- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
UN Bisa Semakin Membebani Siswa


TS
babhaskar
UN Bisa Semakin Membebani Siswa
Quote:

Penambahan varian mempertegas ketidakpercayaan pemerintah pada lembaga pendidikan.
Penambahan varian soal dalam ujian nasional (UN) 2013 dikhawatirkan bisa kian membebani siswa. Guru nantinya hanya fokus untuk mengajarkan mata pelajaran (mapel) yang masuk di dalam UN, namun mengabaikan mapel lainnya.
Para siswa juga dipaksa mengikuti kelas-kelas pemantapan menjelang UN. Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, varian soal UN 2013 akan ditambah dari lima model menjadi 20 model.
Mendikbud juga sedang mempertimbangkan dua alternatif baru, yakni menambah tingkat kesulitan soal atau menaikkan standar kelulusan UN. Terkait hal itu, anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai Golkar Zulfadli mengatakan, penambahan varian soal semakin mempertegas ketidakpercayaan pemerintah kepada lembaga pendidikan. Dampak lainnya adalah guru tidak lagi mengajarkan materi kurikulum sekolah namun sudah fokus kepada latihan soal-soal UN.
Apakah sampai sedemikian besar kekhawatiran atau ketakutan kita? Berarti memang nilai kejujuran kita sudah memprihatinkan sekali, kata Zulfadli kepada SP di Jakarta, hari ini.
Menurutnya, penambahan varian soal juga bisa mempersulit pengawasan di lapangan. Potensi kesalahan distribusi atau pemeriksaan soal juga semakin besar. Di sisi lain, orangtua juga semakin dibebani oleh biaya untuk mengikuti kelas pemantapan.
Zulfadli menyebutkan anggaran UN meningkat dari Rp550 miliar pada 2012 menjadi Rp600 miliar untuk 2013. Peningkatan dana disebabkan perubahan sejumlah kebijakan teknis dalam UN tahun depan.
Dengan 20 model soal, siswa bisa semakin bekerja keras karena tidak ada harapan untuk mencontek atau justru mengalami kekhawatiran berlebihan, ujarnya.
Senada dengan itu, anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Reni Marlinawati mengatakan, pemerintah hanya merisaukan aksi contekan di kalangan siswa. Padahal, kebijakan itu bisa membebani psikologis anak karena. Anak merasa selalu dituduh melakukan kecurangan, katanya.
Reni berpendapat, UN selalu menjadi pro-kontra di masyarakat karena dipakai sebagai penentu kelulusan. Menurutnya, UN cukup digunakan sebagai pemetaan saja.
Orientasi prestasi siswa berbeda-beda. Misalkan ada anak yang nilai UN Matematikanya rendah namun pelajaran keseniannya tinggi. Ini memperlihatkan siswa itu sebenarnya berpotensi di kesenian, katanya.
Terbuka pada saran
Anggota Komite Nasional Pendidikan Suparman mengatakan, pemerintah seharusnya terbuka terhadap saran masyarakat terkait UN. Penambahan varian soal UN tidak akan meningkatkan mutu pendidikan. Kebijakan evaluasi belajar siswa seharusnya dilakukan secara pedagogis, bukan semata menggelar UN.
Paradigma pemerintah yang melihat mutu pendidikan dari hasil UN harus diubah, tandasnya.
Dia mengatakan kebijakan UN harus dievaluasi secara komprehensif terutama karena adanya putusan Mahkamah Agung (MA).
Dalam kasus UN ini sebenarnya semakin menunjukkan sikap otoriter pemerintah dalam membuat kebijakan pendidikan. Padahal semestinya pemerintah harus terbuka pada kritik dan protes masyarakat. Apalagi pengadilan sudah membuat keputusan untuk menunda UN dan meninjau ulang sistem pendidikan nasional, kata Suparman.
sumber
sekolah 3 tahun ditentuin 3 mata mata pelajaran??

0
1.4K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan