adiehvibizAvatar border
TS
adiehvibiz
Horizon Waktu dalam Investasi; Anda di Mana
(Vibiznews – Investment Portfolio) - Salah satu aspek penting dalam berinvestasi, yang membedakan portfolio investor satu dengan yang lainnya, adalah penentuan jangka waktu investasi. Aspek ini begitu penting sehingga sering kali didiskusikan dari waktu ke waktu. Menariknya, pada kenyataannya definisi tentang batas waktu (time-frame) antara satu pelaku investasi dengan investor yang lainnya bisa berbeda-beda. Misalnya tentang istilah jangka pendek. Ada yang bilang itu di kisaran menit sampai satu atau dua hari, tetapi di kutub lainnya ada yang sebutkan itu adalah untuk waktu sampai dengan satu tahun. Bagaimanapun, ini adalah komponen penting dalam berinvestasi. Karenanya, mari kita dalami.

Istilah dari jangka waktu investasi atau sering disebut dengan “Time Horizon” pada prinsipnya merupakan periode waktu dari sejak investasi dipilih dan diambil sampai saat asset tersebut dicairkan (likuidasi). Range-nya untuk jangka waktu ini bisa begitu panjang. Dari sekian menit sampai investasi yang ditahan berpuluh tahun lamanya. Sebenarnya tidak ada jangka waktu yang benar “pas”, itu akan tergantung sekali kepada jenis asset investasi, preferensi risiko, tujuan utama investasi sampai kepada gaya atau perilaku investasi si pelaku investasi itu sendiri.

Jenis Asset Investasi
Perbedaan definisi dari horizon waktu pertama memang melihat kepada jenis asset investasinya. Untuk asset yang pergerakan harganya dinamis, bahkan mungkin volatile, seperti forex dan sejumlah investasi derivative seperti futures, maka periode waktu itu akan relatif lebih pendek. Jangka pendek bagi investasi di forex, misalnya akan berkisar dari bilangan sekian menit –satu atau dua menit bisa—sampai kepada satu hari atau paling lama tiga atau lima hari. Untuk definisi ini, lain investor bisa lain pula definisinya.

Sementara itu untuk mereka yang berinvestasi pada asset yang pergerakan harganya lebih stabil, seperti obligasi dan property, istilah jangka pendek bisa diartikan sekitar satu – dua tahun. Sedangkan untuk investor saham dan reksadana, yang cukup dinamis juga gerak harganya, pengertian jangka pendek baginya antara satu – dua hari sampai enam bulan ke satu tahun. Memang demikian, lain asset lain juga time horizon range-nya.

Investasi dengan pola jangka pendek sekitar satu hari acapkali disebut dengan “day trading” . Di sini investor akan masuk dan kemudian keluar pasar pada hari yang sama sebelum tutup pasar. Tujuannya untuk cepat menutup posisi, dengan target profit tentunya, sebelum hari pasar berakhir. Jadi tidak ada open position yang menimbulkan risiko terbuka pada trading day besoknya.

Bagaimana dengan definisi jangka menengah? Kalau melihat kepada jenis investasi currency, maka jangka menengah dapat diartikan dalam kisaran waktu antara tiga hari sampai dua minggu. Kembali, lain investor bisa berbeda pilihan definisi harinya. Untuk investasi di pasar modal, definisi jangka menengah bisa cukup bervariasi; berkisar enam bulan sampai tiga tahun. Sementara itu, untuk pelaku investasi di fixed asset seperti property atau logam mulia emas, baginya jangka menengah bisa berkisar antara dua sampai lima tahun, bahkan ada yang mendefinisikannya lebih panjang.

Selanjutnya, secara paralel kita bisa dapat gambaran untuk definisi jangka panjang. Untuk derivatives trading, termasuk forex investment, maka empat minggu sampai kepada tiga bulan sudah bisa disebut dengan periode jangka panjang. Perspektif pasarnya mungkin si investor memandang sampai outlook (perkiraan) satu tahun ke depan. Tetapi posisinya setelah tiga bulan bisa jadi harus diamankan atau minimum ditinjau kembali. Berlanjut atau tukar posisi, misalnya.

Di asset lainnya, pelaku investasi pasar modal untuk saham dan atau reksadana akan memandang kurun waktu tiga tahun, lima bahkan sepuluh tahun sebagai jangka panjang untuk time horizon-nya. Di sini asset saham akan dikoleksi dan di-hold untuk jangka panjang oleh karena keyakinan kuat akan fundamental perusahaan emiten. Pilihan sahamnya tentunya adalah kelompok blue chip yang berkapitalisasi besar dan memiliki sejarah reputasi baik yang panjang. Gejolak pasar yang ada, yang dinilai berdampak jangka pendek, akan diabaikan karena secara jangka panjang perusahaan demikian –harusnya—akan tetap bertahan dan harga sahamnya cenderung masih menanjak.

Sementara itu, investor property dan emas batangan akan dengan tenang menatap kepada periode jangka panjang dalam rentang di atas lima tahun. Ini bisa bertahan sampai belasan tahun bahkan puluhan tahun ke depan. Asset tersebut dipertahankan demikian sembari meyakini terjadi kenaikan nilai dari kelompok fixed assets tersebut secara jangka panjangnya. Itu mungkin berbentuk lahan tanah yang dibiarkan demikian,sampai kemudian, sepuluh tahun berikutnya, terjadi pembangunan pesat di sekitarnya sehingga terjadi lonjakan harga tanah yang tentunya disyukuri oleh si investor. Jenis asset demikian bisa jadi merupakan “simpanan” yang akan diwariskan kepada generasi penerusnya. Itu sebabnya, naik turun harga asset –misalkan emas—tidak terlalu dipersoalkan. Dalam sejarah, emas trend-nya akan selalu naik. Demikian, kira-kira keyakinan investor.

Preferensi Risiko
Perilaku investasi selain ditentukan oleh jenis asset investasi, selanjutnya sangat dipengaruhi dengan preferensi risiko dari investor sendiri. Ini terkait dengan yang biasa disebut dengan profil risiko (risk profile). Ini pada prinsipnya menggambarkan bagaimana investor bersikap terhadap risiko termasuk kemungkinan kerugian yang dapat terjadi. Hal tersebut berhubungan juga dengan prinsip dasar investasj “high risk, high gain; low risk, low gain”.

Ada investor yang tidak senang akan kemungkinan terjadinya risiko. Baginya lebih baik mendapat gain yang rendah asalkan investasinya aman-aman saja. Ini disebutkan dengan profil risiko rendah atau “konservatif”. Di kutub lain, ada investor yang mengejar return yang tinggi sekalipun risiko yang menyertainya juga tinggi. Ini disebut investor yang “agresif”. Ada lagi yang lebih ‘bernafsu’, disebut dengan investor “spekulatif”. Sementara mereka yang berada di antaranya disebut dengan memiliki profil risiko yang “moderat”.

Bagaimana hubungan antara profil risiko dengan pilihan jangka waktu investasi? Ada. Biasanya investor yang konservatif kurang suka dengan gejolak pasar. Pilihan investasinya akan berkisar asset yang lebih tenang dan tidak memacu jantung. Umumnya asset pilihan mereka berhorizon lebih cenderung jangka panjang. Kelompok asset favoritnya antara lain tabungan, deposito, obligasi pemerintah, serta property dan logam mulia emas.

Investor agresif, di sisi lain, memandang gejolak pasar bukan sebagai ancaman tetapi sebagai peluang untuk memperoleh gain lebih besar atas perubahan harga. Karenanya pilihan investasinya umumnya berhorizon jangka pendek. Kalau perlu sangat pendek dalam bentuk day-trading. Mereka adalah para trader yang aktif terhadap perkembangan pasar. Masuk dan keluar pasar secara aktif. Ada yang bilang mereka lebih “trader” ketimbang “investor”. Pilihan asset favoritnya antara lain: forex, stock index, komoditi berjangka, option, dan saham.

Untuk investor kategori moderat, pilihan asset-nya mixed antara konservatif dengan agresif. Deposito, obligasi dan saham biasanya mereka miliki. Juga property dan emas, bila dananya memungkinkan. Lalu pada porsi yang lebih sedikit, sebagian mereka mungkin aktif juga investasi di forex dan option. Pilihan jangka waktunya, dapat diduga, cukup beragam dengan kecenderungan kepada porsi jangka menengah. Mereka concern dengan berbagai perkembangan pasar, tetapi tidak terlalu aktif dalam trading.

Perilaku dan Pengetahuan Investasi
Kita melihat di sini bahwa preferensi risiko akan mempengaruhi perilaku investasi. Bagaimana investor bereaksi terhadap perkembangan pasar yang bergejolak. Untuk orang Indonesia, setelah melalui banyak interaksi dengan para calon dan existing investor, kebanyakan tipenya nampaknya adalah konservatif. Setujukah Anda?

Kalau digali lebih dalam lagi mengapa mayoritas berprofil konservatif, menurut penulis sebagian besar karena latar belakang masyarakat kita yang memang masih kurang mengerti investasi. Beranjak dari belum sadar investasi tetapi pendapatan (disposable income) terus membaik sehingga tersedia sejumlah dana lebih untuk investasi. Ditambah dengan makin maraknya sarana media dan pendidikan investasi belakangan ini, termasuk vibiznews.com yang telah berperan di masyarakat dalam pasokan pengetahuan dan berita terkait investasinya, maka bertambahlah orang yang berminat investasi di negeri kita ini.

Profil risiko dan perilaku investasi bisa berubah atau bergeser. Salah satu penyebab yang utama adalah dengan meningkatnya pengetahuan dan skill berinvestasi. Sangat boleh jadi investor yang semakin cerdas akan lebih agresif berinvestasi, walau tidak harus selalu demikian. Cara memandang risiko bisa berubah ketika pengenalan akan gejolak pasar semakin meningkat. Apa yang semula dipersepsikan sebagai risiko dapat dilihat sekarang sebagai peluang.

Anda sekarang ada di mana? Seperti apa gaya investasi Anda? Lebih jangka panjang atau jangka pendek? Atau di tengahnya? Baiklah, di mana pun posisi Anda sekarang, disarankan untuk terus tingkatkan pengetahuan investasi Anda.
Kami dari Institut Investasi Indonesia.Institut Investasi Indonesia adalah suatu lembaga edukasi yang mengajarkan segala sesuatu tentang investasi agar anda tidak salah langkah dalam berinvestasi.
KLik pada Link.
http://ipma.co.id/
0
3.3K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan