Senin, 8 Oktober 2012

[17.00 WIB]Ane baru saja kehilangan 1 buah iPhone 4G 16GB Black (IMEI: 012657009570568). Seingat ane, terakhir kali iPhone itu ane taruh di saku jaket ane. Lalu taraaa, sesampai rumah ane udah gak bisa menemukan iPhone itu dimanapun. Ane udah terusuri semua jalan yang tadi ane lewati sambil menghubungi nomor telepon ane yang saat itu masih dalam keadaan aktif. Ane gak tahu sama sekali apakah iPhone itu jatuh ke comberan atau jatuh lalu ditemukan atau sengaja diambil oleh pihak ketiga, yang jelas pada pukul [18.00 WIB] iPhone ane sudah dalam keadaan nonaktif. Nyesek, satu kata yang mewakili perasaan ane saat itu. Binggung, adalah kata lainnya yang juga dapat mewakili perasaan ane. Ane bukan orang kaya, orang tua ane pun hidup sederhana, kakak dan adik ane apalagi. Tentu sebuah iPhone yang dulu dibeliin ayah ane dengan harga Rp. 6.750.000 (Juli 2011) adalah satu barang mewah yang pernah dipercayakan oleh Allah SWT untuk ane miliki.

Ane nangis. Ane sedih. Ane langsung telepon costumer service Telkomsel dengan harapan masih ada kesempatan sim card ane untuk dilacak dan operator disana menyuruh telepon ke costumer service iBox karena iPhone nya mungkin bisa dilacak. Setelah ane telepon iBox, operator disana dengan sangat ramah menjelaskan tata cara melacak iPhone yang hilang. Tapi sialnya, Apple ID ane tidak bisa dilacak melalui iCloud karena telah ter-sign out dan iPhone ane juga tidak terhubung ke internet. [Sumpah, ane gak mikirin Sim Card atau Data-data di dalemnya, yang cuma ane mikirin hp nya aja]


Lalu ane minta maaf ke ibu ane karena telah merugikan materi keluarga. Beliau malah mengatakan; “Udah ikhlasin aja, kalau udah hilang mau diapain lagi. Kamu seharusnya intropeksi diri aja. Mungkin Tuhan mau menegur kamu.” Ane melarang Ibu ane untuk menelpon ayah ane yang masih dalam perjalanan kerja. Ane takut ayah ane marah. Apalagi beliau masih bekarja dalam keadaan stroke. Takut malah membuat penghasilan beliau selama ini menjadi sia-sia. Tapi ternyata ibu ane menelpon ayah ane juga.

Tahu gak apa yang dibilang ayah ane ke ane?



Ane dan ayah ane gak pernah akrab sama sekali. Beliau adalah sosok yang tegas dan gak jarang ane dimarahin karena hal-hal yang menurut ane kecil. Jalan bareng jarang, makan bareng apalagi. Tapi satu yang ane tahu saat itu; Beliau sayang sama ane, begitu pun ibu ane.Ayah ane menyuruh ibu ane untuk menenangkan ane. Beliau takut kesedihan ane membuat asma ane kambuh. Beliau juga bilang apalah arti nya harga sebuah iPhone jika dibandingkan dengan asma gw yang kambuh. Ibu ane lalu membelikan ane bakso malang, makanan kesukaan ane. Diam-diam ayah ane menelpon kakaknya untuk meminjam uang untuk membelikan ane iPhone baru, Takut ane sedih. Tapi ane larang karena itu jelas bukan prioritas, apalagi mengingat cicilan mobil beliau juga harus dibayar esok harinya.

Jujur. Ane nangis, ane sedih bukan karena ane gak punya iPhone lagi. Ane nangis karena sedih akan mengetahui kekecewaan orang tua ane ke ane. Tapi ternyata, perasaan keluarga jauh lebih mahal dibandingkan uang jutaan rupiah. Ane yakin bahwa hati orang tua ane gak semurah itu. Dan mereka telah ikhlas jauh sebelum ane bisa ikhlas.

[23.00 WIB] Kakak ane yang sudah bekerja dan tinggal di rumah uwak ane menelpon ane. Dia bilang jangan sedih lagi. Nanti uang gajinya beberapa bulan bisa untuk membeli iPad dan ane boleh minjem karena dia gak ngerti cara pakai nya.