Ibing-ibingan alias tarian pergaulan antara pria dengan wanita yang dilakukan secara massal dan besar-besaran dengan iringan puluhan sekaa (group:red) gambelan Jegog yang merupakan kesenian khas Kabupaten Jembrana, dicatat dalam daftar Museum Rekor Indonesia ( MURI ). Didafatarkannya Ibing-ibingan tersebut ked MURI karena jumlah penari maupun pengibing tercatat memiliki jumlah yang paling banyak pada tahun 2012 ini yaitu mencapai 3000 orang lebih yang dilakukan secara massal dan bersamaan di halaman terbuka Gedung Kesenian Dr. Ir. Soekarno Kabupaten Jembrana, Sabtu (4/8) sore.
Ibingan massal yang sejarahnya dilakukan antara remaja putri dengan pria, kian tahun mengalami perkembangan budaya dan hingga kini tarian ibing-ibingan bisa dilakukan oleh siapa saja tidak memandang usia. Seperti halnya yang terjadi di Area Gedung Kesenian Dr. Ir. Soekarno, tari pergaulan massal selain penari wanitanya dibawa masing-masing oleh sekaa jegog yang rata-rata masih remaja, ratusan ibu-ibu dengan kebaya putih juga turut menjadi penari yang siap diibingin oleh penari pria. Tak ayal penari pria berebut mencari pasangan.
Menariknya lagi dalam Festival Kesenian Jegog yang dirangkaikan dengan perayaan Ulang Tahun Kota Negara, Jembrana yang ke 117 tersebut, Wakil Gubernur Bali Anak Agung Puspayoga, Bupati Jembrana I Putu Artha dan Wakilnya I Made Kembang Hartawan serta sejumlah pejabat daerah lainnya ikut me-ngibing di tengah ribuan pengibing lainnya. Diiringi gambelan Jegog yang ceria, para penari wanita dan pria semakin asyik berjoget dengan pasangannya masing-masing. Bahkan istri Bupati Jembrana Ny. Ari Sugianti dan istri Wakil Bupati Jembrana Ny. Ani Setiawarini cukup lihai menari tarian ibing-ibingan.
Ngibing massal yang diiringi 73 sekaa jegog dengan ribuan penari dicatat dalam sejarah penari terbanyak dan pertama kalinya oleh Notaris Ida Ayu Kondri Santosa. Tari ngibing yang terbanyak dan pertama kali dalam sejarah ini saya catatkan untuk mendapat pengakuan MURI ujar Ida Ayu Kondri Santosa membacakan penetapannya sebagai notaries dihadapan masyarakat dan pecinta seni jegog. Menurut Dayu Kondri, tarian massal yang diiringi jegog sangat layak didaftarkan dalam MURI karena selain jumlah penarinya terbanyak juga hal ini merupakan yang pertama kalinya terjadi terlebih dilakukan dengan sangat spektakuler.
Selain ngibing massal, ke 73 sekaa jegog dari berbagai pelosok desa di Jembrana ini, juga melakukan tabuh (irama:red) bebarungan. Tabuh bebarungan adalah irama jegog yang dilakukan oleh setiap sekaa dengan irama yang berbeda-beda dan ditabuh bersama-sama. Pada saat itulah setiap sekaa menunjukkan kekuatan suaranya masing-masing. Pada saat awal ditabuh suaranya terkesan amburadul tetapi makin lama irama yang berbeda-beda tersebut menciptakan irama yang selaras. Setiap sekaa menabuh jegog yang terbuat dari bambu itu sekuat tenaga dan ingin menjadi yang paling keras. Hal inilah yang membuat suara bergemuruh di sekitar area Gedung Kesenian Dr. Ir. Soekarno bahkan saking banyaknya jumlah sekaa jegog, pementasannya meluber hingga menggunakan Jalan PB. Sudirman dan Jl. Hasanudin.
Wakil Gubernur Bali Anak Agung Puspayoga saat ditemui usai meninjau ke setiap Sekaa Jegog yang sedang mebarung menyebutkan, Festival Kesenian Jegog di Jembrana sangat luar biasa. Yang paling berbangga dalam hal ini tentu Bupati, Wakil Bupati dan masyarakat Jembrana karena mampu menunjukkan potensi keseniannya kata Puspayoga. Selain itu Wagub Puspayoga menambahkan, Bali dan Jembrana hanya memiliki seni dan budaya, tidak punya pertambangan, maka dari itu ia berharap festival jegog bisa dilakukan setiap tahun sehingga akan menjadi daya tarik wisata.
Saat seluruh jegog mebarung secara serentak, setiap penabuh melakukan celebration diatas gambelannya dengan mengangkat panggul dan menarikannya sambil menyuarakan yel-yel yang sekiranya menjadi motivasi untuk tetap bersemangat memukul bilah bambu jegog. (gus/humas jembrana)