Kaskus

Entertainment

AbahBillAvatar border
TS
AbahBill
Salah Kaprah Seputar Reaktor Nuklir dan Pembangunan PLTN di Indonesia
Sejak th.80-an sampai kini, isu mengenai Indonesia akan membangun PLTN masih terus terdengar.
Namun demikian, rencana tinggal rencana...jauh bara dari api. Sementara beberapa pihak masih mengusulkan sumber energi alternatif lain, sosialisasi PLTN juga tidak pernah ditangani dengan benar. Alhasil sampai saat ini masih banyak masyarakat yang keliru memahami PLTN, dan cenderung salah kaprah.

Beberapa salah kaprah yang perlu diluruskan adalah sbb:
(1) Reaktor Nuklir = Bom Nuklir
Salah! keduanya memang sama2 wadah dari reaksi fisi, namun pada reaktor nuklir
reaksinya dikendalikan/dikontrol, sedangkan pada bom nuklir (bom atom) reaksi fisi-nya tidak dikontrol shg panas yang terbentuk akan meningkat cepat tak terkendali dan....boom!

Pd reaktor nuklir, reaksi fisi dikendalikan dengan cara menyerap kelebihan partikel neutron sesuai dengan output reaktor nuklir yang diinginkan.
Dalam hal reaktor tidak mampu mengendalikan neutron (yakni reaksi fisi yang dibutuhkan) maka reaktor akan padam (shut down). Seluruh antisipasi ini dilakukan secara otomatis, tidak perlu bantuan campur tangan manusia.

(2) Peristiwa ledakan reaktor Chernobyl = ledakan bom nuklir
Salah.

Reaktor Chernobyl merupakan jenis reaktor yang tidak ada duanya di seluruh dunia.
Reaktor ini menggunakan grafit yang bisa "menyerap dan menyimpan" panas. Grafit digunakan untuk memperlambat kecepatan netron dengan cara "membenturkan"nya langsung.
Bila terlalu banyak benturan, maka grafit akan panas. Panas ini lah yg kemudian "diserap dan disimpan" oleh grafit. Dan apabila terlalu panas, maka grafit akan meledak begitu saja. Demikianlah yang terjadi pd reaktor Chernobyl.
Karena letak grafit berdekatan dengan bahan bakar uranium, maka ledakan grafit tentu akan menghancurkan benda2 disekitarnya termasuk bahan bakar. Bahan bakar yang hancur akan berterbangan ke udara berikut semua zat2 radioaktif didalamnya. Inilah yang terjadi!
Namun 1 hal yang pasti, ledakan terjadi bukan akibat reaksi fisi.

(3)Peristiwa ledakan reaktor di Fukushima, Jepang = ledakan bom nuklir
Salah.

Sesaat setelah PLTN Fukushima diterjang tsunami setinggi 2x dari perkiraan disain, seluruh reaktor pd komplek PLTN tersebut padam secara otomatis.
Namun demikian, pemadaman atau penghentian reaksi fisi di dalam reaktor nuklir tidak berarti seluruh reaksi stop total, namun masih menyisakan beberapa yang tetap menghasilkan panas. Sisa panas ini masih memerlukan pendinginan sehingga pompa sirkulasi air pendingin masih tetap harus dioperasikan walaupun reaktor nuklir sudah padam.
Nah...sialnya, generator ataupun sumber listrik utk menjalankan pompa tsb mati semua akiat banjir tsunami di dalam kompleks PLTN tersebut.

Akibatnya, sisa panas tadi semakin meningkat dan ber-reaksi dengan Zirkonium yakni bahan pembungkus bahan bakar untuk kemudian menghasilkan gas hidrogen.
Gas hidrogen ini bisa dikeluarkan dr dalam gedung reaktor melalui ventilasi darurat yang tersedia. Namun, panas yang sangat cepat meningkat memproduksi gas hidrogen lebih cepat dr prediksi sehingga pembuangan nya melalui ventilasi tidak bs dikontrol lagi....dan booom!

Oia...hidrogen hanya meledak bila bercampur dengan udara secara tiba2, namun tidak meledak bila bercampur secara terkendali.
Demikianlah ledakan terjadi...dan selanjutnya terjadi seperti yang diberitakan.
Namun 1 hal yang pasti, ledakan terjadi bukan akibat reaksi fisi.

(4) Reaktor riset = reaktor nuklir
Salah.

Batan sebagai lembaga penelitian boleh membangun/memiliki reaktor riset. Sampai saat ini ada 3 reaktor riset milik BATAN yakni:
(a) Reaktor Serba Guna (RSG), Serpong dengan kapasitas 30 Mega-watts (thermal);
(b) Reaktor Kartini, DI Yogyakarta dengan kapasitas 250 kilo-watts (thermal); dan
(c) Reaktor Bandung, dengna kapasitas 2 Mega-watts (thermal).

Nah...kalo PLTN, outputnya bukan panas (thermal) tp listrik. Jadi PLTN mempunyai generator listrik untuk menghasilkan listrik sebelum di-distribusikan ke jaringan. Reaktor riset memproduksi panas yang tidak digunakan alias dibuang saja.
Dari segi kapasitas, PLTN umumnya memiliki kapasitas 1000 Mega-watts (listrik) atau kira2 sama dengan 3000 Mega-watts (thermal).
Selanjutnya, Reaktor Riset bs dirubah2 dan digunakan lebih fleksibel krn memang dibuat utk melaksanakan penelitian (bukan sebagai penghasil panas/listrik) sedangkan PLTN tidak fleksible, semua operasi tdk ada yang berubah alias rutin (dan sebagian besar otomatis) sepanjang hidupnya yakni sekitar 40-60 tahun.

Jadi kesimpulannya, berapa lama pun anda mempunyai pengalaman bekerja pada reaktor riset, tidak akan bisa mampu membuat PLTN!

(5) Bila Indonesia membangun PLTN, BATAN yang akan melaksanakannya
Salah.

Batan merupakan lembaga penelitian (R&D), sedangkan PLTN bukan bahan penelitian melainkan fasilitas/industri listrik/energi. Jadi bila Batan yang akan melaksanakan pembangunannya, maka Batan melanggar Undang2.

(6) Studi yang tapak PLTN yang dilakukan BATAN sudah benar sesuai peraturan perundangan
Salah.

Seperti butir(5) di atas, sejak UU No.10/1997 terbit mk Batan merupakan lembaga riset yang tidak berurusan dengan pembangunan PLTN, sejak dr Studi Tapak sekalipun.
Jadi yang dilakukan oleh BATAN pada tahun2 sebelum 1997, yakni sblm UU No.10/1997 terbit, di Muria masih bisa dibenarkan. Namun sesudah 1997, studi tapak PLTN yang dilakukan di Propinsi Babel, Kal-Bar, maupun Banten sudah tidak sesuai dengan amanah UU tersebut.

(7) Bila rencana pembangunan PLTN ter-realisasi di Indonesia, Indonesia yang akan membangun, mengoperasikan, dan merawatnya.
Kemungkinan besar, Salah!

Umumnya, PLTN pertama akan dibangun dengan skema "Turn-key Project" alias "terima jadi". Jadi kemungkinan besar Indonesia tdk akan banyak berperan dr mulai pembangunan, pengoperasian, apalagi perawatannya. Semua akan dilakukan oleh konsorsium manufacturer-nya.
Mengapa demikian?
Sejauh ini hanya ada beberapa pabrik PLTN (Nuclear Power Plant manufacturer), dan bisnis mereka akan hancur bila produk mereka rusak dan mengakibatkan kecelakaan besar.
Dan manufacturer ini pun akan mempelajari dgn seksama kalau tdk bs dibilang sudah mengerti betul budaya kerja negara dimana reaktornya akan dibangun.

Oia...bukan cuma pekerjaannya saja, pembiayaannya pun ditanggung oleh negara(konsorsium) dimana manufacturer itu berada, bs berupa pinjaman lunak atau sejenisnya. Demikian pula Code & Standard yang akan diterapkan juga sama, berasal dr negara manufacturer.

Jadi apa yang dilakukan Indonesia? Jual listrik yang dihasilkan supaya bisa membayar cicilan pinjaman lunak Luar Negerinya. Selebihnya, duduk manis aja emoticon-Smilie
0
1.8K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan