- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mempererat Pertalian Ayah dan Anak (Butuh Pikiran, Tenaga dan Kesabaran)
TS
cah.elekz
Mempererat Pertalian Ayah dan Anak (Butuh Pikiran, Tenaga dan Kesabaran)
Quote:
Quote:
Ayah mencari nafkah di luar rumah. Ibu mengurus anak dan menjadi ratu dapur. Begitu sistem pembagian tugas dalam rumah tangga Anda?
Apa itu salah? Tidak. Tapi bukan berarti ayah bisa lepas tanggung jawab begitu saja dalam mengurus anak. Masalah yang dihadapi mayoritas para ayah, terbiasa menghabiskan waktu untuk bekerja di luar rumah. Kondisi ini menciptakan jarak antara kepala keluarga dan buah hati. Lelah bekerja dari Senin sampai Jumat ditambah tekanan menghadapi klien, itu masih ditambah dengan kewajiban menyediakan waktu bermain bersama klien cilik di rumah.
Sabtu Minggu dipikirnya adalah me time. Ternyata harus berbagi waktu lagi dengan anak. Pola pikir yang salah adalah ketika berkumpul dengan anak, anaklah yang harus menuruti permainan ayah. Padahal, ayah yang harusnya menyesuaikan diri dengan agenda anak. Berkompromilah dengan agenda bermain anak, ujar psikolog Dr Rose Mini Adi P MPsi (52), ditemui Rabu (26/9) di Jakarta Selatan.
Pola pikir seperti ini menimbulkan efek domino jangka panjang. Apalagi jika ayah mempunyai tradisi membawa pekerjaan kantor yang belum selesai ke rumah. Alih-alih menyediakan waktu buat anak di rumah, ayah malah meladeni komputer lipat. Kalau sudah begini, ayah biasanya mengambil jalan pintas. Agar buah hati tidak merengek dan mengganggu keseriusan bersama laptop, ayah memberikan apa pun yang diminta anak.
Yang penting, anak enggak rewel, enggak ganggu konsentrasi ayah dan laptop. Jadi, apa saja yang diminta anak dituruti. Ini memberi beberapa efek negatif. Pertama, anak merasa jika minta ayah, apa pun pasti dituruti. Kalau meminta ke ibu belum tentu dituruti. Akhirnya, anak berpikir dengan ayah dia bisa mendapatkan banyak hal. Tidak dengan ibu, tambah Romi, begitu psikolog yang satu ini disapa.
Ujung-ujungnya jika ibu tidak menuruti, anak mengadu ke ayah. Akibatnya terbentuk standar ganda: ibu jarang memberi, ayah selalu memberi. Dampak buruk lainnya, asas yang penting anak tak rewel lama-lama membentuk sifat manja anak. Seiring berjalannya waktu, citra ayah yang kemudian terbentuk di mata anak adalah ayah selalu sibuk, tak punya waktu, dan sekadar memberi.
Terkadang, untuk membunuh rasa bersalah karena jarang memiliki waktu senggang untuk anak, ayah rutin menggiring anak ke mal. Efektifkah? Belum tentu. Ketika jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, apa yang hendak dicari kedua generasi ini belum tentu sama. Yang kerap terjadi, biasanya si ayah sibuk pilah-pilih kemeja, tas, dan celana di butik-butik. Sementara kebahagiaan anak didelegasikan kepada ibu atau babysitter. Pertanyaan yang muncul kemudian, di mana quality time-nya?
Mal tak 100 persen efektif untuk membangkitkan pertalian batin ayah dan anak. Kalau makan di restoran pun, si kecil dan keluarga dikelilingi keluarga atau pengunjung mal lain yang tidak ia kenal. Waktu berkumpul di restoran juga terbatas. Meja kursi yang mereka pakai akan digunakan pelanggan lain. Pada akhirnya, mereka kurang leluasa bersantap dan berbagi cerita, begitu Romi mengingatkan. Meski demikian, sesekali mejeng ke mal tidaklah salah.
Lalu di mana dan bagaimana quality time ayah-anak bisa dibangun? Di rumah. Ciptakan suasana liburan atau kumpul bocah yang hangat di rumah. Beberapa kegiatan sederhana yang bisa ayah lakukan bersama jagoan ciliknya, antara lain mencuci mobil atau memasak bersama.
Ayah mengajak anak berbagi tugas. Si kecil menyemprotkan selang air ke area roda mobil lalu mengelap sebisanya. Tinggi anak mungkin baru bisa menjangkau wilayah ban mobil. Sementara ayah membersihkan bagian jendela, Romi memberi contoh.
Jangan lupa, berikan batas waktu bagi anak untuk bersinggungan dengan air dan sabun. Durasi 10 sampai 15 menit cukup. Setelah itu ajak dia mandi dan keringkan tubuh untuk menghindari masuk angin. Penyelesaian cuci mobil bisa dilakukan sesudahnya. Sementara itu, ibu memasak di dapur lalu menggelar tikar di kebun atau ruang keluarga. Sajikan kudapan di atas tikar layaknya sedang tamasya. Makan bersama di rumah bisa menjadi pilihan murah meriah.
Kegiatan lainnya bisa dilakukan dengan melibatkan ibu di dapur. Memasak kue-kue dari resep sederhana. Ibu menyiapkan racikan. Ayah mengajari anak mengocok telur, memberinya kepercayaan menaburkan meses, keju, atau kacang di atasnya.
Tiga hal yang wajib dimiliki ayah ketika bermain dengan si kecil adalah pikiran, tenaga, serta kesabaran. Ingat, anak tak pernah meminta dilahirkan ke dunia. Anda dan istri yang menginginkannya hadir di dunia. Jadi lakukan kegiatan ini dengan senang hati. Sesenang ketika Anda menyambut tangis pertamanya di dunia, urai psikolog kelahiran 24 April.
Menjadi ayah tanggung jawab seumur hidup. Tidak ada sekolah untuk menjadi bapak yang baik dan bersertifikat. Satu-satunya sekolah ayah ya di rumah Anda sendiri bersama istri. Prinsip yang penting bukan kuantitas tapi kualitas juga tidak 100 persen benar. Kalau bisa melakukan kontak fisik dengan anak. Memberi pelukan, membacakan dongeng tiap malam, mengapa harus membatasi diri sekadar Jumat, Sabtu, dan Minggu? pungkasnya.
Quote:
Please
Don't
Sorry Kalo Repost
boleh donk ksihh
Don't
Sorry Kalo Repost
boleh donk ksihh
This Comment Was Original Posted By : cah.elekz
█║▌│█│║▌║││█║▌│║▌║█║║▌║││█║▌││█
KASKUS - The Largest Indonesian Community
Copyright © 2012 cah.elekz | All Rights Reserved
█║▌│█│║▌║││█║▌│║▌║█║║▌║││█║▌││█
KASKUS - The Largest Indonesian Community
Copyright © 2012 cah.elekz | All Rights Reserved
0
2.3K
Kutip
19
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan