Jakarta, Pemeriksaan pap smear merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi dini kanker serviks. Namun perempuan yang pernah dilecehkan secara seksual cenderung menghindari pemeriksaan ini.

Sebuah penelitian terbaru menemukan perempuan korban pelecehan seksual menghindari pemeriksaan deteksi dini kanker serviks ini dibanding dengan perempuan lain. Padahal pemeriksaan ini bisa membantu mengurangi risiko berkembangnya kanker serviks yang mungkin berpotensi fatal.

Tim peneliti menganalisis 135 perempuan yang ada dalam National Association for People Abused in Childhood (NAPAC). Para perempuan ini diminta pandangan dan pengalamannya mengenai pemeriksaan pap smear dan jenis pelecehan apa yang telah dialaminya.

Berdasarkan studi ini peneliti mendapatkan sekitar 4 dari 10 perempuan berusia 25-49 tahun yang memeriksa pap smear dalam waktu 3 tahun, lalu 1 dari 4 perempuan tidak pernah periksa dalam waktu 5 tahun dan beberapa diantaranya malah belum pernah diperiksa sama sekali.

Ada berbagai hal yang membuat perempuan korban pelecehan ini menghindari pap smear yaitu:
1. Pemeriksaan pap smear bisa membangkitkan perasaan yang sama ketika dirinya mengalami tindakan pelecehan.
2. Prosedur tersebut membuat perempuan merasa seperti tidak berdaya.
3. Prosedur pap smear menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman.
4. Beberapa perempuan mengatakan tidak punya niat untuk melakukan prosedur tersebut.

"Banyak korban perempuan ini berbicara tentang ketakutan dan kecemasannya terutama mengenai kesehatan seksual, ginekolog dan kesejahteraan payudaranya," ujar Sarah Kelly dari NAPAC, seperti dikutip dari Medindia, Selasa (2/10/2012).

Kelly menuturkan banyak dari korban pelecehan ini sebenarnya menyadari adanya peningkatan risiko jika tidak melakukan skrining pap smear. Untuk itu diperlukan pendekatan secara psikologis agar perempuan ini mau melakukan pemeriksaan tersebut.