- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Terserang liver wartawan senior syamsudin meninggal


TS
triadnolpan
Terserang liver wartawan senior syamsudin meninggal
TEMANGGUNG, Wartawan senior Syamsudin (54) yang selama ini berdomisili di Parakan Selasa kemarin meninggal dunia karena sakit liver yang telah lama dideritanya.
Dengan meninggalnya almarhum, Dunia jurnalis Temanggung kehilangan salah satu pioner terbaiknya.
Dia meninggal di Rumah Sakit PKU MUhammadiyah Temanggung, sekitar pukul 14.30 dan dikebumikan di pemakaman keluarga Dusun Krajan, Desa Mandisari, Kecamatan Parakan, Selasa (9/10) malam.Tampak melayat di rumah duka Bupati Hasyim Afandi, Wakil Bupati Budiarto, beberapa camat dan pejabat teras di lingkungan Pemkab Temanggung.
Dari kalangan media, hadir Ketua Forum Jurnalis (FJT) Temanggung Heru Suyitno, dan sejumlah wartawan media cetak maupun elektronik. "Syamsudin itu saya kenal sebagai sosok yang tekun dalam bekerja, telaten dengan kesederhanaannya. Dia juga teman yang asyik diajak ngobrol. Saya kenal akrab sama dia sejak, dia jadi wartawan KR,"kenang Bupati Hasyim Afandi.
Di kalangan kolega, sosok murah senyum dan suka bercanda ini akrab dipanggil "Mbah". Selain karena memang dianggap senior, rambutnya sudah memutih. Tak heran Syamsudin yang mudah bergaul dengan semua kalangan ini memiliki banyak teman, dari rakyat hingga pejabat.Wartawan senior Republika, M As'ad mengenang sosok Syamsudin sebagai guru baginya. As'ad mengaku dari almarhumlah dia kali pertama belajar menulis hingga akhirnya menjadi wartawan. Di kalangan wartawan senior se Karesidenan Kedu, sosok almarhum juga dikenal dengan tulisan featurenya yang berkarakter kuat.
Seingat As'ad, dulu almarhum yang sarjana Bahasa Indonesia lulusan IKIP Negeri Yogyakarta (UNY) ini memulai karir sebagai wartawan profesional sekitar tahun 1980 di Harian Pelita. Saat itu dia melakoni dua profesi, selain jurnalis dia juga menjadi guru di MTs AL Iman Parakan. Tapi pada akhirnya, karena kecintaannya pada dunia
jurnalstik almarhum lebih memilih mengabdikan secara total jiwa raganya sebagai wartawan.
"Setelah di Pelita Harapan setahu saya di era 1990-an dia lantas pindah ke, Suara Bengawan, Kedaulatan Rakyat, terus Jogja Pos, kontributor Media Indonesia. Kemudian tahun 2010 dia di media online tapi apa saya kurang tahu. Terakhir, hingga meninggal masih aktif menulis sebagai kolumnis di Tabloid Lontar,"ujarnya. ( Hms12/Edy Laks ).
sumber :
http://www.temanggungkab.go.id/detailberita.php?bid=1393
kalo ente berkenan, ane minta ijo-ijo gan

atau boleh juga bintang-bintang

Kalau tidak berkenan jangan di

Terimakasih
........

Dengan meninggalnya almarhum, Dunia jurnalis Temanggung kehilangan salah satu pioner terbaiknya.
Dia meninggal di Rumah Sakit PKU MUhammadiyah Temanggung, sekitar pukul 14.30 dan dikebumikan di pemakaman keluarga Dusun Krajan, Desa Mandisari, Kecamatan Parakan, Selasa (9/10) malam.Tampak melayat di rumah duka Bupati Hasyim Afandi, Wakil Bupati Budiarto, beberapa camat dan pejabat teras di lingkungan Pemkab Temanggung.
Dari kalangan media, hadir Ketua Forum Jurnalis (FJT) Temanggung Heru Suyitno, dan sejumlah wartawan media cetak maupun elektronik. "Syamsudin itu saya kenal sebagai sosok yang tekun dalam bekerja, telaten dengan kesederhanaannya. Dia juga teman yang asyik diajak ngobrol. Saya kenal akrab sama dia sejak, dia jadi wartawan KR,"kenang Bupati Hasyim Afandi.
Di kalangan kolega, sosok murah senyum dan suka bercanda ini akrab dipanggil "Mbah". Selain karena memang dianggap senior, rambutnya sudah memutih. Tak heran Syamsudin yang mudah bergaul dengan semua kalangan ini memiliki banyak teman, dari rakyat hingga pejabat.Wartawan senior Republika, M As'ad mengenang sosok Syamsudin sebagai guru baginya. As'ad mengaku dari almarhumlah dia kali pertama belajar menulis hingga akhirnya menjadi wartawan. Di kalangan wartawan senior se Karesidenan Kedu, sosok almarhum juga dikenal dengan tulisan featurenya yang berkarakter kuat.
Seingat As'ad, dulu almarhum yang sarjana Bahasa Indonesia lulusan IKIP Negeri Yogyakarta (UNY) ini memulai karir sebagai wartawan profesional sekitar tahun 1980 di Harian Pelita. Saat itu dia melakoni dua profesi, selain jurnalis dia juga menjadi guru di MTs AL Iman Parakan. Tapi pada akhirnya, karena kecintaannya pada dunia
jurnalstik almarhum lebih memilih mengabdikan secara total jiwa raganya sebagai wartawan.
"Setelah di Pelita Harapan setahu saya di era 1990-an dia lantas pindah ke, Suara Bengawan, Kedaulatan Rakyat, terus Jogja Pos, kontributor Media Indonesia. Kemudian tahun 2010 dia di media online tapi apa saya kurang tahu. Terakhir, hingga meninggal masih aktif menulis sebagai kolumnis di Tabloid Lontar,"ujarnya. ( Hms12/Edy Laks ).
sumber :
http://www.temanggungkab.go.id/detailberita.php?bid=1393
kalo ente berkenan, ane minta ijo-ijo gan



atau boleh juga bintang-bintang



Kalau tidak berkenan jangan di



Terimakasih




0
759
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan