[masih kpk-polri] Perang Nyaris Pecah Hingga SBY Marah
TS
renjanarose
[masih kpk-polri] Perang Nyaris Pecah Hingga SBY Marah
[URL="http://news.detik..com/read/2012/10/15/090509/2062403/159/perang-nyaris-pecah-hingga-sby-marah"]Perang Nyaris Pecah Hingga SBY Marah[/URL]
Jakarta Waktu hampir menunjukkan pergantian hari, ketika sebuah telepon membuat Menko Polhukam Djoko Suyanto tersentak. Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi di seberang sana mengabarkan berita gawat.
Jumat 5 Oktober 2012 itu, situasi KPK memang sangat mencekam. Sejak pukul 18.00 WIB, belasan mobil masuk gedung KPK. Dari mobil itu keluar personel polisi berpakaian preman dan personel Densus 88 yang semuanya membawa senjata.
Lebih dari 10 mobil pribadi, kebanyakan mobil mahal, diparkir di samping gedung KPK. Dari dalam mobil minimal empat orang turun dan semuanya berpakaian preman, tutur salah seorang petugas keamanan KPK kepada�majalah detik.
Dari samping gedung KPK, sejumlah polisi berpakaian preman ini kemudian mencoba merangsek masuk Gedung KPK. Lainnya menyebar di lingkungan samping dan belakang gedung KPK, mengepung.
***
Tulisan lengkap Perang Nyaris Pecah Hingga SBY Marah bisa dibaca GRATIS di edisi terbaru Majalah Detik (edisi 46, 15 Oktober 2012). Edisi ini mengupas tuntas Novel Baswedan, KPK vs Polri, dengan tema #Save Novel Baswedan.
======================================
Spoiler for cuplikan pdf:
Ini tugas negara! bentak polisi itu kepada satpam
KPK, saat mereka mencoba masuk gedung KPK. Namun
satpam KPK balas membentak dengan berteriak,
Ini juga tugas negara. Para Satpam pun berjajar
memagari kantor KPK agar tidak kemasukan polisi
berpakaian preman itu.
Sekitar pukul 20.00 WIB, tujuh polisi anggota Polda
Bengkulu, dipimpin oleh Kombes Dedy Irianto, Direskrimum
Polda Bengkulu, bertandang ke gedung yang
berdiri di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta
Selatan itu.
Mereka mengincar untuk menangkap Kompol Novel
Baswedan, penyidik KPK yang sore harinya baru usai
memeriksa mantan Kakorlantas Mabes Polri Irjen Pol
Djoko Susilo dalam kasus korupsi simulator SIM.
Adu syaraf penegak hukum pun terjadi di dalam
gedung KPK. Dedy membawa
sepucuk surat untuk Novel agar
menghadap Kepala Satuan Reserse
Kriminal (Korseskrim) Polri
Yasin Fanani malam itu juga.
Novel disangka dengan kasus
dugaan penganiayaan yang mengakibatkan
kematian. Kasus ini
terjadi pada tahun 2004 ketika ia
menjabat sebagai Kasat Reskrim
Polres Bengkulu.
Suasana sangat tegang. Satu-satunya pimpinan KPK
yang berada di kantor pada waktu itu hanyalah Wakil
Ketua KPK Zulkarnain. Para pimpinan lain, Abraham
Samad, Busyro Muqoddas, Adnan Pandu Praja, dan
Bambang Widjojanto di luar kota.
Abraham di Makassar, BW (Bambang Widjojanto) di
Samarinda sama saya, Busyro di Yogya, Pak Zul yang
di kantor, jelas Johan.
Kabar pengepungan Polri terhadap KPK dengan
cepat menyebar lewat jejaring sosial. Berita ini mengundang
pendukung pemberantasan korupsi untuk
datang langsung ke KPK. Mereka ingin mempertahankan
penyidik KPK dari cidukan polisi.
Ramai pun tak dapat dihindari. Tujuh polisi berpakaian
batik terjebak dalam lobi KPK. Aksi dukungan
dadakan tergelar hingga lobi KPK dipenuhi massa.
Abraham dan BW yang mendapat berita genting itu
langsung tancap gas menuju KPK, setelah mendarat
di Bandara Soekarno-Hatta. Polisi sudah main kasar.
Penyiapan personel ini membuat pimpinan KPK geram.
Brak! Gebrak meja merupakan satu-satunya
suara yang dikeluarkan oleh Abraham. Marah sudah
membungkam mulutnya. Sumber majalah detik menyebutkan
ketegangan dan amarah sudah merajalela
Sejumlah orang yang diduga
dari pihak kepolisian tampak
menunggu di lobi gedung KPK,
Jakarta.
di ruangan Ketua KPK.
Aktivis, politikus, mantan pimpinan KPK, dan anggota
DPR turut hadir dalam pertemuan di ruang pimpinan.
Mantan pimpinan KPK yang hadir antara lain Erry
R. Hardjapamekas dan Amien Sunaryadi. Dari pihak
DPR, antara lain hadir Martin Hutabarat dari Gerindra
serta Tjatur Sapto Edy dari PAN. Wakil Menteri Hukum
dan HAM Denny Indraya juga hadir. Semua yang hadir,
termasuk pihak DPR mendukung penyelamatan KPK.
Kehadiran aktivis justru membuat suasana semakin
tegang, mereka tak kalah geramnya dengan pimpinan
KPK.
Kalian kalau mau dukung KPK bukan begini caranya,
ujar Johan Budi berusaha menenangkan suasana,
seperti ditirukan sumber majalah detik.
Melihat suasana yang mencemaskan itu, Novel yang
masih ada di lantai 2 KPK setelah memeriksa Djoko
Susilo, sempat akan menyerahkan diri pada polisi.
Namun pimpinan KPK melarangnya.
Sementara itu, puluhan personel TNI pun mendekat
ke KPK. Dikabarkan, personel TNI termasuk pasukan
elite TNI AL, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka),
juga merapat ke KPK. Ada Denjaka datang, tutur seorang
saksi mata.
Lembaga antikorupsi ini disebut-sebut sempat minta
bantuan TNI untuk mengantisipasi hal terburuk. Apalagi
saat itu beredar kabar bahwa Novel sudah diincar
Densus 88 untuk ditangkap, hidup atau mati. Namun TNI dan Johan membantah kabar ini.Nggak
ada minta bantuan TNI. Kalau rutan memang iya (minta
bantuan), kata Johan.
Kapuspen TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul
menyatakan tidak ada permintaan KPK untuk membantu
pengamanan. "Setahu saya tidak ada permintaan
(KPK)," kata Iskandar.
Kepala Penerangan Kodam Jaya, Kolonel Inf Adrian
Ponto juga
menyatakan
tidak ada
permintaan
KPK untuk
bantuan
pengamanan.
Ponto memberi pernyataan
serupa. Nggak betul itu, kata
Adrian kepada majalah detik. Mantan Komandan Detasemen
Jala Mangkara (Denjaka)
Mayjen (Purn) Nono Sampono
menjelaskan, Denjaka digunakan
dan dikerahkan hanya
atas perintah Panglima TNI.
Jadi saya kira tidak mungkin
dikerahkan untuk kasus seperti
yang anda sebutkan itu,
kata Nono kepada majalah
detik. Bisa jadi benar tidak ada personel TNI yang ditugaskan
secara resmi untuk menjaga KPK. Para tentara
ini kemungkinan datang secara pribadi sebagai bentuk
solidaritas. Kawan mereka, Hafidz Baswedan, adalah
adik Novel Baswedan yang juga bertugas di TNI AL.
Para tentara yang merapat ke KPK, akan langsung
merangsek bila sampai terdengar tembakan keluar
dari gedung itu.
Sementara di dalam gedung KPK beredar kabar,
jumlah senjata mulai dihitung untuk dibagikan kepada
personel bila situasi memburuk. Ibarat kata, perang
sudah nyaris pecah saja. Namun kabar ini sama sekali
tidak terverifikasi.
l l l
Mendapat laporan genting soal kondisi KPK, Menko
Polhukam Djoko Suyanto pun buru-buru menghubungi
Kapolri Jenderal Timur Pradopo. Pak Timur, mengapa
anak buahnya menyerbu KPK? Tarik Pasukannya!
perintah Djoko Suyanto di ujung telepon seperti
ditirukan sumber majalah detik.
Namun jawaban mengagetkan hadir. Timur mengaku
tidak tahu anggotanya bergerak ke KPK. Timur
menyebut nama Wakapolri Komjen Pol Nanan Sukarna
yang kemungkinan tahu pergerakan polisi ke KPK. Djoko Suyanto pun lantas menelepon Nanan.
Siap, malam ini! sambut Nanan menjawab perintah
Djoko. Setelah itu mendekati dini hari, berangsurangsur
tujuh polisi meninggalkan gedung KPK.
Nanan saat dikonfirmasi apakah memerintahkan
pasukan mengepung KPK, keberatan memberi jawaban.
Ngapain sih kamu bahas masalah itu lagi? Apa
sih maksudnya? kata Nanan kepada majalah detik.
Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol Sutarman
mengklarifikasi kedatangan polisi bukan untuk pengepungan
tapi untuk koordinasi dengan pimpinan KPK.
Sutarman menyatakan tidak ada yang menggerakkan
pasukan. Penyidik independen tidak ada yang memerintah,
kata Sutarman kepada majalah detik.
l l l
Memang perang sungguhan batal terjadi di Kuningan.
[URL="http://majalah.detik..com/cb/8b8e00ddd3f7793cbff2c134c7ba7d7b/2012/20121015_MajalahDetik_46.pdf"]krn format majalah detik formatnya pdf[/URL], maka sy ketik seingat saya :
ternyata malam itu den jaka juga merapat ke kuningan. Den Jaka akan lsg bergerak begitu mendengar letusan senjata dari gedung kpk.
Pihak kpk membantah minta bantuan kepada TNI, dan TNI juga membantah telah mendapat permohonan bantuan dan mengirimkan den jaka.
Analisa detikcom, bisa jadi secara resmi tni tidak mengerahkan den jaka dan kpk tidak minta bantuan tni, tapi den jaka bergerak atas solidaritas pribadi. Kaitannya adalah : adik novel baswedan, hafidz baswedan adalah anggota tni al.
=============================================
komen ts : Jadi, ini adalah kedua kali kejadian setelah kasus kematian kelasi arifin oleh geng motor di kemayoran, yg di balas dengan GMRC.