Kaskus

Entertainment

rudiestAvatar border
TS
rudiest
Saudara Serumpun
Ini ane share dari sebuah tulisan postingan di FB-nya penulis novel "Hafalan Sholat Delisha" Darwis Tere-Liye (Bukan Momod) emoticon-Blue Guy Peace untuk direnungkan....


"SAUDARA SERUMPUN"

Keluarga besar saya tinggal di pedalaman Sumatera. Sekarang, belasan tahun, saya merantau dan akhirnya menetap di Bandung. Karena sy dibesarkan langsung oleh adat istiadat, budaya pedalaman Sumatera, maka sejauh apapun sy merantau, semua kebiasaan itu masih melekat. Ber-pantun misalnya, sy suka sekali memasukkannya ke dalam novel2. Dan juga beberapa kebiasaan lainnya. Menyenang
kan melakukannya, dan besok lusa, anak kami mungkin akan mewarisi adat istiadat tersebut.

Setelah bertahun-tahun tinggal di Bandung, apakah saya dan anak kami bisa bilang bahwa itu tradisi kami juga? Tentu saja. Itu leluhur kami juga. Apakah boleh orang2 kampung saya di pedalaman Sumatera sana marah2, melarang saya mengaku2? Rasa2nya tidak, meski jauh dirantau, sy tetap saudara mereka. Benar2 saudara sedarah--meski anak cucu kami kelak, boleh jadi tdk merasa lagi saudara, justeru membenci.

Saya menggunakan ilustrasi ini untuk menjelaskan tentang: kenapa ada di antara kita yang begitu membenci Malaysia. Hari-hari ini, dengan situasi yg lebih tenang, sy ingin mengingatkan banyak orang. Semoga tanpa isu yg membuat bersitegang, penjelasan ini bisa lebih masuk akal.

Saya selalu saja memikirkan pertanyaan itu. Mengapa ada di antara kita yg sampai begitu membenci Malaysia? Apa yang telah dilakukan mereka hingga kita membenci begitu sangat? Apakah mereka telah menyakiti dan menzalimi kita? Apakah mereka benar2 telah mencuri budaya kita? Bukankah banyak warga negara Malaysia yg dulu berasal dari Indonesia. Bersaudara--dalam artian benar2 saudara sedarah-- dengan leluhur kita, meski anak cucunya boleh jadi tdk merasa saudara lagi.

Kalau alasannya soal tenaga kerja kita yang diperlakukan tidak manusiawi, maka penting sekali semua orang membuka data, ada 4,5 juta lebih buruh migran Indonesia di luar negeri, 2,6 juta ada di Malaysia. Isu perlindungan buruh migran ini menjadi konsen seluruh dunia, dan jelas ada banyak warga negara Malaysia yg tergerak hatinya ikut menyerukan agar negara mereka sendiri memperlakukan buruh migran lebih baik, menerapkan UU buruh yg lebih protektif, dsbgnya.

Atau alasannya karena mereka telah mengambil pulau kita lewat sebuah pengadilan internasional yang sah? Mencuri kekayaan laut kita? Atau alasan2 lainnya?

Penting sekali kita memiliki argumen kokoh jika ingin membenci habis2an sesuatu. Bukan karena ikut2an, karena trend dunia maya, dan sebagainya. Apalagi jika itu dilakukan dengan bahkan saat kita tdk mengenal sesuatu tersebut. Kenapa benci? Benci saja pokoknya. Kenal dengan sesuatu tersebut? Tahu persis kenapa harus benci? Tidak perlu, ngapain sy harus tahu mereka? Pokoknya saya benci? Pernah punya teman orang Malaysia? Pernah ke Malaysia? Bodo amat, sy benci. Jika itu yang terjadi, maka itu akan menyedihkan sekali.

Saya tidak punya alasan membenci Malaysia. Sy pikirkan berkali2 dari sudut pandang manapun, sy tidak punya alasan membenci mereka. Bahkan, karena sy tahu cerita2 leluhur, bagi sy, mereka adalah saudara. Mayoritas mereka, bahkan saudara sesama muslim.

Esok lusa, kalau saja lagi2, ada kejadian serupa yg memicu, maka selalu pikirkan baik2 sebelum menyebar komen, postingan, status yg berisi kebencian, provokasi, dsbgnya. Karena itu memiliki daya rusak yg besar sekali. Semoga tidak ada anggota page ini yang melakukannya, sy selalu berharap banyak kita selalu bisa lebih baik.
0
914
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan