- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
7 Nominasi Wisata Kota Surabaya
TS
abiko
7 Nominasi Wisata Kota Surabaya
7 Nominasi Wisata Kota Surabaya
Penganugerahan bagi tempat-tempat tujuan wisata di Kota Surabaya, telah genap digelar. Melibatkan 37 tempat tujuan wisata kota. Masing-masing telah dikunjungi dan dinilai oleh para juri tamu misterius. Lalu dilanjutkan dengan penilaian oleh 5 orang juri dari berbagai latar belakang, stakeholder pariwisata. Memilih 12 tempat wisata terbaik, masuk dalam nominasi penerima penghargaan Surabaya Tourism Destination Award (STDA).
Di majalah Surabaya City Guide (SCG) edisi Juni 2012 lalu telah diulas 5 destinasi paling populer, berdasarkan prestasi dengan perolehan penghargaan STDA. Masing-masing adalah House of Sampoerna, Artama Harbour Cruise, Ciputra Waterpark, Mesjid Al Akbar Surabaya, dan G Walk Citraland. Pada majalah SCG edisi ini, kembali disajikan 7 dari 12 nominasi destinasi wisata Kota Surabaya. Semakin banyak tahu, semoga kian kenal dan makin cinta kota kita...
KAMPUNG WISATA LINGKUNGAN JAMBANGAN
Wisata Lingkungan Jambangan menjadi istimewa, karena ia didukung oleh geliat warga yang natural dalam mengelola kampungnya. Sekitar tahun 1970-an, banyak warga dari pusat kota Surabaya dan Gresik bergeser ke wilayah Jambangan. Sejak tahun-tahun sebelumnya, banyak warga pendatang yang kemudian bermukim di wilayah ini. Mereka tinggal, bercocok tanam, dan mendulang kehidupan dari perkampungan ini. Lambat laun, jumlah pemukim meningkat dan membuat kampung ini menjadi ramai. Waktu itu, kedatangan mereka tidak dibarengi dengan penataan lingkungan yang sehat. Sepanjang pinggir kali Surabaya dipenuhi sampah dan kakus semipermanen.
Singkat cerita, akibat kekumuhan itu, muncullah Sriyatun (alm) yang berinisiatif melakukan sosialisasi untuk menciptakan lingkungan bersih. Konon, lebih dari 35 tahun ia berusaha mengubah perilaku warga untuk tidak buang hajat di sungai. Alhasil, usahanya berhasil dan membuahkan penghargaan Kalpataru untuknya pada 2008. Penasaran, coba berkunjung ke sana...
MONUMEN KAPAL SELAM (MONKASEL)
Dimasanya, perannya besar dalam mempertahankan kedaulatan negeri ini. Kini jadi ikon dan wisata kota. Monumen Kapal Selam, lebih dikenal dengan Monkasel, berdiri gagah di bibir sungai Kalimas Surabaya. Menebar aura perkasa, sama tegarnya ketika dulu masih bertugas dalam jajaran alutsista TNI Angkatan Laut RI. Menghormati peran dan pengabdiannya, sekaligus meneruskan kisah sejarah dari generasi ke generasi. KRI Pasopati 410, dipajang sebagai monumen sekaligus menjadi destinasi wisata kota dan pembelajaran bagi masyarakat kota.
Sekilas menengok perjalanan sejarah, kapal selam bernomor lambung 410 ini. KRI Pasopati pensiun dari tugasnya sejak 25 Januari 1990. Kapal selam jenis SS tipe Whiskey Class, dibuat di Vladi Wostok, Rusia tahun 1952. Berpartisipasi di TNI AL sejak 29 Januari 1962. Perannya tidak main-main, KRI Pasopati bertugas menghancurkan garis lintas musuh dan pengintaian. Satu perannya yang tak terlupakan, aktif terlibat langsung di garis depan pada Operasi Trikora, saat merebut Irian Barat. TNI Angkatan Laut RI menggunakan KRI Pasopati untuk memberikan tekanan-tekanan psikologis terhadap lawan. Anda pasti ingin lebih tahu isi perut kapal selam...
MASJID MUHAMMAD CHENG HOO
Masjid Cheng Ho Surabaya bagai monumen sekaligus laboratorium spiritual. Muslim Tionghoa Surabaya melakukan pergulatan keagamaan di kompleks masjid ini untuk beribadah maupun berdialektika sejarah dalam suasana damai. Masjid Muhammad Cheng Ho, Surabaya merupakan representasi mimpi masyarakat muslim Tionghoa akan sebuah tempat ibadah. Bangunan masjid seluas 231 meter persegi yang berada di komplek PITI (Pembina Iman Tauhid Islam) di Jalan Gading Surabaya itu mengambil bentuk yang menonjolkan kekhasan budaya Tionghoa. Bentuk masjid yang menjadi acuan adalah Masjid Niu Jie di Beijing, yang dibangun pada tahun 996 masehi. Dari literatur yang kami punya, kami sangat tertarik dengan masjid ini, tandas Willy Pangestu, salah satu pengurus wilayah PITI Jawa Timur.
Pembangunan masjid yang dimulai sejak Oktober 2001 itu selesai hanya dalam waktu enam bulan dengan biaya sekitar Rp 700 juta. Boleh dikata, masjid ini berdiri atas dukungan semua masyarakat, termasuk masyarakat Tionghoa non-muslim. Yang kami dapat benar-benar spirit dari banyak pihak, jelas Willy.
MONUMEN JALESVEVA JAYAMAHE
Tak kalah dengan New York yang memiliki kebanggaan Patung Liberty, Surabaya punya Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) sebagai ikon kebanggaan. Sosok perwira menengah berpangkat kolonel, berpakaian lengkap (tenue PDU-I) menatap ke arah laut mewakili generasi bahari yang akrab di sanubari masyarakat Surabaya. Monumen dengan ketinggian 31 meter, berdiri di atas bangunan setinggi 29 meter itu bukan hanya tetenger TNI AL semata. Patung itu juga berfungsi sebagai mercusuar pemandu bagi kapal-kapal yang melintas di laut sekitarnya.
Monjaya dibangun sejak 1990 dengan biaya Rp 27 milyar. Patung inipun disebut-sebut tertinggi kedua di dunia setelah Patung Liberty yang berada di mulut pelabuhan New York, dengan ketinggian 85 meter. Monumen sang kolonel itu berangka baja dan berkulit tembaga, dirancang oleh pematung kenamaan asal Bandung, Nyoman Nuarta.
Pendirian monumen yang digagas Laksamana TNI Muhammad Arifin, Kepala Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu, diharapkan dapat menambah semaraknya Ujung Surabaya, yang berarti ikut menambah indahnya Surabaya sebagai kota Pahlawan dengan sang kolonel sebagai ikon kebanggaannya.
Di pelataran Monjaya, terdapat sebuah gong besar yang dibuat dan diresmikan bersamaan dengan patung Monjaya. Gong raksasa tersebut berdiameter 5 meter, tebal 6 milimeter, berat 2,2 ton. Gong tersebut biasa disebut Kiai Tentrem.
MUSEUM KESEHATAN
Dunia medis telah berkembang demikian pesat. Lalu benarkah sebagiannya bermula dari tradisi pengobatan tradisional berbau mistis? Apakah santet benar-benar ada? Apakah bisa diperacaya, sakit yang diderita seseorang karena ada paku, rambut, gotri, atau tanah kuburan, di perut dan dadanya? Jawabannya bisa Anda temukan di Museum Kesehatan yang berlokasi di Jl. Indrapura 17 Surabaya. Ya, di museum yang kerap disebut orang sebagai museum santet ini, cukup menyediakan catatan ilmiah dari hasil penelitian bidang kesehatan yang berkembang di tanah jamrud katulistiwa ini.
Di salah satu ruang pamernya, terdapat etalase khusus yang menyimpan segala hal menyangkut santet. Ada alat santet berbentuk mangkok gerabah dan boneka orang dengan perut tertancap paku. Ada telor busuk, rambut, benang, dan banyak lagi. Alat santet itu kita dapatkan dari dukun santet asli. Sedangkan yang ada di sekitarnya adalah barang-barang yang berhasil di keluarkan dari tubuh orang yang terkena santet, jelas Mubaroch, Kepala Subbid Jaringan Informasi dan Perpustakaan Puslitbang Sisjakkes (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan).
TUGU PAHLAWAN & MUSEUM PERJUANGAN 10 NOPEMBER
Monumen perjuangan Arek-arek Suroboyo itu, terasa kian tenggelam oleh perkembangan kota yang kian beringas. Monumen Tugu Pahlawan 10 November 1945 di kota Surabaya, terletak di bekas markas Ken Pe Tai atau polisi militer Jepang. Pada masa penjajahan Belanda gedung tersebut dikenal sebagai kantor Raad Van Justitie (gedung pengadilan tinggi). Gedung yang persis berhadapan dengan kantor Gubernur Jawa Timur itu, hancur pada pertempuran 10 November 1945 lalu.
Dipilihnya lokasi ini untuk berdirinya Monumen Perjuangan, dianggap sangat tepat. Karena di tempat inilah pertempuran yang paling dahsyat terjadi. Di sini pula Arek-arek Suroboyo berhasil melucuti senjata tentara Jepang, yang dekat viaduct, tempat pertahanan terkuat dalam menghadapi sekutu. Anda juga harus tahu, apa saja yang terekan di masa perjuangan di lokasi itu...
EKOWISATA MANGROVE WONOREJO
Surabaya patut berbangga karena memiliki Hutan Mangrove Wonorejo, Rungkut. Artinya, geliat perkembangan kota segemerlap apa pun, tetap menyisakan lahan penyelamat lingkungan dari bahaya erosi dan banjir. Bozem Wonorejo, di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya), yang masih dalam tahap pengembangan oleh pemerintah kota ini, selain difungsikan sebagai bendungan juga dapat dimanfaatkan sebagai wisata air dan ekowisata. Ide pengembangan wisata mangrove Surabaya ini, sekaligus sebagai upaya untuk memanfaatkan waduk untuk mengendalikan banjir.
Ekowisata Mangrove Wonorejo ini pun makin ditata dan dijadikan salah satu tempat referensi bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara. Ketua pengelola tempat ekowisata mangrove, Joko Suwondo, mengatakan tempat ini memiliki potensi besar untuk menarik pengunjung datang berwisata pantai dan wisata hutan bakau yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan mangrove yang juga dapat dibudidayakan keberadaannya. Buktikan dengan datang langsung ke sana...
Sekian gan, terima kasih...
Wassalam...
jangan lupa dan lemparin yaaa....
sumbernya
Penganugerahan bagi tempat-tempat tujuan wisata di Kota Surabaya, telah genap digelar. Melibatkan 37 tempat tujuan wisata kota. Masing-masing telah dikunjungi dan dinilai oleh para juri tamu misterius. Lalu dilanjutkan dengan penilaian oleh 5 orang juri dari berbagai latar belakang, stakeholder pariwisata. Memilih 12 tempat wisata terbaik, masuk dalam nominasi penerima penghargaan Surabaya Tourism Destination Award (STDA).
Di majalah Surabaya City Guide (SCG) edisi Juni 2012 lalu telah diulas 5 destinasi paling populer, berdasarkan prestasi dengan perolehan penghargaan STDA. Masing-masing adalah House of Sampoerna, Artama Harbour Cruise, Ciputra Waterpark, Mesjid Al Akbar Surabaya, dan G Walk Citraland. Pada majalah SCG edisi ini, kembali disajikan 7 dari 12 nominasi destinasi wisata Kota Surabaya. Semakin banyak tahu, semoga kian kenal dan makin cinta kota kita...
KAMPUNG WISATA LINGKUNGAN JAMBANGAN
Wisata Lingkungan Jambangan menjadi istimewa, karena ia didukung oleh geliat warga yang natural dalam mengelola kampungnya. Sekitar tahun 1970-an, banyak warga dari pusat kota Surabaya dan Gresik bergeser ke wilayah Jambangan. Sejak tahun-tahun sebelumnya, banyak warga pendatang yang kemudian bermukim di wilayah ini. Mereka tinggal, bercocok tanam, dan mendulang kehidupan dari perkampungan ini. Lambat laun, jumlah pemukim meningkat dan membuat kampung ini menjadi ramai. Waktu itu, kedatangan mereka tidak dibarengi dengan penataan lingkungan yang sehat. Sepanjang pinggir kali Surabaya dipenuhi sampah dan kakus semipermanen.
Singkat cerita, akibat kekumuhan itu, muncullah Sriyatun (alm) yang berinisiatif melakukan sosialisasi untuk menciptakan lingkungan bersih. Konon, lebih dari 35 tahun ia berusaha mengubah perilaku warga untuk tidak buang hajat di sungai. Alhasil, usahanya berhasil dan membuahkan penghargaan Kalpataru untuknya pada 2008. Penasaran, coba berkunjung ke sana...
MONUMEN KAPAL SELAM (MONKASEL)
Dimasanya, perannya besar dalam mempertahankan kedaulatan negeri ini. Kini jadi ikon dan wisata kota. Monumen Kapal Selam, lebih dikenal dengan Monkasel, berdiri gagah di bibir sungai Kalimas Surabaya. Menebar aura perkasa, sama tegarnya ketika dulu masih bertugas dalam jajaran alutsista TNI Angkatan Laut RI. Menghormati peran dan pengabdiannya, sekaligus meneruskan kisah sejarah dari generasi ke generasi. KRI Pasopati 410, dipajang sebagai monumen sekaligus menjadi destinasi wisata kota dan pembelajaran bagi masyarakat kota.
Sekilas menengok perjalanan sejarah, kapal selam bernomor lambung 410 ini. KRI Pasopati pensiun dari tugasnya sejak 25 Januari 1990. Kapal selam jenis SS tipe Whiskey Class, dibuat di Vladi Wostok, Rusia tahun 1952. Berpartisipasi di TNI AL sejak 29 Januari 1962. Perannya tidak main-main, KRI Pasopati bertugas menghancurkan garis lintas musuh dan pengintaian. Satu perannya yang tak terlupakan, aktif terlibat langsung di garis depan pada Operasi Trikora, saat merebut Irian Barat. TNI Angkatan Laut RI menggunakan KRI Pasopati untuk memberikan tekanan-tekanan psikologis terhadap lawan. Anda pasti ingin lebih tahu isi perut kapal selam...
MASJID MUHAMMAD CHENG HOO
Masjid Cheng Ho Surabaya bagai monumen sekaligus laboratorium spiritual. Muslim Tionghoa Surabaya melakukan pergulatan keagamaan di kompleks masjid ini untuk beribadah maupun berdialektika sejarah dalam suasana damai. Masjid Muhammad Cheng Ho, Surabaya merupakan representasi mimpi masyarakat muslim Tionghoa akan sebuah tempat ibadah. Bangunan masjid seluas 231 meter persegi yang berada di komplek PITI (Pembina Iman Tauhid Islam) di Jalan Gading Surabaya itu mengambil bentuk yang menonjolkan kekhasan budaya Tionghoa. Bentuk masjid yang menjadi acuan adalah Masjid Niu Jie di Beijing, yang dibangun pada tahun 996 masehi. Dari literatur yang kami punya, kami sangat tertarik dengan masjid ini, tandas Willy Pangestu, salah satu pengurus wilayah PITI Jawa Timur.
Pembangunan masjid yang dimulai sejak Oktober 2001 itu selesai hanya dalam waktu enam bulan dengan biaya sekitar Rp 700 juta. Boleh dikata, masjid ini berdiri atas dukungan semua masyarakat, termasuk masyarakat Tionghoa non-muslim. Yang kami dapat benar-benar spirit dari banyak pihak, jelas Willy.
MONUMEN JALESVEVA JAYAMAHE
Tak kalah dengan New York yang memiliki kebanggaan Patung Liberty, Surabaya punya Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) sebagai ikon kebanggaan. Sosok perwira menengah berpangkat kolonel, berpakaian lengkap (tenue PDU-I) menatap ke arah laut mewakili generasi bahari yang akrab di sanubari masyarakat Surabaya. Monumen dengan ketinggian 31 meter, berdiri di atas bangunan setinggi 29 meter itu bukan hanya tetenger TNI AL semata. Patung itu juga berfungsi sebagai mercusuar pemandu bagi kapal-kapal yang melintas di laut sekitarnya.
Monjaya dibangun sejak 1990 dengan biaya Rp 27 milyar. Patung inipun disebut-sebut tertinggi kedua di dunia setelah Patung Liberty yang berada di mulut pelabuhan New York, dengan ketinggian 85 meter. Monumen sang kolonel itu berangka baja dan berkulit tembaga, dirancang oleh pematung kenamaan asal Bandung, Nyoman Nuarta.
Pendirian monumen yang digagas Laksamana TNI Muhammad Arifin, Kepala Staf TNI Angkatan Laut pada waktu itu, diharapkan dapat menambah semaraknya Ujung Surabaya, yang berarti ikut menambah indahnya Surabaya sebagai kota Pahlawan dengan sang kolonel sebagai ikon kebanggaannya.
Di pelataran Monjaya, terdapat sebuah gong besar yang dibuat dan diresmikan bersamaan dengan patung Monjaya. Gong raksasa tersebut berdiameter 5 meter, tebal 6 milimeter, berat 2,2 ton. Gong tersebut biasa disebut Kiai Tentrem.
MUSEUM KESEHATAN
Dunia medis telah berkembang demikian pesat. Lalu benarkah sebagiannya bermula dari tradisi pengobatan tradisional berbau mistis? Apakah santet benar-benar ada? Apakah bisa diperacaya, sakit yang diderita seseorang karena ada paku, rambut, gotri, atau tanah kuburan, di perut dan dadanya? Jawabannya bisa Anda temukan di Museum Kesehatan yang berlokasi di Jl. Indrapura 17 Surabaya. Ya, di museum yang kerap disebut orang sebagai museum santet ini, cukup menyediakan catatan ilmiah dari hasil penelitian bidang kesehatan yang berkembang di tanah jamrud katulistiwa ini.
Di salah satu ruang pamernya, terdapat etalase khusus yang menyimpan segala hal menyangkut santet. Ada alat santet berbentuk mangkok gerabah dan boneka orang dengan perut tertancap paku. Ada telor busuk, rambut, benang, dan banyak lagi. Alat santet itu kita dapatkan dari dukun santet asli. Sedangkan yang ada di sekitarnya adalah barang-barang yang berhasil di keluarkan dari tubuh orang yang terkena santet, jelas Mubaroch, Kepala Subbid Jaringan Informasi dan Perpustakaan Puslitbang Sisjakkes (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan).
TUGU PAHLAWAN & MUSEUM PERJUANGAN 10 NOPEMBER
Monumen perjuangan Arek-arek Suroboyo itu, terasa kian tenggelam oleh perkembangan kota yang kian beringas. Monumen Tugu Pahlawan 10 November 1945 di kota Surabaya, terletak di bekas markas Ken Pe Tai atau polisi militer Jepang. Pada masa penjajahan Belanda gedung tersebut dikenal sebagai kantor Raad Van Justitie (gedung pengadilan tinggi). Gedung yang persis berhadapan dengan kantor Gubernur Jawa Timur itu, hancur pada pertempuran 10 November 1945 lalu.
Dipilihnya lokasi ini untuk berdirinya Monumen Perjuangan, dianggap sangat tepat. Karena di tempat inilah pertempuran yang paling dahsyat terjadi. Di sini pula Arek-arek Suroboyo berhasil melucuti senjata tentara Jepang, yang dekat viaduct, tempat pertahanan terkuat dalam menghadapi sekutu. Anda juga harus tahu, apa saja yang terekan di masa perjuangan di lokasi itu...
EKOWISATA MANGROVE WONOREJO
Surabaya patut berbangga karena memiliki Hutan Mangrove Wonorejo, Rungkut. Artinya, geliat perkembangan kota segemerlap apa pun, tetap menyisakan lahan penyelamat lingkungan dari bahaya erosi dan banjir. Bozem Wonorejo, di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya), yang masih dalam tahap pengembangan oleh pemerintah kota ini, selain difungsikan sebagai bendungan juga dapat dimanfaatkan sebagai wisata air dan ekowisata. Ide pengembangan wisata mangrove Surabaya ini, sekaligus sebagai upaya untuk memanfaatkan waduk untuk mengendalikan banjir.
Ekowisata Mangrove Wonorejo ini pun makin ditata dan dijadikan salah satu tempat referensi bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara. Ketua pengelola tempat ekowisata mangrove, Joko Suwondo, mengatakan tempat ini memiliki potensi besar untuk menarik pengunjung datang berwisata pantai dan wisata hutan bakau yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan mangrove yang juga dapat dibudidayakan keberadaannya. Buktikan dengan datang langsung ke sana...
Sekian gan, terima kasih...
Wassalam...
jangan lupa dan lemparin yaaa....
sumbernya
Spoiler for buka aja gan:
0
7K
49
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan