajemen BUMI tidak cukup kuat melawan kelompok Bakrie.
Justru perselisihan tersebut berujung dengan didepaknya Nathaniel dari kursi co-chairman Bumi Plc dan menjadi direktur independen. Sementara pengganti Nathaniel adalah Indra Bakrie, adapun Samin Tan menempati posisi chairman.
Nathaniel juga pernah mengirim surat kepada Presiden Direktur BUMI Ari Hudaya, meminta agar dana-dana investasi BUMI segera dicairkan untuk membayar utang. Surat tersebut merespons penundaan pencairan dana investasi BUMI sebesar US$423 juta (Rp2,3 triliun) pada PT Recapital Asset Management.
Padahal jika dana tersebut cair, BUMI bisa mempercepat penyelesaian utangnya ke CIC senilai US$638 juta (Rp6,38 triliun) yang jatuh tempo pada Oktober 2012 mendatang. Alhasil, bisa mengurangi beban bunga dan utang perseroan yang mencapai Rp30 triliun hingga 2014. Jika beban keuangan BUMI berkurang, tentu akan menguntungkan induk usahanya Bumi Plc.
Yang terbaru adalah Rotschild meminta audit investigasi BUMI dengan tuduhan penyimpangan dana. Dugaan muncul setelah auditor Bumi Plc, Price Waterhouse Coopers LLP, menurunkan dana pengembangan BUMI sebesar US$247 juta dan biaya eksplorasi PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) senilai US$390 juta menjadi nol dalam laporan keuangan konsolidasi Bumi Plc 2011. Konflik tersebut membuat Ari Sapta Hudaya yang merupakan representasi Group Bakrie di jajaran direksi Bumi Plc mengundurkan diri dari jabatan CEO.
Namun Bakrie punya jawaban lain soal "perceraiannya" dengan Rotschild di Bumi Plc. Senior Vice President Bakrie Group, Christoper Fong mengungkapkan tindakan Rotschild merugikan kelompok Bakrie.
"Tindakan yang dilakukan sebagian pemegang saham Bumi Plc merugikan perusahaan, terutama Grup Bakrie. Ini yang membuat Bakrie meminta balik saham BUMI dan mengembalikan saham Bumi Plc," kata kepada Beritasatu.com, Kamis (11/10).
Dia mengatakan, Rotschild ingin menguasai dan mengambilalih saham-saham milik keluarga Bakrie. "Kami sudah tahu rencana itu dari awal," kata Fong.
Delam beberapa kali kesempatan, Rotschild memang kerap melakukan manuver. Pada Oktober tahun 2011, Rothschild mengirim surat terbuka melalui media massa kepada Ari S. Hudaya (waktu itu CEO Bumi Plc) mengenai tata kelola perusahaan. Tindakan itu dinilai merugikan Bumi Plc karena berdampak pada penurunan harga saham perusahaan di bursa London.
Fong juga mengungkapkan, aset batubara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang memiliki wilayah operasi di Tanah Air sebaiknya dimiliki dan dikuasai putra bangsa Indonesia, bukan oleh asing.
Keluarga Bakrie akan memproteksi BUMI sebagai aset national bagi Indonesia. "Bakrie tidak akan melepaskan BUMI dikuasai oleh seseorang yang bukan dari Indonesia," kata Fong.
Kini Bakrie harus gigit jari. Niat awal ingin memperluas ekspansi usahanya melalui kendaraan Bumi Plc, namun apa daya, harus rela hengkang dari perusahaan di bursa London tersebut. Jika di Indonesia, Bakrie leluasa melakukan manuver bisnisnya, kini di Inggris Bakrie tidak berdaya.
http://www.beritasatu.com/ekonomi/77...di-london.html
sukur bin kuapok mampus bangkrut sono
0
1.1K
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan